MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN PKN DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TIPE SNOWBALL THROWING
(Penelitian
Tindakan Kelas pada Materi Berorganisasidi Kelas V Sekolah DasarNegeri
Panancangan 4 Kota Serang)
SKRIPSI
Oleh:
Feby Nurdiansyah (2227112357)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimaknai sebagai pendidikan nilai dan
pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa dalam hal
perancangan pembelajaran PKn perlu memperhatikan karakteristik pembentukan
pembelajaran PKn itu sendiri.Dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang
standar isi dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah
mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warganegara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.Sehingga mata pelajaran PKn
menjadi mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa di sekolah, tepatnya
pada tingkatan sekolah dasar dan menengah, hal itu sudah diatur pada UU No. 20
tahun 2003 pasal 37 tentang Sisdiknas, yang berbunyi bahwa kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
(PKn).
Ditingkatan sekolah khususnya di Sekolah
Dasar (SD), pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Hal ini pula diperkuat oleh Chamim dalam Aryani dan
Susatim (2010: 40) yang menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan (civis education) bagi bangsa Indonesia
berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai, dan perilaku yang
menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga masyarakat yang demokratis
dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia
yang kuat, sejahtera, serta demokratis. Namun dalam kenyataanya minat siswa
untuk mempelajari mata pelajaran PKn sangat rendah, hal ini dapat dilihat saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung, banyak siswa yang terlihat diam, ada
pula yang mengobrol dengan temannya, sehingga tidak memperhatikan disaat guru
menjelaskan materi. Aktivitas tersebut akhirnya berdampak kepada kurangnya
penguasaan materi ajar, sehingga hasil belajar pun menjadi rendah pula, hal ini
terlihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan
sekolah adalah 70, dan dari data yang didapat dari guru kelas V SDN Panancangan
4, menyatakan bahwa dari 40 siswa hanya 18 siswa (45%) yang mendapatkan nilai
di atas KKM dan 22 siswa (55%) berada di bawah KKM.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 3 desember 2014 dengan
guru kelas V dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PKn diduga disebabkan
karena ada beberapa faktor, seperti model pembelajan yang digunakan guru adalah
model konvensional dan memberikan contoh tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan
belajar. Maka siswa cenderung diam dan tidak memiliki aktivitas dalam belajar.
kemudian siswa lebih menunggu sajian materi yang diberikan guru. Kondisi ini
terkadang menjadikan siswa enggan untuk belajar, karena merasa tidak menarik,
bahkan tak jarang siswa merasa bosan dan mengantuk pada saat pembelajaran
berlangsung, sehingga hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Mengingat adanya permasalahan di atas,
maka guru harus mampu mengatasi dengan
memotivasi siswa untuk belajar sehingga siswa akan menerima setiap
materi yang diberikan oleh guru, yang nantinya akan berdampak pada peningkatan
hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu mewujudkan
situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif dan menyenangkan adalah
dengan menerapkan model cooperative
learning tipe snowball throwing.
Pemilihan model kooperatif didasarkan karena dalam PKn tidak terlepas kaitannya
dengan hubungan sosial antara individu maupun kelompok, selain itu falsafah
yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Manusia sebagai
manusia sosial, (2) gotong royong, dan (3) kerjasama merupakan kebutuhan
penting bagi kehidupan manusia. Selain itu juga pendekatan pembelajaran dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dimaknai sebagai cara-cara
dalam proses pembelajaran atau upaya membelajarkan dengan menggunakan
pendekatan belajar kontekstual berdasarkan tradisi “social studies”, yaitu “citizenship
education”;”social science”; dan
“reflective inquiry”untuk mengembangkandan meningkatkan kecerdasan,
keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Menurut Aryani dan Susatim
(2010:17-18) pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain salah
satunya dengan model cooperative learningtipe snowball throwing.
Snowball
throwing yang menurut asal katanya berarti “bola salju
bergulir” dapat diartikan sebagai tipe
pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara
sesama anggota kelompok.
Kegitan melempar bola pertanyaan ini
akan membuat kelompok menjadi aktif. Melalui model ini dituntut setiap anggota
kelompok mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab
pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam kertas bola. Pada model snowball throwing ini, semua siswa juga
mempunyai tugas masing-masing sehingga terlibat dalam permainan. Oleh karena
itu, sesuai dengan masalah yang ditemukan maka peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan hasil Belajar Siswa Kelas V
Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Model Cooperative Learningtipe Snowball Throwing”.
B.
Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
sudah di paparkan di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut
1. Bagaimanakahaktivitas
belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learningtipe snowball throwing?
2. Bagaimanakah hasil
belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipesnowball throwing?
2.Pemecahan Masalah
Dari
latar belakang dan rumusan masalah pada penelitian ini, maka pemecahan masalah
yang diberikan yaitu dengan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing.Seperti yang sudah di
paparkan di atas,bahwa pemilihan model kooperatif didasarkan karena dalam PKn
tidak terlepas kaitannya dengan hubungan sosial antara individu maupun
kelompok, selain itu falsafah yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif
yaitu: (1) Manusia sebagai manusia sosial, (2) gotong royong, dan (3) kerjasama
merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia. Model cooperative learning tipe snowball
throwingini merupakan model pembelajaran yang akan menciptakan suasana
belajar yang aktif dan menyenangkan, karena dalam model ini selain siswa di
ajak untuk bekerja sama, model ini juga memiliki unsur permainan, dengan cara
melempar bola kertas kepada teman sebangkunya, sehingga dapat meningkatkan
motivasi dalam belajar.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN Panancangan 4 pada mata
pelajaran PKn dengan menggunaka model cooperative
learning tipe snowball throwing.
2.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan
menggunakan model cooperative learning tipe
snowball throwing
D.
Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Manfaat yang dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai landasan
teori penelitian yang aka dilakukan selanjutnya dan selain itu juga dapat
bermanfaat bagi pengembangan model pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran
yang bersifat sosial, seperti IPS dan PKn.
b. Secara Praktis
1.
Bagi siswa
a. Meningkatkan
hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learningtipesnowball
throwing.
b. Meningkatkan
akivitas siswa dengan model cooperative
learningtipe snowball throwingsiswa.
2.
Bagi guru
Menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman tentang bagimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PKn melalui model cooperative
learningtipesnowball throwing.
3.
Bagi peneliti
a. Menambah
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang pembelajaran PKn dengan
menggunakan model cooperative learningtipesnowball throwing.
b. Menambah
pengetahuan dan wawasan tentang model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
E. Kerangka Berpikir
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dimaknai sebagai
pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. hal ini mengandung
konsekuensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu memperhatikan
karakteristik pembentukan pembelajaran PKn itu sendiri. Dalam permendiknas No.
22 tahun 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata
pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Snowball
throwing yang menurut asal katanya berarti “bola salju
bergulir” dapat diartikan sebagai model
pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara
sesama anggota kelompok.
Kegiatan melempar bola pertanyaan ini
akan membuat kelompok menjadi aktif. Melalui model ini dituntut setiap anggota
kelompok mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab
pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam kertas bola. Dalam model snowball throwing ini, semua siswa juga
mempunyai tugas masing-masing sehingga terlibat dalam permainan.
Bagan 1.1 Kerangka Berikir
F.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, dapat memberikan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
“
Penerapan Model Cooperative LearningtipeSnowball Throwing dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran PKn Kelas V Sekolah
Dasar”.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian
Belajar dan Pembelajaran
Belajar
merupakan proses yang dilakukan oleh mahluk hidup guna mendapatkan sesuatu hal
yang bertujuan untuk menjadikan hidup yang lebih baik. Hal yang berkaitan
dengan belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang.
Kata belajar sudah sering muncul baik dalam proses yang terencana ataupun
tidak. Menurut aliran tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Thorndike dalam
Irawan,dkk (1997:2-5) belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau
gerakan) dan respon (yang juga bisa berbentuk pikiran perasaan dan gerakan). Selanjutnya
menurut Sagala (2012:37) belajar adalah perubahan tingkah laku karena pengalaman
dan latihan, perubahan ini pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan
perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.
Beberapa
pakar pendidikan dalam Suprijono (2012:2) mendefinisikan belajar sebagai
berikut:
a. Gagne
Belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c.
Cronbach
Learning
is shown by a change in behavior as a result of experience.
d. Harold
Spears
Learning
is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow direction.
e. Geoch
Learning
is change in performance as a result of practice.
f. Morgan
Learning
is any relatively permanent change in behavior that is a result of past
experience.
Di
sisi lain pembelajaran merupakan hal yang penting, sebab proses ini salah satu
bentuk aplikasi dari proses belajar. Interaksi siswa dengan guru dalam proses
belajar merupakan bentuk nyata dari proses belajar. Seperti halnya yang
diterangkan oleh Sagala (2012:61) bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Selanjutnya menurut Jamaludin (2012:14) pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik sebagai wahana
menanamkan nilai-nilai atau pengetahuan yang dipandang perlu sebagai upaya
mendewasakan para generasi untuk siap hidup dimasa yang akan datang secara
berkualitas. Adapun pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:20) adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa
belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Dari
pendapat yang sudah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswadengan menggunakan asas
pendidikan serta adanya interaksi antara guru dan peserta didik yang bertujuan
untuk membuat peserta didik menjadi aktif dan mendapatkan nilai-nilai serta
pengetahuan yang baru, untuk menjadikan siswa lebih dewasa dalam mempersiapkan
hidup di masa yang akan datang.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar
merupakan hal yang penting dalam suatu proses belajar mengajar, sebab inilah
yang menjadi acuan guru dan para orang tua untuk melihat sejauhmana
perkembangan dan kemajuan anak dalam memahami konsep materi yang sudah
diajarkan. Seperti halnya yang dijelaskan oleh
Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pegertian-pengertian dan sikap-sikap serta apersepsi dan
keterampilan. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa
yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
yang melibatkan proses kognitif dan melalui beberapa tahap.
Salah satu indikator tercapai atau
tidaknya suatu proses pembelajaran dengan melihat hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau
pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilakukan yang pada puncaknya
diakhiri dengan suatu evaluasi. MenurutBloom dalam Suprijono (2009 : 6) hasil
belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain
kognitif, afektif, dan psikomotor.
1.
Ranah kognitif
berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yaitu terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan,
pemahamana, aplikasi/penerapan, analisi, sintesis dan penilaian.
2.
Ranah afektif
berkenaan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu
menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakteristik dengan
nilai atau kompleks nilai.
3.
Ranah psikomotor
meliputi
keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular
(menghubungkan, mengamati).
Perubahan
salah satu atau ketiga ranah yang disebabkan oleh proses belajar dinamakan
hasil belajar. hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga
ranah tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar. baik
buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi, selain mengukur hasil
belajar, penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran yaitu untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. semakin
baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar,
maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai
dengan tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
Hasil
belajar pada dasarnya merupakan suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan
perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman. Dalam hal ini Aronson dan
Briggs dalam Solihatin (2012:6), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
perilaku yang dapat diamati dan menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Hasil belajar ini sering dinyatakan dalam bentuk-bentuk pembelajaran.
Selanjutnya
Soediarto dalam Solihatin (2012: 6) mendefinisikan hasil belajar sebagai
tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
C. Pengertian
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sebenarnya dilakukan dan dikembangkan diseluruh dunia,
meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata pelajaran atau mata
kuliah ini sering disebut civis
education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education. Pelajaran ini
memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,
bertanggung jawab dan berkeadaban berdasarkan rumusan “Civis Internasional “ (1995) disepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting untuk pertumbuhan civis cultur,
untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan demokrasi (Mansoer dalam
Kaelan dan Zubaedi, 2010:1).
Menurut Azra dalam Susanto (2013:226) pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang
pemerintah, lembaga-lembaga demokrasi, rule
of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi.
Selanjutnya menurut
Depdiknas (2006:49), Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
Adapun menurut Zamroni dalam Susanto(2013:226)
pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Selanjutnya
Chamim dalam Aryani dan Susatim (2010: 40) menjelaskan bahwa pendidikan
kewarganegaraan (civis education)
bagi bangsa Indonesiaberarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai,
dan prilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga
masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa
guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang harus dan wajib
dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai perguruan tinggi, karena dalam pendidikan kewarganegaraan terdapat
nilai-nilai yang bertujuan untuk memantapkan kepribadian sebagai manusia
seutuhnya.
D. Tujuan dan
Fungsi Mata Pelajaran PKn
a.
Tujuan PKn
Tujuan merupakan sesuatu hal yang ingin
dicapai dalam suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang, dan tujuan pendidikan
PKn di sekolah dasar adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga
negara yang baik, seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa dalam Susanto (2013:231)
tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa agar:
1. Mampu
berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup
maupun isu kewarganegaraan di negaranya.
2. Mampu
berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung
jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.
3. Bisa
berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan
bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika
pendidikan nilai dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena
jika siswa sudah memiliki nilai norma yang baik, maka tujuan untuk mencapai
warga negara yang baik akan mudah terwujudkan. Seperti halnya
Branson dalam Supandi (2012), menjelaskan tentang tujuan civic education adalah partisipasi yang
bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik
tingkat lokal, negara bagian, maupun nasional.
Selanjutnya menurut
Winataputra (2012:16) tujuan “citizenship
education” di United Kingdom (UK) ini: “…that
citizenship education is education for citizenship, behaving and acting as
citizen, therefore is not just knowledge of citizenship and civis society. It
also implies developing values, skills and understanding”-yaitu bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan untuk kewarganegaraan, karena itu
bukanlah hanya menekankan pada pengetahuan kewarganegaraan dan masyarakat
kewargaan, tetapi juga pada pengembangan nilai, keterampilan dan pengertian. Selanjutnya Tujuan
pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi
sebagai berikut:
a. Berpikir kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara
cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Berkembang secara
positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan menurut Sapriya dalam Supandi (2012) tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah: Partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab
dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.Secara umum, menurut
Maftuh dan Sapriya dalam Supandi (2012) bahwa tujuan negara mengembangkan
Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang
baik (to be good citizens), yakni
warga negara yang memiliki kecerdasan (civics
inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual;
memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics
responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
b.
Fungsi
PKn
Fungsi
dalam mempelajari pendidikan kewarganegaraan tidak lain adalah untuk memberikan
pemahaman kepada siswa agar dapat menjalin hubungan yang harmonis diantara
anggota keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Seperti yang dijelaskan oleh Aryani
dan Susatim (2010:51) menurutnya fungsi PKn memiliki tiga misi besar, yaitu :
1)misi conservation education, ialah
mengembangkan dan melestarika nilai luhur Pancasila; 2) misi social and moral development, ialah
mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada
peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur; dan 3) misi socio-civis development, ialah membina
siswa agar memahami dan menyadari hubungan antarsesama anggota keluarga,
sekolah, dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya
fungsi PKn menurut Raharjo dalam Isep (2013 :14) adalah sebagai pendidikan
hukum, karena hukum dianggap sebagai perwujudan nilai-nilai yang mengandung
arti, bahwa kehadiranya adalah untuk memajukan nilai-nilai yang di junjung
tinggi oleh masyarakat. Selain itu juga fungsi PKn yang selanjutnya adalah
menurut Hernandez dalam Isep (2013 :14) yang menjelaskan bahwa fungsi PKn
adalah sebagai pendidikan multikultural. Fungsi PKn sebagai pendidikan
multikultural adalah mengakui perbedaan individu menghormati persamaan derajat
manusia, bekerja sama satu sama lain, mengutamakan kepentingan kelompok lebih
daripada individu untuk tujuan kerukunan nasional.
E. Pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraam (PKn)
Dalam the internasional commision on educatioan for the 21 th century, terdapat
dua konsep yang sesuai diterapkan untuk pembelajaran PKn di Indonesia.
Pertama, learning to live together (in peace in harmoni) belajar hidup
bersama dalam damai dan harmoni, melandasi pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan. Kedua, bagi bangsa Indonesia perlu dikembangkan pula unggulan
makna konsep learning to be-morally
(Aryani dan Susatim 2010:75).
Kedua konsep pendidikan sedunia ini dapat
diaplikasikan melalui suatu pendekatan pembelajaran yang tersusun, atau
sistematis dan sistemik, melalui
pendekatan atau metode sebagai a
formalized or sistematized procedure for carrying on intruction(Wesley
dalam Aryani dan Susatim 2010:77), dan Pendekatan pembelajaran yang diarahkan
pada kondisi kontektual diwujudkan antara lain dengan model dan metode-metode
sebagai berikut : 1) cooperative learning,
2) penemuan, 3) inkuiri, 4) interaktif, 5) eksploratif, 6) berfikir kritis dan
7) pemecahan masalah (Aryani dan Susatim, 2010: 78).
F.
Pengembangan
Penilaian Hasil Belajar PKn SD
Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom, yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
psikomotorik.
Selain
ketiga taksonomi Bloom diatas, penilaian
hasil belajar PKn SD juga perlu memperhatikan aspek psikologis, sosiokultural
dan spiritual. moral juga
memilikiperanan penting sebagai indikator penilaian hasil belajar PKn SD.
Bagan 2.1
Pengembangan Penilaian
Hasil Belajar PKn SD.
(Wahyono,dkk.
2012)
Pengembangan
Penilaian dengan Teknis Tes
Teknis tes merupakan
salah satu alat, cara dan langkah-langkah yang sistematik uantuk digunakan
dalam mengukur sejumlah prilaku tertantu siswa. bentuk tes terdiri dari:
1.
Tes
tertulis, yaitu penilaian yang bentuk dan pelaksanaannya
dilakukan secara tertulis. salah satu diantaranya adalah : soal uraian bebas,
digunakan untuk mengungkapkan pendapat siswa atau taggapan terhadap suatu
objek. siswa yang mempunyai banyak pengetahuan maka dapat mengembangkan jawaban
dengan luas, sedangkan siswa yang kurang adanya pengetahuan maka akan kurang
dalam mengembangkan jawaban.
2.
Tes
lisan, yaitu alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaan
dilakukan secara lisan.
3.
Tes
perbuatan, yaitu penilaian dilakukan melalui perbuatan siswa.
penilaian ini dirasa tepat untuk pembelajaran PKn SD karena terkait dengan
sikap dan prilaku yang bermoral dan berkarakter.
Pengembangan Alat
Penilaian dengan Teknis Non-Tes
prosedurnya
tidak sistematis sebagaimana teknik tes. bentuk tes ini untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sikap atau kepribadian siswa.
1. Penugasan,
dapat berupa skala sikap (alat penilaian yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan sikap siswa melalui tugas tertulis). Dari jawaban siswa, guru
dapat meilhat perwujudan sikap dan prilaku siswa)
2. Observasi,
alat penilaian yang pengisianya dilakuka oleh guru atas dasar pengamatan terhadapa
prilaku siswa. Observasi dapat dilakukan dengan mengisi check list oleh guru dari beberapa daftar dan prilaku. penilaian ini
dapat juga berupa catatan harian mengenai prilaku siswa, misalnya : keterlambatan,
mengambil yang bukan miliknya, suka mengganggu dan sebagainya.
G. Pengertian Model Cooperative Learning
Sudah
banyak teori model-model pembelajaran yang dibuat oleh para ahli pendidikan,
salah satunya adalah model cooperative
learning atau belajar berkelompok. Model ini mendesain kegiatan proses
pembelajaran untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, seperti halnyamenurut
Hamid dalam Solihatin (2012: 101) Cooperative
mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam
kegiatan kooperatif, siswa secara individu mencari hasil yang menguntungkan
bagi seluruh anggota kelompoknya. Sehubungan dengan hal itu Slavin dalam
Solihatin (2012 : 102) mengatakan bahwa cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotannya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada
kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara
kelompok.
Selanjutnya
Stahl dalam Solihatin (2012: 103) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa
sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang
optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar
dalam kehidupan masyarakat yaitu “getting
better together”, atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama(Slavin
dalam Solihatin2012 :103).
Selanjutnya
Slavin (2009:4) pembelajaran kooperatif merujuk pada: berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling memabantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Sedangkan
menurut Suprijono (2012:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik
menyelsaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian
tertentu pada akhir tugas.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupaka suatu model yang dimana dalam proes
belajar mengajar siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil yang bertujuan
untuk bekerja sama antara satu sama lain, bertukar pikiran dan berdiskusi untuk
mengasah pengetahuan agar bisa memahami suatu konsep secara bersama-sama.
H. Pengertian Model
Cooperative LearningTipe Snowball Throwing
Jika dilihat menurut asal kata dalam
bahasa Indonesia snowball throwing
berasal dari dua kata yaitu snowball
dan throwing. Snowball berarti bola salju sedangkan throwingberarti melempar, jadi dapat diartikan bahwa snowball throwing merupakan kegiatan
melempar bola salju. Di mana dalam prosesnya siswa diberikan kertas yang
nantinya kertas tersebut akan diisi oleh pertanyaan yang dibuat oleh siswa
sendiri, kemaudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibentuk menyerupai
bola, setelah itu kertas yang sudah menyerupai bola dilempar kepada temannya.
Selanjutnya Siswa yang sudah mendapatkan bola dari temannya harus membuka dan
menjawab pertanyaan yang ada didalamnya.
Menurut
Bayor (2010) snowball throwing
merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian
dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball throwing merupakan salah satu pembelajaran aktif (Active learning) yang dalam
pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru disini hanya sebagai pemberi
arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap
jalannya pembelajaran.
Selanjutnya
menurut Diyan (2011) selama ini pembelajaran
di kelas didominasi oleh pemahaman strukturalis,
objektivisme dan behaviorisme yang bertujuan siswa mengingat informasi, lalu terjadi
memorisasi. Pembelajaran dengan tipe snowball
throwing tidak demikian dalam hal ini peserta didik diberikan kebebasan
untuk membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti
pada pengetahuan yang dialaminya. Di dalam tipe pembelajaran snowball throwing strategi pemerolehan
dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.
I.
Hakekat
Model Cooperative LearningTipeSnowball Throwing
Model
cooperative learning tipe snowball throwing merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan
sesama peserta didik. Hubungan kerjasama itu menimbulkan persepsi positif
tentang apa yang dialkukan peserta didik untuk mencapai keberhasila belajar. Tipe
pembelajaransnowball throwing melatih
siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan melaksanakan pesan
tersebut (Widodo dalam Sutoro 2012). Pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik
bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang
dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu yang saling melempar bola
kertas yang berisi pertanyaan kemudian menjawab pertanyaan yang ada dalam bola
kertas tersebut (Tuggal dalam Sutoro 2012).
J.
Karakteristik
Model Cooperative LearningtipeSnowball Throwing
Menurut
Widodo dalam Sutoro (2012), tipe
pembelajaran snowball throwingmenggunakan
prinsip pembelajaran kooperatif yang mempunyai 5 prinsip :
1. Prinsip
belajar siswa aktif (student active
learning)
2. Prinsip
belajara kerjasama (cooperative learnin)
3. Prinsip
belajar partisipatorik
4. Prinsip
belajar reaktif (reactive teaching)
5. Pembelajaran
yang menyenangkan (joyfull learning)
K. Penerapan Model Cooperative Learning TipeSnowball Throwing
Menurut
Widodo dalam Sutoro (2012) tipe snowball
throwingmenggunakan 3 penerapan pembelajaran, yaitu :
1. Penerapan
pembelajaran conturcitivism:
pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas dengan konten
yang terbatas melalui pengalaman yang nyata.
2. Pembelajaran
inquiry : pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh bukan mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri
3. Penerapan
pembelajaran questioning : dari
bertanya anak didik bisa menggali informasi dan mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui.
L. Langkah-langkah Model
Cooperative Learning tipe Snowball Throwing
Menurut
Suprijono (2012: 128) langkah-langkah
pembelajaran snowball throwing adalah
sebagai berikut:
a. Guru
menyampaikan materi yang akan disajikan
b. Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan materi
c. Masing-masing
ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d. Kemudian
masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok
e. Kemudian
kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit.
f. Setelah
siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
g. Evaluasi
h. Penutup
M.
Kelebihan
Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing
Setiap
model pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri, seperti
halnya pada model coopetaive learning tipe
snowball throwing, model ini memiliki
beberapa kelebihan. Menurut Tanggal dalam Sutoro (2012) kelebihan modelcooperative learningtipe snowball
throwing adalah sebagai berikut:
a. Melatih
kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dan bersumber pada materi yang diarahkan, serta memberikan pengetahua;
b. Siswa
lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari;
c. Dapat
membangkitkan keberanian siswa dalam menggunakan pertanyaan;
d. Melatih
siswa menjawab pertanyaan;
e. Merangsang
siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan;
f. Dapat
mengurangi rasa takut dalam bertanya;
g. Siswa
lebih mengerti makna kerjasama;
h. Siswa
aka memahami makna tanggung jawab.
Sedangkan
menurut Hidayati (2012:16) kelebihan yang dimiliki oleh model ini antara lain:
a. Melatih
kesiapan siswa
b. Saling
memberikan pengetahuan
c. Suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar
bola kertas kepada siswa lain.
d. Siswa
mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikan
kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain.
e.
Membantu siswa
siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat
temannya seperti apa.
N.
Kelemahan
ModelCooperative Learning tipe Snowball Throwing
Kelemahan
ini yang menjadi hal penting untuk lebih diantisipasi saat penerapannya guna
kelancaran penelitian yang dilakukan. Adapun kelemahan pada modelcooperative learning tipe snowball throwingmenurut Hidayati
(2012:17) yaitu:
a. Sangat
bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang
dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa
biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal
yag telah diberikan.
b. Ketua
kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi
anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit
untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
c. Tidak
ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok
kurang termotivasi untuk bekerja sama. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru
untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
O.
Cara
Mengatasi Kelemahan Model Cooperative
LearningTipe Snowball Throwing
Dari
kelemahan-kelemahan yang sudah dijelaskan di atas, dapat dilakukan antisipasi
agar kelemahan-kelemahan yang terdapat pada model ini tidak menjadi penghambat
dalam kelancaran penelitian yang dilakukan. Menurut Sutoro (2012), Untuk
mengatasi kelemahan model cooperative
learning tipesnowball throwing,
untuk menghindari salah persepsi pada materi yang diterangkan guru kepada ketua
kelompok adalah dengan cara merubah sebagian langkah-langkah pembelajaran.
Langkah pembelajaran yang dirubah adalah yang semula
materi pembelajaran dijelaskan oleh guru kepada ketua kelompok, dan ketua
kelompok menjelaskan kepada aggotanya, diubah menjadi materi pembelajaran
dijelaskan oleh guru kepada semua siswa secara langsung.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SD Negeri Panancangan 4 kota Serang dengan subjek
penelitian yaitu siswa kelas V yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri atas
19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Adapun objek pada penelitian ini
adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan
menggunakan model cooperative learning
tipe snowball throwing. Peneliti ini
berkolaborasi dengan guru kelas di kelas V dengan pembagian tugas yang sudah disepakati
sebelumnya, dimana guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai
observer. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan mulai tanggal 1 - 30
Apri 2014.
B. Desain
Penelitian
Desain
tindakan kelas yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart. Didalam siklus
atau putaran terdapat empat komponen yang meliputi:
a. Perencanaan
(planning).
Pada
tahap perencanaan (Planning) peneliti menentukan titik atau fokus
peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian
membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlangsung.
b. Tindakan
(acting).
Pada
tahap tindakan (act) adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yaitu menggunakan tindakan kelas.
c. Observasi
(observing)
Pada
tahap pengamatan (observe) peneliti mengamati pelaksanaan tindakan yang
dilakukan guru.
d. Refleksi
(reflection)
Pada
tahap refleksi (reflection) merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui
beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana
yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia menghentikan kegiatannya.
(Arikunto, 2006: 16-20).
Model penelitian
yang dipilih adalah model siklus yang dilakukan secara berulang dan
berkelanjutan (Siklus Spiral) artinya pembelajaran yang semakin lama
semakin meningkat hasil belajarnya (mampu mengatasi masalah yang muncul di
kelas). Tahapan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2006:16) yaitu:
1. Perencanaan atau planning
2. Tindakan atau acting
3. Pengamatan atau observing
4.
Refleksi
Adapun
alur pelaksanaan tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:
SIKLUS I SIKLUS
II dst
Bagan
3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
model spiral dari Kemmis dan Taggart (Jamaludin,
2012:15).
C. Prosedur
Penelitian
Pra
Siklus
Pada bagian ini penelitian
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar di kelas V.
Adapun tahapannya terdiri dari:
a) Observasi
Observasi dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar di kelas yang sesuai
dengan pedoman observasi yang telah dirancang.
b) Refleksi
Peneliti dan guru mengadakan
diskusi dan evaluasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sebagai hasil dari kegiatan observasi yang dilakukan peneliti.
Dalam hal ini peneliti mendiskusikan dengan guru untuk menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwingagar kegiatan belajar
mengajar di kelas V lebih baik dari yang pernah dilakukan guru.
Setelah melakukan
persiapan-persiapan pra penelitian, selanjutnya peneliti melakukan
langkah-langkah penelitian tindakan yang dimulai dari siklus 1 dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Setelah
melaksanakan observasi pra penelitian dan memungkinkan untuk melakukan
penelitian, maka tahap perencanaan ini adalah menyusun perangkat pembelajaran
terdiri atas:
1)
Silabus
Silabus mata pelajaran PKn
kelas V digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Pelaksaan Pembelajaran
(RPP).
2)
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang didalamnya menggunakan model coopertive learningtipe snowball
throwing
3) Bahan
Ajar
Bahan ajar yang digunakan
adalah bahan ajar yang terdapat pada buku paket PKn pada materi “Ikut Serta
Berorganisasi”
4) Lembar
Kerja Siswa (LKS)
Bentuk LKS yaitu mengisi
lembar kegiatan secara kelompok mengenai macam-macam kegiatan organisasi di
lingkungan sekolah
5) Membuat
lembar observasi
Lembar observasi aktivitas
guru dan siswa untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas V
ketika model pembelajaran diterapkan.
6) Membuat
angket
Angket ini dibuat untuk
mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa dalam penerapan model
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tindakan
yang telah dirancang dilaksanakan oleh peneliti sebagai observer dan satu orang
guru kelas V SDNegeriPanancangan 4 yang bertindak sebagai pengajar.
Pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball
throwing
Pelaksanaan
tindakan yaitu praktik pembelajaran berkelompok. Adapun tahapan rencana yang
akan dilaksanakan sebagai berikut:
a)
Mengecekkesiapan siswa.
b)
Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
c)
Guru menjelaskan konsep
materi tentang ikut serta berorganisasi.
d) Membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-6
orang.
e)
Menjelaskan teknis permainan
dalam penerapan model pembelajaran yang akan digunakan.
f)
Setiap kelompok menunjuk satu
orang untuk menjadi ketua kelompok
g)
Guru menyampaikan konsep
tentang materi kepada masing-masing ketua kelompok.
h)
Ketua kelompok menyampaikan materi
kapada semua anggota kelompok.
i)
Membagikan LKS kepada setiap
kelompok, jumlah LKS setiap kelompok disesuaikan dengan jumlah anggota
kelompok.
j)
Setiap siswa membuat satu
buah soal pada lembar kerjannya masing-masing yang kemudian dibuat seperti
bola.
k)
Setiap siswa melemparkan bola
yang berisi soal kepada temannya, lalu kemudian setiap siswa menjawab soal yang
didapatkannya.
l)
Guru memberi kesempatan untuk
bertanya, lalu kemudian guru menyimpulkannya.
m) Memberikan
tes tertulis.
c. Observasi (Observing)
Observasi
dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat. Lembar observasi
terdiri dari:
1. Lembar
aktivitas guru
2. Lembar
aktivitas siswa
Proses
observasi dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
dalam kelas selama melakukan tindakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning
tipe snowball throwing. Pengamatan
juga dilakukan terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dari prilaku guru terhadap siswa selama
proses pembelajaran.
d. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilaksanakan pada
setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan perencanaan
tindakan dan pengamatan, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis
oleh tim kolaborasi. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan dari apa
yang dilakukan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus
berikutnya.
D. Teknik Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data pada penelitian ini dilakukan
dengan dua teknik, yaitu dengan tes dan
non tes.
a. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam mengetahui
dan memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru. Bentuk tes dalam
penelitian ini yaitu tes subyektifyang terdiri tes isian. tes isian ini dibuat
sebanyak 10 butir soal. Menurut Wahyudin, dkk (2006:46), tes subyektif atau
uraian dapat dilakukan dengan diberikan skor yang berbeda untuk masing-masing
tingkat kesukaran soal, soal yang sukar tentu diberikan skor yang lebih tinggi
dari pada soal sedang dan mudah, nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan skor
testi dibagi skor ideal kemudian dikonversikan dengan skala penilaian yang
dipakai (skala 1-10 atau 10-100 atau 1-4).
Berikut ini rumus untuk
pengolahan tes subyektif atau uraian:
Nilai akhir =
(Wahyudin, dkk 2006:47)
b. Non Tes
1.
Observasi
Observasi
dilakukan peneliti, yang terdiri dari observasi awal dan observasi ketika tindakan, Observasi awal dilakukan untuk mengetahui
interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan observasi ketika tindakan dilakukan pada tiap siklus, observasi ini
dilakukan oleh peneliti sebagai
alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Sudjana , 2009:84).
2.
Angket atau Kuesioner
Angket
atau kuesioner digunakan untuk mengetahui informasi dari siswa atau guru
tentang respon terhadap perlakuan yang di berikan. Menurut Arikunto (2010:194),
angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui.
E. Instrumen
Pengumpulan Data
1. Instrument
penelitian
Menurut
Ibrohim,dkk dalam Rosidin dan Jamaludin (2012:39), instrument yang dimaksudkan
dalam PTK adalah alat yang digunakan oleh guru
atau observer untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan
untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan. Adapun Instrument
yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Tes
Tes
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam menguasai materi.
Ketika sebelum dilakukan perbaikan dan sesudah dilakukan tindakan dengan model cooperative learningtipe snowball throwing. Tes digunaka untuk
mengetahui hasil produk pada tingkat kognitif siswa. Tes yang diberikan berupa
soal uraian yangdiberikan saat
evaluasi atau setiap siklus selesai.
b. Lembar
Observasi
Observasi
dalam penelitian ini menggunakan instrumen lembar observasi yang berbentuk
tabel dengan butir-butir kegiatan yang akan diamati dan dengan rentang skala
deskriptif berupa: baik sekali (BS), baik (B), cukup (C), kurang (K), dan
kurang sekali (KS) skala ini dilakukan untuk mengkategorikan kegiatan siswa dan
guru saat proses pembelajaran berlangsug.
Menurut
Sukmadinata (2011:220) observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru
mengajar, siswa mengajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan,
personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya.
Lembar
observasi merupakan pedoman yang digunakan untuk menjaring data dalam proses
belajar mengajar. Peneliti akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan siswa
bila sudah disiapkan pedoman observasinya. Aktivitas yang dijaring pada lembar pedoman observasi ini berupa
interaksi guru terhadap siswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap
bahan pembelajaran.
c. Angket
atau Kuesioner
Lembar angket atau kuesioner pada
penelitian ini berisi daftar pernyataan yang diajukan kepada guru dan siswa.
tujuan dilakukan angket adalah untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan
siswa mengenai pelaksanaan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learningtipe snowball throwing dalam pembelajaran. Angket
atau kuesioner dalam penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk tabel
dengan pernyataan dan dengan rating-scale(skala
bertingkat) dari sangat setuju (ST), setuju (T), tidak setuju (TS), sampai
sangat tidak setuju (STS) untuk mengkategorikan respon dari siswa. Menurut
Arikunto (2010:195), angket berbentuk rating-scale(skala
bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan
tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke tingkatan
sangat tidak setuju.
F.
Indikator
Keberhasilan
Kriteria
yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah menycakup beberapa indikator
yaitu:
1. Meningkatnya
aktivitas belajar siswa saat proses belajar mengajar berlangsung hingga mencapai
minimal75% dari jumlah
keseluruhan siswa.
2.
Meningkatnya
hasil belajar pada siswa yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes yang
diberikan hingga mencapai minimal 75% di atas nilai KKM. Dimana nilai KKM yang
sudah ditetapkan sekolah adalah 70.
G. Teknik Analisis
Data
Teknik
analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang
diperoleh melalui tes hasil belajar, observasi, dan angket
a. Pengolahan Hasil Tes
Data yang diperoleh dari
hasil tes hasil belajar kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap
siswa, menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran
yang jelas mengenai hasil belajar siswa atau pemahaman siswa terhadap pelajaran
PKn. untuk menghitung nilai dan rata-rata nilai siswa rumus yang digunakan
sebagai berikut :
Rumus
Menghitung Nilai Siswa:
Keterangan:
N : Nilai siswa
|
Keterangan :
X = Rata – rata (mean)
∑x = Jumlah
seluruh nilai
N = Banyaknya
siswa
(Sudjana 2009:109 )
b.
Pengolahan Hasil Observasi dan
Angket
Data
mengenai aktivitas guru dan siswa diperoleh pada saat melakukan proses belajar
mengajar berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi, kemudian dicarikan
skor rata-ratanya. Skor rata-rata aktivitas siswa dan guru akan dibagi menjadi
empat kategori, yaitu baik sekali, baik, sedang dan kurang. Sedagkan angket
diperoleh setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanaka. Skor rata-rata akan
dibagi pula menjadi empat kategori, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju
dan sangat tidak setuju. Adapun hasil rata-rata lembar observasi dan angket
akan diperoleh melalui rumus sebagai berikut:
(Wahyudin,dkk.
2006:87)
Tabel 1.
Kriteria Penilaian
Rentang Nilai
|
Presentase
|
Huruf Mutu
|
90-99
|
90-99%
|
A (Baik Sekali)
|
80-89
|
80-89%
|
B (Baik)
|
70-79
|
70-79%
|
C (Cukup)
|
60-69
|
60-69%
|
D (Kurang)
|
Kurang dari 60
|
Kurang dari 60%
|
E (Tidak Lulus)
|
(Sudjana,
2009:118)
H. Tim Kolaborasi
Dalam peneitian
ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas di kelas V SD Negeri Panancangan 4. Peneliti dan
guru bekerjasama untuk merancang dan membuat perangkat pembelajaran, mulai dari
pembuatan RPP, instrumen soal sampai pembuatan media pembelajaran. Dalam
pelaksanaannya peneliti dan guru membagi tugas masing-masing, dimana guru
sebagai pelaksana tindakan sedangkan peneliti sebagai observer.
I.
Jadwal
Kegiatan Penelitian
No
|
Rencana
Kegiatan
|
Desember
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
||
1
|
Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengajuan
Judul
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penyusunan
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Bimbingan Penelitian
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
5
|
Seminar
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Revisi proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pra Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Penelitian Siklus 1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Penelitian Siklus 2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Pengolahan dan
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Penyusunan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Penyerahan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Revisi Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
14
|
Sidang Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
15
|
Revisi Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil
penelitian merupakan serangkaian laporan tentang hasil tindakan yang sudah
dilakukan selama penelitian berlangsung yang mencakup perencanaan, pelaksaaan,
observasi serta refleksi. Dimana dalam isi laporan berupa keberhasilan,
kelemahan serta apa saja yang menyangkut aktivitas dalam tindakan yang sudah
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini dilakukan
dengan tiga tahap, yang terdiri dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada
tahap pra siklus peneliti hanya melakukan observasi dan refleksi, sedangkan
pada tahap siklus I dan II mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
Deskripsi
Data
1.
Pra
Siklus
Pra
siklus merupakan tahap awal sebelum melakukan tindakan, baik pada tindakan di
siklus I maupun sklus II. Pada tahap ini peneliti melakukan dua tahap yaitu
tahap observasi dan tahap refleksi. Tahap observasi ini dilakukan agar peneliti
mengetahui proses awal yang dilakaukan guru pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, sedangkan tahap refleksi dilakukan setelah guru selesai melakukan
proses belajar mengajar. Adapun deskripsi data pada setiap tahap dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a.
Observasi
Pada
tahap observasi peneliti berkunjung
ke kelas yaitu di kelas V, peneliti
mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Pembelajaran dilaksanakan oleh ibu Anita sebagai guru
kelas di kelas V. Adapun instrumen yang
digunakan pada tahap pra siklus ini yaitu dengan menggunakan instrumen
observasi guru dan siswa. 3 x 35 menit proses belajar mengajar berlangsung.
Selama proses tersebut terdapat beragam aktivitas yang dilakukan oleh guru dan
siswa. Pertama aktivitas siswa, selama proses pembelajaran beberapa siswa ada
yang tidak memperhatikan guru disaat guru menjelaskan materi ajar, ada juga yang sering izin ke
kamar mandi, dan ada juga yang diam dan tertidur. Hal tersebut terjadi karena
dalam proses pembelajaran, guru terlihat masih kurang tanggap terhadap
aktivitas yang dilakukan oleh siswa, guru terlalu fokus kepada materi ajar yang disampaikannya,
sehingga penguasaan kelasnya kurang, terlebih pada proses pembelajarannya guru
masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau tidak bervariatif,
dimana dalam proses pembeajarannya masih terpusat pada guru atau teacher center, sehingga siswa kurang
dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Hasil
pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan sebelumnya,
maka tahapan aktivitas belajar guru dan siswa masih rendah yaitu 61.7%
untuk aktivitas belajar guru dan 46.7%
untuk aktivitas belajar siswa. Hal tersebut bisa menjadi bukti fisik bahwa
selama ini aktivitas belajar siswa dan guru masih masuk dalam kategori rendah.
Melihat permasalahan di atas tentunya harus ada sikap bijak dari guru untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut agar tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Berikut data aktivitas belajar siswa dan guru yang
disajikan dalam diagram: (Lampiran 3 halaman 174).
Diagram 4.1
Aktivitas Belajar Siswa dan Guru
b.
Refleksi
Pada
tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan ibu Anita selaku guru yang mengajar
PKn sekaligus guru kelas V mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses
pembelajaran. hasil diskusi yang dapat
disimpulkan bahawa ternyata selama ini proses pembelajaran yang terjadi tidak
jauh dari hasil pengamatan yang peneliti peroleh saat melakukan observasi.
Siswa kurang merespon guru saat pembelajaran, banyak siswa yang izin ke luar
dengan alasan ke kamar kecil dan lain sebagainya. Sehingga penguasaan siswa
dalam memahami materi rendah dan hal tersebut berdampak kepada rendahnya hasil
belajar pula. Yang pada intinya siswa tidak termotivasi untuk megikuti proses
pembelajaran. ditambah lagi guru masih menggunkan model pembelajaran yang
konvensional. Sehingga tidak ada variasi dalam kegiatan pembelajarannya. Namun
disisi lain gurupun memiliki hasrat untuk bagaimana cara meningkatkan motivasi
siswa sehingga motivasi tersebut akan berdampak kepada peningkatan hasil
belajar siswa. Maka dari itu peneliti mengajak guru untuk berkolaborasi dengan
peneliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Siklus
I
a.
Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti dengan guru berdiskusi merencanakan segala hal persiapan dalam
melakukan tindakan untuk memperbaiki permasalahan yang ditemukan pada saat pra
penelitian. Dimanadalam penerapannya akan dilakakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing.Adapun hal-hal yang
dilakukan dan dipersiapkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskusikan
bagaimana penerapan dan langkah-langkah penggunaan model cooperative learning tipe snowball
throwing dalam proses pembelajaran.
2. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimana
dalam tahap penyusunsan RPP, peneliti dan guru menyususn indikator yang
akan dicapai, dengan mempertimbangkan dari kompetensi dasar.
3. Menyiapkan
lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi guru dan observasi siswa.
Lembar observasi ini bertujuan sebagai lembar instrumen yang digunakan untuk
mengetahui sejauhmana aktivitas guru dan aktivitas siswa.
4. Menyiapkan
lembar angket siswa. Lembar angket ini dibuat agar peneliti bisa mendapatkan
informasi tentang respon siswa terkait dengan penerapan model cooperative learning tipe snowball throwng dalam proses pembelajaran.
5. Menyiapkan
lembar kerja kelompok, hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
kelompok. Tahap ini dilakuka pada saat materi selesai disampaiakan. Soal pada
lembar kerja kelompok dibuat oleh peneliti bersama guru dengan mempertimbangkan
indikator yang ingin dicapai.
6. Membuat
soal evaluasi individu dengan menggunakan pertimbangan dari guru dan tim ahli.
Soal yang dibuat akan diberikan kepada setiap siswa pada saat tugas kelompok
sudah selesai dikerjakan.
7. Membuat
lembaran kertas kosong untuk digunakan siswa pada saat pembuatan soal dalam
permainan snowball throwing
b.
Tindakan
A. Pertemuan
Pertama
Pada tahap ini adalah
tahap dimana guru yang menjadi pelaksana tindakan atau yang mengajar sedangkan
peneliti sebagai observer. Tahap ini berlangsung pada hari Rabu tanggal 02
April tahun 2014, tepatnya pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 09.30. Proses
pembelajaran pada mata pelajaran PKn ini dengan menggunaka model cooperative learning tipe snowball throwingdengan indikator yang
sudah direncanakan pada RPP.
1.
Kegiatan
Awal Pembelajaran
Guru
dan observer masuk ke dalam kelas secara bersamaan, dan langsung menempati
tempat masing-masing, guru berada di depan kelas sedangkan observer berada di
belakang siswa. Guru membawa bahan ajar mulai dari buku paket, media
pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), absensi siswa, serta
perlengkapan alat tulis, seperti spidol yang sudah siap digunakan. Sedangkan
observer membawa lembar observasi siswa dan observasi guru.
Setelah
jeda sebentar untuk menyimpan segala perlengkapan yang dibawa, guru langsung
mengucap salam, setelah semua siswa menjawab, selanjutnya guru menanyakan kabar kepada semua siswa, baru
setelah itu guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum proses
pembelajaran dimulai. Seberesnya berdoa siswa dicek kehadirannya oleh guru
dengan cara dipanggil satu persatu. Pada
siklus pertama ini siswa yang hadir hanya 34 orang, yang terdiri atas
17 perempuan dan 17 laki-laki. Sisanya tidak hadir dikarenakan ada yang sakit
dan izin.
Sebelum
masuk kepada materi, guru memberikan apersepsi dengan memotivasi dan memberikan
pertanyaan kepada siswa. Pada saat memotivasi guru menanyakan cita-cita bebrapa
siswa yang ditunjuk. Lalu menguatkan cita-cita semua siswa bahwa cita-cita yang
diinginkan akan tercapai jika siswa belajar dengan rajin. Sedangkan pertanyaan
yang dilontarkan oleh guru berhubungan dengan materi yang akan disampaikan
yaitu tentang berorganisasi. berikut pertannyaan yang di tanyakan oleh guru
adalah 1. Siapakah yang setiap hari jumat mengikuti kegiatan pramuka? 2. Apa
manfaat yang kalian dapatkan jika kalian mengikuti pramuka?. Siswapun menjawab dengan penuh semangat. Lalu
guru menanggapi jawaban dari siswa.
2.
Kegiatan
Inti Pembelajaran
Diawal
pembelajaran, sebelum guru menyampaikan materi ajar. Guru menyampaikan terlebih
dahulu tujuan pembelajaran dan indikator yang ingin dicapai. Selanjutnya siswa
diminta untuk membuat kelompok. Guru mengintruksikan kepada siswa untuk memilih
teman kelompoknya sendiri. Dimana dalam satu kelompok terdir atas 4-6 orang.
Setelah siswa mendapat intruksi dari guru untuk memulai, siswa langsung mencari
teman dan membentuk kelompok. Setelah kelompok terbentuk, siswa diharuskan memberi nama dan memilih satu
orang untuk dijadikan ketua kelompok. Adapun nama kelompok diambil dari nama
kartun. Kelompok dibentuk menjadi 6, penamaan setiap kelompok adalah; kelompok
1 (Hello Kitty), kelompok 2 (Dora Emon), kelompok 3 (Shincan), kelompok 4 (Upin
Ipin), kelompok 5 (Pokemon), dan kelompok 6 (Bunga).
Ketua
kelompok yang sudah dipilih oleh masing-masing anggota kelompoknya diminta maju
ke depan oleh guru untuk diberikan pemahaman tentang materi berorganisasi.
Gambar 4. 1
Guru sedang Menyampaikan Materi Kepada Semua Ketua
Kelompok
Setelah
materi selesai disampaikan kepada ketua kelompok, selanjutnya guru meminta ketua kelompok untuk kembali ke
tempat duduk dan menyampaikan materi tentang berorganisasi kepada anggotanya
masing-masing .
Hampir
kurang lebih 10 menit siswa diberi waktu oleh guru untuk berdiskusi memahami
materi tentang organisasi. Para ketua kelompok berusaha untuk menyampaikan
materi tentang berorganisasi kepada anggotanya dengan menggunakan bahasanya
sendiri. Saat proses ini berlangsung terlihat para anggota yang serius untuk
mendengarkan materi yang disampaikan ketua. Pada tahap ini tugas guru adalah
membimbing dan memantau semua kelompok, baik dari kejauhan ataupun dari dekat.
Selain itu juga guru meminta kepada seluruh kelompok, jika ada yang kurang
dipahami dan dimengerti siswa diminta
untuk langsung bertanya kepada guru.
Gambar 4.2
Ketua Kelompok Sedang Menyampaikan Materi Kepada
Anggotanya
setelah
waktu yang diberikan telah habis, selanjutnya guru meminta setiap ketua
kelompok untuk membagikan lembaran kertas kosong kepada anggotanya
masing-masing. Kertas kosong tersebut akan digunakan oleh setiap siswa untuk
membuat soal, masing-masing siswa membuat satu soal. Pada tahap ini masih ada
siswa yang masih ngobrol dan tidak ikut dalam diskusi kelompok. Melainkan
mengganggu temannya yang lain.
Gambar 4.3
Guru
dan Siswa Mengangkat Kertas Kosong
Kertas
putih yang siswa gunakan merupakan salah satu instrumen yang sudah disiapkan
oleh guru, dan diberikan pada saat guru menyampaikan materi kepada para ketua
kelompok.
Setelah
siswa mendapatkan kertas, selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk membuat
soal, setiap siswa membuat satu soal yang berkaitan dengan materi. Setelah
siswa selesai membuat soal selanjutnya kertas yang berisi soal dibentuk
menyerupai bola, bola tersebut akan digunakan untuk permainan snowball throwing.
Saat
permainan dimulai guru membimbing dan mengarahkan siswa agar pembelajaran bisa
berjalan dengan baik. Dalam proses permainnanya bola yang berisi soal
dilemparkan kepada kelompok lain secara bergantian, baru setelah siswa
mendapatkan bola, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan secara bergantian. Berikut isi pertannyaan dan jawaban salah satu
siswa:
Pertanyaan siswa 1 :
Organisasi yang dekat dengan kita adalah?
Jawaban
siswa 2 : Keluarga dan sekolah
Gambar 4.4.
Siswa Bermain Snowball Throwing
Setelah
siswa 2 menjawab, guru langsung menanggapinya, dengan bertanya kepada semua
siswa, adapaun pertannyaan guru adalah sebagai berikut: “ jawabanya apakah
benar atau salah anak-anak?. Siswapun ada yang menjawab salah dan benar, namun
kebanyakan menjawab salah. Lalu guru meluruskan jawabannya “ karena sekarang
kalian masih belajar di sekolah, jadi kalau organisasi yang paling dekat dengan
kita adalah pramuka, dan koperasi sekolah. Setelah guru meluruskan jawaban dari
siswa 2 selanjutnya guru menunjuk siswa lain untuk membacakan dan menjawab
pertanyaan. Adapun isi soal dan pertannyaan dari siswa adalah sebagai berikut:
Pertanyaan
siswa 3 : Apa ciri-ciri organisasi?
Jawaban
siswa 4 : kumpulan manusia, tujuan bersama, kerja sama, dan pengaturan.
Seberesnya
siswa 4 menjawab, guru bertanya kepada semua siswa. “ apakah jawabanya betul?
Siswa pun menjawab dengan kompak “betul bu”. Guru langsung menanggapinya, “ ya
anak-anak jawabannya betul. “Jadi kalau ciri-ciri organisasi itu ada empat,
yaitu adanya kumpulan manusia, memiliki tujuan bersama, adanya kerja sama,
serta adanya aturan. Kegiatan tersebut dilakukan sampai semua siswa menjawab
pertanyaan dari soal yang didapatkannya.
Gambar 4.5
Siswa
Menjawab Petanyaan Secara Bergantian
Sekitar
20 menit permainan snowball throwing
dilakukan, setelah semua siswa mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan,
selanjutnya guru memberikan tugas kelompok melalui lembar kerja kelompok, namun
sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan guru menanyakan kembali hal-hal
yang belum dipahami terkait materi yang sudah dipelajari. Saat guru sudah yakin
kalau siswa sudah memahami materi, baru mulailah guru membagikan lembar kerja
kelompok.
Melalui
lembar kerja kelompok tersebut siswa dituntut untuk berdiskusi, pada tahap ini
siswa terlihat berdiskusi mengerjakan tugasnya dengan baik, namun masih ada
juga aktivitas belajar siswa yang tidak diharapkan, seperti mengobrol dengan
teman yang lain, mengganggu kelompok yang lain dan ada juga yang pergi keluar untuk
ke kamar kecil.
Gambar 4.6
Aktivitas
Siswa Saat Berdiskusi Mengerjakan Lembar Kerja Kelompok
Setelah
siswa selesai mengerjakan tugas kelompoknya, ketua kelompokpun mengumpulkan
hasilnya ke meja guru. Setelah itu guru membahas setiap soal yang didiskusikan
oleh setiap kelompok, sampai siswa benar-benar paham dan siap untuk mengerjakan
soal individu dalam evaluasi pembelajaran. kegiatan pada tahap inti berlangsung
selama 60 menit.
3.
Kegiatan
Akhir Pembelajaran
Pada
tahap ini, guru menanyakan kembali hal-hal yang ingin ditanyakan dan belum
dipahami oleh siswa terkait materi yang sudah dipelajari. Karena pada saat itu
tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan sehingga guru bertannya balik kepada
siswa dengan menunjuk perkelompok untuk menjawabanya, adapun pertanyaan yang
diberikan kepada beberapa kelompok
adalah sebgai berikut:
Guru : Kelompok hello
kitty, apa yang dimaksud dengan berorganisasi?
Kelompok helo kitty
: organisasi adalah sekelompok manusia
yang diatur untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Siswa menjawab dengan
lantang dan kompak, karena ada sebagaian anggta kelompok menjawab dengan
membaca buku. Setelah siswa menjawab, gurupun menegaskan bahwa jawabnnya adalah
“betul”. Selanjutnya guru menunjuk lagi satu kelompok dengan pertannyaan
sebagai berikut:
Guru : kelompok dora
emon, coba sebutkan ciri-ciri dari organisasi?
Kelompok dora emon :
kumpulan manusia, tujuan bersama, kerja sama, dan pengaturan.
Guru : betul anak-anak,
jadi ciri-ciri organisasi adalah adanya kumpulan manusia, memiliki tujuan
bersama, melakukan kerja sama, dan
adanya pengaturan.
B. Pertemuan Kedua
Pertemuan
kedua berlangsung pada hari Jumat tanggal 4 April2014, tepatnya pada pukul
07.30-09.30. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ini sudah direncanakan
dan disusun dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Aktivitas yang
dilakukan pada pertemuan dua ini, tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama,
namuan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terkait materi, guru melakukan
evaluasi. Bedanya jika pada pertemuan pertama evaluasi yang dilakuakn adalah melalui tugas kelompok, tapi kalau pada
pertemuan kedua dilakukan dengan memberikan soal individu. Berikut deskripsi
langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua secara singkat.
1.
Kegiatan
Awal Pembelajaran
Pada
kegiatan awal pembelajaran guru dan observer masuk kelas dengan membawa segala
perlengkapan yang sudah disiapkan. Setelah itu guru mengucap salam dan meminta
ketua kelas untuk memimpin doa mengawali pembelajaran. Setelah siswa berdoa,
seperti biasa guru mengabsen siswa dengan cara memanggil nama siswa satu
persatu. Saat siswa yang dipanggil tidak hadir, gurupun langsung bertanya
alasan ketidakhadiran kepada teman sebangkunya atau teman sekampungnya.
2.
Kegiatan
Inti Pembelajaran
Setelah
guru mengabsen semua siswa, selanjutnya guru menyampaikan indikator dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Baru setelah itu guru mengatur dan membimbing
siswa untuk membentuk kelompok, dengan diketahui oleh satu orang. Ketua dipilih
langsung oleh para anggota kelompok. Setelah ketua kelompok terpilih,
selanjutnya guru memanggil setiap ketua kelompok untuk maju menghadap guru di
mejanya. Setiap ketua kelompok diberikan satu berkas poto kopian materi ajar
yang sudah disiapkan guru sbelumnya. Selain itu juga para ketua kelompok
diberikan pemahaman materi oleh guru.
Pada
saat guru menyampaikan materi kepada para ketua kelompok. Semua siswa yang
menjadi anggota kelompok memperhatikan dan mendengarkan juga apa yang
disampaikan guru kepada ketua kelompok, selain itu juga guru meminta seiap
kelompok untuk membuka materi yang terdapat pada buku paket, hal ini berguna
untuk membantu pemahaman awal siswa sebelum para ketua kelompok meyampaikan
materi dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Setelah
guru selesai menyampaikan materi kepada para ketua kelompok, kini saat para
ketua untuk menyampaikan kembali materi kepada anggotanya masing-masing. Pada
saat proses ini berlangsung guru membimbing setiap kelompok dan membantu ketua
kelompok pada saat ketua lupa akan materi yang harus disampaikan. Baru setelah
guru sudah yakin kalau semua kelompok
sudah mendapatkan pemahaman materi oleh ketua kelompok, selanjutnya siswa
diberitahukan oleh guru untuk memulai permainan snowball throwing, lalu siswapun bergegas untuksegera membuat soal
dalam kertas dan setelah selesai siswa langsung membentuk kertas tersebut
menyerupai bola, dan permainanpun dimulai. Namun pada pertemuan duapun guru
belum maksimal dalam mengatur dan membimbing siswa khususnya dalam permainan snowball throwing, karena pada saat
proses ini berlangsung masih terlihat siswa yang melempar bola tidak beraturan,
ada satu orang siswa yang mendapatkan lebih dari satu bola dan ada juga yang
tidak mendapatkan bola sama sekali.
Gambar 4.7
Aktivitas siswa saat memulai permaianan SnowballThrowing
3.
Kegiatan
Akhir Pembelajaran
Setelah
permainan snowball throwing
dilaksanakan, Selanjutnya guru meminta ketua kelas untuk membagikan soal
individu kepada anggotanya masing-masing. Lalu siswapun mengerjakan soal secara
individu, pada proses ini masih ada salah satu siswa yang mencontek kepada
temannya dan membuka buku. Hal itu terjadi karena guru tidak melarang, namuan
tidak juga membolehkan untuk membuka buku dan mencontek, sehingga siswa merasa
dibebaskan untuk mencontek dan membuka buku.
Gambar 4.8
Siswa
Saat Mengerjakan Soal Individu
Sekitar
25 menit siswa mengerjakan soal, setelah siswa selesai mengerjakan soal individu,
guru langsung meminta mengumpulkan hasilnya. Sebelum guru menutup pembelajaran
guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada minggu yang akan datang.
Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan meninggalkan ruang kelas. Aktivitas
pada tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 menit.
C.
Observasi
Pada
tahap observasi, peneliti dibantu oleh satu orang rekan untuk merekap dan
mendeskripsikan keseluruhan aktivitas guru dan siswa selama di kelas.
Pengamatan observasi aktivitas belajar guru dan dan siswa dilakukan mulai dari
kegiatan awal pembelajaran, inti pembelajaran, sampai akhir pembelajaran.
1.
Observasi
Aktivtas Mengajar Guru
Observasi
aktivitas mengajar yang dilakukan guru dilakukan oleh peneliti mulai dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran, observasi ini dilakukan denagn
menggunakan lembar observasi yang sudah di siapkan sebelumnya. Observasi
aktivitas belajar guru ini dilakukan agar peneliti mengetahui sejauhmana
kesesuaian aktivitas belajar guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model cooperative learning tipe snowball throwing.
Hasil
observasi dari aktivitas belajar guru pada siklus pertama ini masih belum
mencapai nilai yang diharapkan, dimana keberhasilan dalam penelitian ini
dilihat dari aktivitas guru harus bisa mencapai minimal 95%, namun setelah
dipersentasekan, anggka yang didapat adalah 81,25%. Ketidakmaksimalan guru
inilah yang menjadi dampak kepada kurangnya aktivitas belajar siswa pula.
Adapun rincian nilai yang didapat dalam setiap indikator pada aktivitas guru
adalah sebagai berikut : aktivitas belajar guru yang termasuk dalam kategori “sangat baik” dari 16 indikator
adalah berjumlah 2 indikator yaitu (1) guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengajak siswa untuk berdoa, dan (2) guru mengabsen kehadiran siswa.
Kategori sangat baik yang didapat guru dalam aktivitasnya karena diawal
pembelajaran sebelum guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa, guru
memberikan ceramah sebentar tentang manfaat yang didapat jika disetiap
aktivitas yang dilakukan diawali dengan berdoa, dengan seperti itu siswa
menjadi semangat untuk berdoa pada awal pembelajaran, selain itu juga kategori
sangat baik ke dua yang didapat guru yaitu dari aktivitas disaat mengabsen,
guru berhak mendapatkan kategori ini karena guru mengecek satu persatu dan
menanyakan alasan ketidak hadiran siswa kepada teman dekatnya. Persentase yang
didapat pada kategori baik dalam aktivitas guru adalah 12, 5%.
Selanjutnya
aktivias belajar guru yang masuk dalam kategori “baik” berjumlah 13 indikator
yaitu (1) guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, (2) guru mengarahkan
siswa membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 siswa dan mengarahkan
untuk memilih ketua kelompoknya masing-masing, (3) guru menampilkan media
pembelajaran yang sudah disiapkan, (4) guru menjelaskan materi pembelajaran
kepada semua ketua kelompok, (5) guru memberikan kesempatan kepada ketua
kelompok untuk menjelaskan materi pembelajaran kepada anggotanya, (6) guru
membimbing siswa untuk berdiskusi mengenai materi materi pembelajaran dengan
kelompoknya, (7) guru membimbing siswa untuk aktif dalam memberikan gagasan
saat berdiskusi, (8) guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran, (9) guru membimbing siswa untuk menjawab
pertanyaan yang telah dibuat siswa lain, (10) guru melakukan evaluasi pembelajaran
bersama siswa, (11) guru membuat kesimpula materi pembelajaran bersama siswa,
(12) guru memberikan tes berupa soal uraia dengan menyuruh siswa untuk
mengerjakan dengan tertib dan tidak mencontek kepada temannya, (13) guru
mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa.
Mendapatkan
aktegori “baik” karena dalam proses aktivitasnya sesuai dengan apa yang
diharapkan meskipun belum mencapai maksimal. Seperti sebelum menyampaikan
materi, guru sebelumnya menyampaikan indikator keberhasilan dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, sehingga siswa mengetahui apa yang harus
mereka lakukan untuk mencapai indikator dan tujuan pembelajaran pada hari itu.
Selanjutnya pada saat pembentukan kelompok dan pemilihan ketua kelompok guru
terlihat membimbing dan mengatur dari awal pembentukan sampai pemilihan ketua
kelompok, meskipun belum sepenuhnya kondusif, karena terlihat masih ada salah
satu siswa yang asyik dengan aktivitasnya tanpa memperhatikan perintah guru.
Pada saat guru menyajikan materi dan memperlihatkan media pembelajaran siswa
terlihat antusias untuk memperlihatkan guru. Selanjutnya pada saat ketua
kelompok diberi penjelasan materi didepan kelas, guru bisa mengondisikan siswa
untuk tetap tenang, dengan cara memberikan materi tambahan yang harus dibaca
oleh setiap anggota kelompok. Setelah ketua kelompok mendapatkan materi dari
guru, selanjutnya tugas ketua kelompok menyampaikan kembali materi yang sudah
diberikan oleh guru kepada anggotanya,
dan pada saat proses itu terjadi guru senantiasa membimbing siswa, meski tidak
maksimal, untuk membimbing semua kelompok. Pada saat membimbing siswa dalam
berdiskusi, gurupun terlihat memberikan kata-kata untuk memacu siswa untuk
memberikan gagasan saat berdiskusi. Disaat permainan snowball throwing berlangsung, guru tidak henti untuk membimbing
siswa saat membuat dan menjawab pertanyaan, karena pada tahap ini ada siswa
yang masih kebingungan, tapi dengan dibimbingnya oleh guru siswapun menjadi
terkondisikan. Saat evaluasi pembelajaran guru dapat mengondisikan siswa dan
menyimpulkan materi bersama siswa, dan pada saat siswa mengerjakan soal, kelas
terlihat kondusif meski ada salah satu siswa yang mencontek kepada teman dan
membuka buku, dan terakhir guru menutup pembelajaran dengan baik dan rapih.
Persentase ativitas guru yang didapat pada siklus ini adalah dengan kategori
“baik” yaitu 65%.
Aktivitas
yang termasuk dalam kategori “cukup” dalam siklus satu hanya satu indikator
yaitu (1) guru bertanya jawab tentang materi organisasi untuk menggali
pengetahua awal siswa. Pada indikator ini guru masih terlihat kurang dalam
membangkitkan pengetahuan awal siswa, tahap ini bisa dikatakan atahap
apersepsi, yang bertujuan untuk memotivasi dan membangkitkan pengetahuan awal
siswa dengan melontarkan pertanyaan-petanyaan yang berkaitan dengan materi,
setelah siswa menjawabnya guru menanggapi dan meluruskan jawaban yang benar,
namun guru tidak maksimal untuk melakukannya. Guru hanya melontarkan pertanyaan
namun tidak semua pertanyaan yang dijawab siswa ditanggapi dan diluruskan oleh
guru. Sehingga persentase aktivitas guru yang didapat pada siklus satu pada
kategori “cukup” 3,75%. Berikut ini adalah penyajian hasil observasi aktivitas
belajar guru dalam bentuk tabel :
Tabel 4.1
Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Kategori
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
Jumlah
|
2
|
13
|
1
|
-
|
-
|
Skor
|
10
|
52
|
3
|
-
|
-
|
Persentase
|
12.5%
|
65%
|
3.75%
|
-
|
-
|
Persentases aktivitas guru
|
81.25%
|
||||
Keterangan
|
Aktivitas
= skor yang diperoleh x 100%
80
|
Berdasarkan
tabel 4.1 di atas, maka aktivitas mengajar guru dalam mengajar dapattergambar
pada diagram di bawah ini :
Diagram 4.2
Aktivitas Belajar Guru
Melalui
diagram di atas dapat terlihat bahwa persentase aktivitas belajar guru masih
rendah, dan masih belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian
ini. Dimana untuk mencapai keberhasilan
penelitian ini, guru harus mencapai nilai minimal 95%, sedangkan nilai yang
didapat guru dalam siklus satu ini adalah 81,25%. (lampiran 3 halaman 146)
2.
Observasi
Aktivitas Belajar Siswa
Pada
observasi aktivitas belajar siswa, peneliti dibantu oleh satu orang rekan,
karena jumlah siswa yang cukup banyak sehingga peneliti tidak akan maksimal
jika hanya peneliti saja yang mengobservasi aktivitas belajar siswa. Observasi
belajar siswa dilakukan mulai dari awal pembelajaran, inti, hingga akhir
pembelajaran.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada aktivitas belajar siswa
diperoleh nilai rata-rata 71,6 %, nilai tersebut masih belum mencapai
angka minimal. Dimana nilai minimal dalam persentase aktivitas belajar
siswa yang sudah ditetapka adalah 75%.
Adapaun data hasil aktivitas belajar siswa dapat dijabarkan sebagai berikut: Aktivitas
belajar siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik “ terdiri atas 17 siswa,
kategori “sangat baik” ini diraih oleh siswa pada 3 indikator yaitu (1) siswa bersama-sama berdoa untuk
membuka kegiatan pembelajaran, (2) siswa menjawab hadir ketika diabsen guru,
dan (3) siswa bersama-sama berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dari 14 indkator pada aspek yang
dinilai, pada kategori yaitu (1) siswa
bersama-sama berdoa untuk membuka kegiatan pembelajaran, (2) siswa menjawab
hadir ketika diabsen guru, (3) siswa
bersama-sama berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran, (4) siswa
memperhatikan media pembelajaran yang
ditampilkan guru, (5) siswa membuat soal pertanyaan yang berkaitan dengan
materi pembelajaran, (6) siswa mengevaluasi pembelajaran bersama guru, dan (7)
siswa membuat kesimpulan materi pembelajaran bersama guru. Hampir100% pada 7 kategori tersebut siswa mendapatkan
kategori “baik”, namun ada beberapa siswa yang masih mendapatkan kategori “cukup”
dan “kurang” pada indikator siswa menjawab pertanyaan dari guru, siswa memberi
gagasan dalam berdiskusi, dan siswa megerjakan tes soal uraian dari guru dengan
tertib dan tidak mencontek kepada temannya.Berikut penyajian hasil observasi aktivitas
belajar siswa dalam bentuk tabel:
Tabel 4.2
Tabel Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No
|
Keterangan
|
Jumlah siswa
|
Persentase
|
1.
|
MencapaiIndikator
Keberhasilan
|
19
|
55.9%
|
2.
|
Belum
Mencapai Indikator Keberhasilan
|
15
|
44.1%
|
Keterangan
|
Aktivitas
= skor yang diperoleh x 100%
70
|
Berdasarkan
tabel 4.2 di atas maka aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat
tergambar pada diagram di bawah ini: (lampiran 2 halaman 136).
Diagram 4. 3
Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Pada Siklus I
3.
Angket
Hasil angket yang diisi
oleh siswa pada saat proses pembelajaran selesai, dapat dikategorikan baik,
karena pada siklus pertama ini jika dipersentasikan hasil rata-ratanya mencapai 93,5%. Pada angket yang berisi lima pernyataan, dan
empat kategori yang terdiri dari SS (Sangat setuju), S (setuju), TS (tidak
setuju), dan STS ( sangat tidak setuju). Hasil angket yang diisi siswa dengan
jumlah siswa 34 orang dapat dijabarkan sebagai beriku: Pada pernyataan pertama
yaitu “melalui penerapan model cooperative
learning tipe snowball throwing
pada pembelajara PKn, saya menjadi termotivasi untuk belajar PKn”. Siswa yang
menjawab kategori “sangat setuju” berjumlah 26 siswa, dan kategori “setuju”
berjumlah 8 siswa. Pernyataan kedua “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajaran PKn,
saya dapat membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran”. Siswa
yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 31 orang dan sisanya adalah
memberikan kategori “setuju”. Selanjutnya pada pernyataan yang ketiga “melalui
penerapan model cooperative learning
tipe snowball throwing pada
pembelajara PKn, saya dapat menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman saya”.
Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 21 siswa, pada
kategori “setuju” berjumlah 9 siswa, dan kategori “tidak setuju” berjumlah 4
siswa. Pada pernyataan keempat yaitu “melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajaran PKn,
saya dapat berbagi pengetahuan kepada teman saya”. Siswa yang memberikan
kategori “sangat setuju” pada pernyataan ini berjumlah 16 siswa, pada kategori
“setuju” berjumlah 11 siswa, dan sisanya atau 7 siswa memberikan kategori
“kurang”. Pernyataan terakhir yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn,
saya lebih mudah memahami materi pelajaran”, dan siswa yang memberikan kategori
“sangat setuju” berjumlah 21 siswa, kategori “setuju” berjumlah 12 siswa, dan
sisanya memberikan kategori “sangat tidak setuju”. Berikut penyajian hasil
angket yang diisi siswa dalam bentuk tabel: (Lampiran 2 halaman 142)
Tabel
4.3
Respon
Siswa dalam Mengisi Angket
Kategori
|
Pernyataan
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||||
Jumlah Siswa
|
||||||||||
Sangat
Setuju
|
26
|
31
|
21
|
16
|
21
|
|||||
Setuju
|
8
|
3
|
9
|
11
|
12
|
|||||
Tidak
Setuju
|
-
|
-
|
4
|
7
|
1
|
|||||
Sangat
Tidak Setuju
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||||
Sangat
Tidak Setuju
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||||
Persentase
|
||||||||||
Sangat
Setuju
|
76.5%
|
91.2%
|
61.8%
|
47%
|
61.8%
|
|||||
Setuju
|
23.5%
|
8.8%
|
26.4%
|
32.4%
|
35.3%
|
|||||
Tidak
Setuju
|
-
|
-
|
11.8%
|
20.6%
|
2.9%
|
|||||
Sangat
Tidak Setuju
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||||
4.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan rincian hasil tes siswa yang terdiri dari hasil tes kelompok
dan tes individu. Hasil tes inilah yang nantinya akan menjadi acuan
keberhasilan dalam penelitian ini. Tes kelompok berlangsung saat pembelajaran
inti pada pertemuan pertama selesai dilaksanakan, pada tes ini dilakukan oleh
semua anggota dan ketua kelompok dengan cara berdiskusi dan bekerja sama dalam
menyelesaikan soal pada lembar kerja kelompok yang sudah disiapkan oleh guru
sebelumnya. Sedangkan tes individu dilakukan pada saat akhir pembelajaran
dipertemuan kedua. Tes ini berbeda dengan tes kelompok, pada tes ini siswa
harus mengisi sendiri soal yang sudah disiapkan oleh guru.
a. Nilai
Kelompok
Berikut ini adalah
penyajian nilai kelompok:
Tabel
4.4
Nilai
Kelompok
NO
|
NAMA KELOMPOK
|
NILAI
|
1.
|
Hello
Kitty
|
100
|
2.
|
Dora
Emon
|
70
|
3.
|
Shinchan
|
60
|
4.
|
Upin
Ipin
|
90
|
5.
|
Pokemon
|
60
|
6.
|
Bunga
|
60
|
Rata-rata nilai kelompok
|
73.3
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat dijabarkan bahwa kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi
adalah 100 dan nilai terendah adalah 60, sehingga mendapatkan rata-rata 73.3.
Hasil ini menunjukan bahwa siswa belum berhasil untuk mencapai nila KKM.
Meskipun ada 2 kelompok yang di atas KKM, namun lebih banyak siswa yang masih
di bawah KKM. Hal inilah yang menjadi bahan evaluasi, agar guru bisa
meningkatkan dan memperbaiki hasil belajar pada siklus berikutnya.
b. Nilai
Individu
Berikut ini adalah
penyajian nilai tes soal individu siswa dalam bentuk tabel:
Tabel
4.5
Nilai
Tes Individu
No
|
Keterangan
|
Jumlah
Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Tuntas
|
21
|
61.8%
|
2.
|
Belum
Tuntas
|
13
|
38.2%
|
Rata-Rata Nilai Tes Individu
|
70.5
|
Berdasarkan
isi tabel di atas, maka hasil belajar individu dapat tergambar melalui diagram
di bawah ini:
Diagram
4.4
Persentase
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Dari
isi diagram di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat
dibanding dengan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dalam pembelajaran,
namun peningkatan siswa ini masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan,
karena keberhasilan dalam penelitian ini jika melihat dari ketuntasan belajar
siswa harus mencapai minimal 75% yang tuntas dari jumlah siswa. Maka dari itu
dengan pertimbangan ini peneliti dan guru memperbaiki semua kekurangan dan
mempertahankan kelebihan pada proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan,
sehingga pembelajaran pada siklus II akan lebih baik lagi. (Lampiran 2 halaman
128)
D.
Refleksi
Pada
tahap ini peneliti dan guru meluangkan waktu untuk berdiskusi mengevaluasi
hal-hal yang berkaitan dengan hasil dari proses pembelajaran yang sudah
dilakukan dengan menggunakan model cooperative
learning tipe snowball throwing.Adapun
hal-hal yang dibahas dalam tahap ini
adalah lebih kepada kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran serta
solusi yang akan dipakai guna memperbaiki kelemahan yang sudah dilakukan.
Berikut ini hasil evaluasi yang dibahas selama tahap refleksi:
1. Pada
saat guru menjelaskan materi kepada masing-masing ketua kelompok, siswa yang
lain masih ada yang ngobrol dan mondar-mandir untuk mengganggu kelompok lain
dan izin ke kamar kecil. Solusi yang diberikan adalah guru harus memberitugas
tambahan kepada siswa disaat guru menjelaskan materi kepada ketua kelompok,
tugas tambahan yang diberikan berupa materi yang harus didiskusikan oleh siswa
untuk menunjang pengetahuan awal sebelum ketua kelompok memberi penjelasan
terkait materi. Selain itu juga penugasan yang diberikan dibarengi dengan
penegasan kepada setiap kelompok, penegasan yang diberikan seperti “jika ada
kelompok yang ribut atau mengganggu kelompok lain, nilai kelompok akan
dikurangi”.
2. Hasil
dari aktivitas belajar siswa menunjukan bahwa siswa kurang mampu dalam
memberikan gagasan dalam diskusi kelompok
dan menjawab pertanyaan dari guru dan siswa, hal ini terjadi karena guru
belum maksimal membimbing dalam kegiatan tersebut. Maka dari itu solusi dalam
memecahkan masalah untuk perbaikan pada siklus selanjutnya adalah, guru harus
lebih meningkatkan lagi aktivitas mengajarnya khsusnya dalam membimbing siswa
agar bisa melakukan aktivitas seperti apa yang diharapkan.
3. Pada
saat perrmainan snowball throwingguru
masih belum maksimal dalam mengatur siswa saat siswa mulai melempar bola,
karena pada saat melempar terlihat masih ada siswa yang sengaja melemparkan
bola tepat dimuka dengan keras dan ada juga yang melempar ke arah yang tidak ada orangnya. Solusi yang diberikan
untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengatur siswa dan memberi
pengarahan lebih mendalam tentang teknis
permainan snowball throwungserta
membimbing siswa saat bola mulai dilempar.
4. Saat
permainan snowball throwing guru lupa untuk mengatur siswa mencari
pasangan terlebih dahulu sebelum
melempar bola, sehingga siswa menjadi tidak teratur dalam melemparkan
bola, hal yang terjadi adalah ada siswa yang mendapatkan bola lebih dari satu
dan ada pula yang tidak mendapatkan sama sekali. Sehingga solusi yang diberikan
adalah guru harus megatur terlebih dahulu sebelum siswa melempar bola, setiap
siswa harus memiliki pasangan untuk saling lempar sebelum permainan dimulai.
3.
Siklus
II
a.
Perencanaan
Tahapan
pada perencanaan yang dilakukanpada siklus II, adalah tahapan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang sudah dilakukan pada siklus II. Tahap ini juga, peneliti dan guru merencanakan dan mempersiapkan hasil dari
refleksi pada siklus I. Pada penerapannya
menggunakan model cooperative learningtipe
snowball throwing. Adapun hal-hal
yang dilakukan dan dipersiapkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskusikan
perbaikan penerapan dan langkah-langkah penggunaan model cooperative learning tipe snowball
throwing dalam proses pembelajaran.
2. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimana
dalam tahap penyusunsan RPP, peneliti dan guru menyusun indikator yang
akan dicapai, dengan mempertimbangkan dari kompetensi dasar.
3. Mengkonsep
dan membuat media pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang
struktur organisasi. Guru dan peneliti berdiskusi terkait bahan-bahan yang akan
digunakan untuk pembuatan media struktur organisas.
4. Menyiapkan
lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi guru dan observasi siswa.
Lembar observasi ini bertujuan sebagai instrumen yang digunakan untuk
mengobservasi aktivitas belajar guru dan aktivitas belajar siswa.
5. Menyiapkan
lembar angket siswa. Lembar angket ini dibuat agar peneliti bisa mendapatkan
informasi lanjutan tentang respon siswa terkait dengan penerapan model cooperative learning tipe snowball throwng dalam proses
pembelajaran.
6. Menyiapkan
lembar kerja kelompok, hal ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
kelompok. Tahap ini dilakukan pada saat materi selesai disampaikan. Soal pada
lembar kerja kelompok dibuat oleh peneliti bersama guru dengan mempertimbangkan
indikator yang ingin dicapai.
7. Membuat
soal evaluasi individu yang berbentuk soal uraian . soal dibuat dengan menggunakan
pertimbangan dari guru dan tim ahli. Soal akan diberikan kepada setiap siswa
pada saat penyampaian materi sudah selesai dilaksanakan.
8. Membuat
lembaran kertas kosong untuk digunakan siswa membuat soal
b.
Tindakan
A. Pertemuan
Pertama
Tahap
ini berlangsung pada hari selasa tanggal
08 April tahun 2014, tepatnya pada pukul 08.00 sampai dengan pukul
09.30. Proses pembelajaran pada mata
pelajaran PKn ini dengan menggunaka model cooperative
learning tipe snowball throwingdengan
indikator yang sudah direncanakan pada RPP.
1.
Kegiatan
Awal Pembelajaran
Guru
dan observer masuk ke dalam kelas secara bersamaan. Guru membawa bahan ajar
mulai dari buku paket, media pembelajaran (struktur organisasi), rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), absensi siswa, perlengkapan alat tulis, seperti
spidol yang sudah siap digunakan, serta hal lain yang menunjang kelancaran
dalam proses pembelajaran. Sedangkan observer membawa lembar observasi siswa
dan observasi guru.
Awal
masuk ke dalam kelas, guru dan observer secara bersamaan mengucap salam, lalu
dengan kompak siswapun menjawab salam. Sesampainya di meja, guru langsung
menyimpan segala perlengkapan yang sudah dibawa untuk menunjang kelancaran
dalam proses pembelajaran. Selanjutnya
menanyakan kabar kepada semua siswa, setelah siswa menjawab dengan
jawaban baik semua, guru langsung meminta ketua kelas untuk memimpin doa
sebelum proses pembelajaran dimulai. Saat proses pembacaan doa, siswa terlihat
semangat dan kompak dalam membaca setiap doa yang diucapkannya. Setelah siswa
selesai membacakan doa, seperti biasa sebelum memulai pembelajaran guru
mengecek kehadiran siswa dengan cara
dipanggil satu persatu. Pada
siklus kedua ini siswa yang hadir sekitar 35 orang, yang terdiri
atas 18 perempuan dan 17 laki-laki.
Sebelum
guru membentuk kelompok, guru memberikan apersepsi dengan menanyakan materi
yang sudah dipelajari sebelumnya. Pada tahap apersepsi ini guru berusaha untuk
mengingatkan kembali materi tentang indikator dalam materi organisasi , adapun
pertanyaan yang ditanyakan guru pada siklus II adalah (1) Siapakah yang masih ingat materi apa yang
sudah kita pelajari minggu lalu?, siswa lalu menjawab dengan kompak
“berorganisasi bu” (2) lalu apa saja yang kalian masih ingat tentang
berorganisas?. Siswapun menjawab dengan
jawaban yang tidak sama, ada yang menyebutkan pengertian, ada juga yang
menyebutkan ciri-ciri organisasi dan lain-lain. Selajutnya guru menanggapi
jawaban dari siswa. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit.
2.
Kegiatan
Inti Pembelajaran
Seberesnya
menanggapi dan meluruskan jawaban dari siswa. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan indikator yang ingin dicapai pada siklus II. Selanjutnya siswa
diminta untuk membuat kelompok, guru mengintruksikan kepada siswa untuk memilih
teman kelompoknya sendiri. Dimana dalam satu kelompok terdir atas 4-6
orang. Pada tahap ini ternyata siswa
menginginkan kelompok yang sudah dibentuk pada siklus I, lalu gurupun
menyetujui permintaan dari siswa.
Setelah
semua kelompok siap untuk belajar, guru langsung memulai pembelajaran, sebelum
guru menyampaikan materi kepada semua ketua kelompok, guru menampilkan media
struktur organisasi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas
materi, karena media yang disiapkan hanya satu dan itu hanya untuk membatu para
ketua kelompok dalam memberi pemahaman kepada anggotannya.
Gambar 4.9
Guru Menampilkan Media Pembelajaran
Pada
saat media struktur organisasi dijelaskan oleh guru, semua siswa diminta untuk
memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan struktur organisasi,
baru setelah itu guru memanggil semua ketua kelompok untuk diberikan pemahaman
tentang materi ajar. Selain ketua kelompok diberi pemahaman materi oleh guru,
mereka juga diberikan poto kopian materi untuk membantu ketua pada saat
menjelaskan kepada anggotanya.
Gambar
4.10
Guru Memberikan Pemahaman Materi
Kepada Semua Ketua Kelompok
Kurang lebih 7
menit, guru memberikan materi kepada ketua kelompok, selanjutnya ketua kelompok
kembali keanggotanya untuk menyampaikan materi dan berdiskus bersama anggota
kelompok dengan bimbingan dari guru.
Gambar 4.11
Ketua
Kelompok Meyampaikan Materi Kepada Anggotanya
Saat siswa
melakukan diskusi kelompok, guru berkeliling untuk melihat siswa saat
berdiskusi, sekali-kali guru menanyakan kepada setiap kelompok, masih ada yang belum
dimengerti atau tidak. Guru membimbing setiap kelompok yang belum paham akan
materi yang diajarkan oleh ketua. Setelah setiap kelompok selesai menyampaikan
materi kepada anggotanya, ketua kelompok membagikan kertas kosong yang sudah
disiapkan oleh guru sebelumnya untuk digunakan dalam pembuatan soal.
Setelah
semua siswa selesai membuat soal, selanjutnya kertas yang berisi soal dibentuk
menyerupai bola, dan barulah permainan snowball
throwing dimulai
Gambar 4.12
Siswa Bermain Snowball Throwing
Saat
permainan snowball throwing pada
siklus II, siswa sudah terlihat baik dan teratur, mulai dari pembuatan soal,
saat melempar bola bahkan saat menjawab soal. Semua siswapun mendapatkan soal
dari temannya, dan dapat menjawab pertanyaan yang sudah dibuat temannya dengan
baik berikut salah satu soal yang dibuat oleh.
Siswa 1: Musyawarah
dilaksanakan untuk menghasilkan keputusan?
Siswa 2 : Bersama
“Bagaimana anak-anak,
apakah jawabannya betul?” Guru menanyakan kepada seluruh siswa, lalu siswapun
menjawab “betul” dengan kompak.
Setelah semua
siswa sudah mendapat giliran untuk menjawab, selanjutnya guru membagikan lembar
kerja kelompok yang dibantu oleh para ketua kelompok untuk membagikan kepada
semua anggotanya, setelah itu semua
kelompok langsung berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja kelompok. Kurang
lebih sekitar 7 menit siswa berdiskusi mengerjakan tugasnya, kemudia Setelah
semua kelompok selesai, gurupun langsung meminta para ketua untuk mengumpulkan
hasilnya kemeja guru dan membahasnya sampai siswa benar-benar memahami jawaban
yang ditanyakan pada lembar kerja kelompok.
Gambar
1.13
Siswa Mengerjakan
Lembar Kerja Kelompok
3.
Kegiatan
Akhir Pembelajaran
Pada
tahap ini guru mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan hasil
pembelajaran yang sudah dilakukan, dan bertanya jawab tentang hal-hal yang
belum dipahami oleh siswa terkait materi pembelajaran. baru setelah semua
selesai dilakukan, guru meminta kepada ketua kelas untuk memimpin doa sebelum
pembelajaran ditutup. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan meninggalka
kelas bersama observer. Proses ini berlangsug kurang lebih 15 menit.
B. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua berlangsung
pada hari sabtu tanggal 12 april 2014, tepatnya pada pukul 07.30 sampai dengan
pukul 09.30.
1.
Kegiatan
Awal Pembelajaran
Awal masuk guru dengan
observer ke dalam kelas, guru mengucap salam kepada seluruh siswa yang sudah
duduk di kursinya masing-masing, setelah
guru menyimpan segala peralatan yang dibawa, guru meminta ketua kelas
untuk memimpin doa. Selanjutnya guru mengabsen dan memberikan apersepsi dengan
memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah disampaikan sebelumnya, lalu
siswapun menjawab pertanyaan dari guru secara bergantian.
2.
Kegiatan
Inti Pembelajaran
Setelah guru melakukan
apersepsi dan menanggapi jawaban dari siswa, selanjutnya guru meminta siswa
untuk membentuk kelompok yang pada pertemuan sebelumnya sudah ditentukan. Lalu
guru memanggil para ketua kelompok dan memberikan pemahaman tenang konsep
materi yang akan dipelajari pada petemuan tersebut. Setelah para ketua memahami
konsep materi, selanjutnya para ketua menyampaikan konsep materi kepada para
anggotanya. Baru setelah batas waktu yang sudah ditentukan habis, siswa
selanjutnya diminta oleh guru untuk membuat soal pada kertas kosong yang
sebelumnya sudah dibagikan kepada ketua kelompoknya masing-masing.
Gambar
4.14
Siswa
Menjawab Soal dari Temannya
Setelah semua siswa
selesai membuat soal, baru guru mengatur untuk teknis permainan snowball throwing, karena siswa sudah
terbiasa dengan permainan tersebut, sehingga pada pertemuan ini guru maupun
siswa sudah terlihat sangat baik dalam melakukan permainan snowball throwing, dan proses pembelajaranpun berjalan dengan baik.
Sehingga setelah semua siswa kebagian untuk menjawab soal, selanjutnya guru
melakukan evaluasi dengan memberikan tes soal uraian untuk di kerjakan secara
individu.
Gambar
4. 15
Siswa
Mengerjakan Soal Uraian Individu
Hampir sekitar 20 menit
siswa mengerjakan soal individu. Proses pengerjaan soal individu pada siklus II
terlihat lebih baik dibandingkan pada siklus I, sebab pada siklus I masih ada
beberapa siswa yang masih mencontek sedangkan pada siklus II tidak terlihat
sama sekali, hal ini dikarenakan pada siklus II guru lebih aktif untuk
membimbing siswa secara individu, khususnya membimbing siswa yang sering
terlihat mencontek saat mengerjakan soal, sehingga saat siswa tidak bisa
menjawab siswa langsung bertanya kepada guru, dan gurupun membimbingnya sampai
siswa benar-benar memahami soal yang ditanyakan. Proses ini berlangsung kurang
lebih 65 menit.
3.
Kegiatan
Akhir Pembelajaran
Pada kegiatan ini,
setelah siswa selesai mengerjakan soal uraian, selanjutnya guru mengajak siswa
untuk menyimpulkan isi pembelajaran yang sudah disampaikan sebelumnya, dan juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait hal-hal yang belum
dipahami. Baru setelah itu guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa, dan
diakhir pembelajaran guru mentup pertemuan dengan mengucap salam kepada siswa,
dan meninggalkan ruang kelas bersama observer. Proses ini berlangsung sekitar
15 menit.
c.
Observasi
1.
Observasi
Aktivitas Belajar Guru
Observasi
aktivitas belajar guru pada siklus II dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
menggunakan instrumen lembar observasi. Pengamatan pada tahap ini dilakukan
oleh peneliti mulai dari awal pembelajaran, inti pembelajaran hingga akhir
pembelajaran. Aktivitas belajar guru adalah satah satu aktivitas yang mendapat
perhatian dalam proses refleksi pada siklus I, hal itu disebabkan karena hasil
observasi ativitas belajar guru masih dikategorikan belum maksimal. Karena pada
pelaksanaan di siklus I, selain guru belum maksimal dalam membimbing siswa guru
juga lupa memberi pengarahan awal pada saat permainan snowball throwing, khususnya pada saat siswa sebelum melempar bola
siswa harus memiliki pasangan, hal tersebut bertujuan agar semua siswa
mendapatkan satu bola yang berisi soal. Namun setelah peneliti mengobservasi
pada siklus II, hasil yang didapat sangat memuaskan, guru mampu menyelsaikan
hal-hal yang disarankan disaat refleksi sklus I. Sehingga hasil yang didapatpun
sangat baik, guru mampu membimbing siswa dengan maksimal dan melakukan
langkah-langkah dalam permainan snowball
throwing dengan sangat baik, sehingga siswa terlihat baik pula dalam
melakasnakan aktivitasnya.
Adapun rincian hasil
yang didapat dalam observasi aktivitas belajar guru adalah sebagai berikut:
dari 16 indikator yang ada pada lembar observasi 15 indikator mendapatkan
kategori “sangat baik”, berikut ini 15 indikator yang mendapatkan kategori
“sangat baik” (1) guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa
untuk berdoa, (2) guru mengabsen kehadiran siswa,(3) guru menyampaikan
indikator dan tujuan pembelajaran, (4) guru bertanya jawab tentang materi
organisasi untuk menggali pengetahuan awal siswa, (5) guru menampilkan media
pembelajaran yang sudah disiapkan, (6) guru menjelaskan materi pembelajaran
kepada semua ketua kelompok, (7) guru memberikan kesempatan kepada ketua
kelompok untuk menjelaskan materi pembelajaran kepada anggotanya, (8) guru
membimbing siswa untuk berdiskusi mengenai materi pembelajaran dengan
kelompoknya, (9) guru membimbing siswa untuk aktif dalam memberikan gagasan
saat berdiskusi, (10) guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran, (11) guru membimbing siswa untuk menjawab
pertanyaan yang telah dibuat siswa lain, (12) guru melakukan evaluasi
pembelajaran bersama siswa, (13) guru membuat kesimpulan materi pembelajaran
bersama siswa, (14) guru memberikan tes berupa soal uraian dengan menyuruh
siswa untuk mengerjakan dengan tertib dan tidak mencontek kepada temannya, (15)
guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa. Ada satu
indikator yang mendapatkan kategori “baik” yaitu (1) guru mengarahkan siswa
membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 siswa dan mengarahkan untuk
memilih ketua kelompoknya masing-masing. Hal ini terjadi karena pada siklus II
tidak ada proses pembuatan kelompok, namun menggunakan kelompok pada siklus I,
sehingga aktivitas ini tidak terlihat. Namun secara keseluruhan aktivitas ini
masuk dalam kategori baik. Berikut rincian data dalam bentuk tabel:
Tabel 4.6
Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Kategori
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
Jumlah
|
15
|
1
|
-
|
-
|
-
|
Skor
|
75
|
4
|
-
|
-
|
-
|
Persentase
|
93.8%
|
5%
|
-
|
-
|
-
|
Persentases aktivitas guru
|
98.8%
|
||||
Keterangan
|
Aktivitas
= skor yang diperoleh x 100%
80
|
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, maka
aktivitas belajar guru dalam mengajar dapat tergambar pada diagram di bawah ini
Diagram 4.5
Aktivitas Belajar
Guru Siklus II
Melalui
diagaram di atas dapat terlihat bahwa persentase aktivitas guru sudah melebihi
indikator keberhasilan, dari 95% indikator keberhasilan, hasil aktivitas
belajar guru adalah mencapai 98.8%, itu artinya penelitian dalam meningkatkan
aktivitas belajar guru dalam pembelajaran menggunakan model cooperative leaarning tipe snowball throwing sudah dikatakan
berhasil. (lampiran 3 halaman 149).
2.
Observasi
Akivitas Belajar Siswa
Observasi
belajar siswa pada siklus II dilakukan oleh peneliti dan dua orang rekan,
berbeda dengan siklus I, kalau pada siklus I, peneliti hanya dibantu oleh satu
orang rekan saja. Ternyata saat kegiatan
berlangsung, peneliti tidak akan maksimal, karena harus mengobservasi siswa
yang berjumlah 34 siswa dengan dua orang observer, maka dari itu peneliti
menambah rekan observer untuk membantu mempermudah dalam mengobservasi
aktivitas belajar siswa yang berjumlah 35 siswa disiklus II.
Observasi
aktivitas belajar siswa dilakukan mulai dari awal pembelajaran, inti
pembelajaran dan akhir pembelajaran. peneliti bersama dua orang rekan
mengobservasi siswa dengan membaginya agar bisa fokus melihat aktivitas yang
dilakukan oleh setiap siswa. Berikut hasil observasi aktivitas belajar siswa
secara terperinci: Indikator yang pertama yaitu, siswa bersama-sama berdoa
untuk membuka kegiatan pembelajaran. 22 siswa medapatkan kategori “sangat
baik”, 13 siswa mendapatkan kategori “baik”. Indikator yang kedua yaitu, siswa
menjawab hadir ketika diabsen guru. Pada indikator ini, 16 siswa mendapatkan
kategori “sangat baik” dan 19 siswa mendapatkan kategori “baik”. Indikator yang
ketiga yaitu, siswa mendengarkan pejelasan indikator dan tujuan pembelajaran
dari guru. Pada indikator ini ada 13 siswa yang mendapatkan kategori “sangat
baik”, 21 siswa mendapatkan kategori “baik” dan satu siswa mendapatkan kategori
“cukup”. Indikator keempat adalah siswa membuat kelompok yang beranggotakan 4-6
siswa dan memilih ketua kelompoknya masing-masing, pada kategori ini ada 8
siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik”, 23 siswa mendapatkan kategori
“baik”, dan 5 siswa mendapatkan ketgori “cukup”. Indikator yang kelima adalah
siswa memperhatikan media pembelajaran yang ditampilkan guru. Pada indikator
ini siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik” berjumlah 15 siswa, pada
kategori “baik” berjumlah 19 siswa, dan satu orang mendapatkan kategori
“cukup”. Indikator yang keenam yaitu siswa menjawab pertanyaan dari guru
tentang organisasi. Ada 7 siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik”, 27
siswa mendapatkan kategori “baik” dan 1 siswa mendapatkan kategori “cukup”.
indikator yang ketuju yaitu siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada
indikator ini ada 5 siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik”, 22 siswa
yang mendapatkan kategori “baik” dan 8 siswa mendapatkan kategori “cukup”.
Indikator yang kedelapan yaitu siswa memberikan gagasan dalam berdiskusi. Pada
indikator ini siswa yang mendapat kategori “sangat baik” berjumlah 1 siswa.
Pada kategori “baik” berjumlah 26 siswa dan pada kategori “cukup” berjumlah 8
siswa. Indikator kesembilan adalah siswa membuat soal pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pembelajaran, dan pada
indikator ini siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik” berjumlah 6 siswa,
kategori “baik” berjumlah 29 siswa. Indikator kesepuluh yaitu siswa menjawab
soal pertanyaan dari siswa lain, pada indikator kesepuluh ini siswa yang
mendapat kategori “sangat baik” berjumlah 8 siswa, pada kategori “baik”
berjumlah 27 siswa. Selanjutnya indikator yang kesebelas, siswa melakukan
evaluasi pembelajaran bersama guru, pada indikator ini siswa yang mendapat
kategori “sangat baik” berjumlah 11 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 24
siswa. Indikator yang keduabelas yaitu siswa membuat kesimpulan materi
pembelajaran bersama guru, dan pada indikator ini siswa yang mendapatkan
kategori “sangat baik” berjumlah 8 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 26
siswa dan 1 siswa mendapatkan kategori “cukup”. Indikator ketigabelas yaitu
siswa mengerjakan tes soal uraian dari guru dengan tertib dan tidak mencontek
kepada temannya, pada indikator ini siswa yang mendapat kategori “sangat baik”
berjumlah 14 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 18 siswa, dan kategori
“cukup” berjumlah 3 siswa. Indikator yang keempatbelas atau yang terakhir yaitu
siswa bersama-sama berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran, pada kategori
ini jumlah siswa yang mendapakan kategori “sangat baik” 28 siswa dan 7 siswa mendapatkan kategori “baik”
Setelah
pembelajaran selesai data diolah oleh peneliti, hasil yang didapat adalah
sangat memuaskan, karena dari 35 siswa hanya ada tiga orang yang persentasenya
yang masih masuk kategori cukup, dan sisanya masuk dalam kategori baik dan
sangat baik. Berikut rincian data hasil
observasi siswa dalam bentuk tabel:
Tabel 4.7
Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No
|
Keterangan
|
Jumlah siswa
|
Persentase
|
1.
|
MencapaiIndikator
Keberhasilan
|
32
|
91.4%
|
2.
|
Belum
Mencapai Indikator Keberhasilan
|
3
|
8.6%
|
Keterangan
|
Aktivitas
= skor yang diperoleh x 100%
70
|
Berdasarkan
tabel di atas maka aktivitas belajar siwa dalam proses pembelajaran dapat
tergambar pada diagram di bawah ini:
Diagram 4.6
Aktivitas Belajar Siswa
Secara
keseluruhan persentase aktivitas belajar siswa masuk kategori berhasil, karena
dari indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan adalah minimal 75%, sedangkan
hasil yang didapat pada siklus II ini adalah 91,4%, itu artinya penelitian ini
dapat dikatakan berhasil dalam meningkatkan aktivtas belajar siswa. ( Lampiran
2 halaman 139).
3.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar pada siklus II sama seperti pada siklus I yaitu merupakan rincian hasil
tes siswa yang terdiri dari hasil tes kelompok dan tes individu, hasil tes
inilah yang nantinya akan menjadi salah satu acuan keberhasilan dalam
penelitian ini.
a. Nilai
Kelompok
Berikut ini adalah
penyajian nilai kelompok pada siklus II dalam bentuk tabel:
Tabel
4.8
Nilai
Kelompok
NO
|
NAMA KELOMPOK
|
NILAI
|
1.
|
Hello
Kitty
|
100
|
2.
|
Dora
Emon
|
70
|
3.
|
Shinchan
|
80
|
4.
|
Upin
Ipin
|
80
|
5.
|
Pokemon
|
100
|
6.
|
Bunga
|
100
|
Rata-rata nilai kelompok
|
88.3
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat dijabarkan bahwa hasil belajar kelompok yang mendapatkan
nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 70, sehingga mendapatkan
rata-rata 88.3. Hasil ini menunjukan bahwa adanya peningkatan, dari hasil ini
dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa sudah
berhasil mencapai nila KKM. (lampiran 2 halaman 135)
c. Nilai
Individu
Berikut ini adalah penyajian
nilai tes siswa dalam bentuk tabel:
Tabel
4.9
Nilai
Tes Individu
No
|
Keterangan
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Tuntas
|
33
|
94.3%
|
2.
|
Belum
Tuntas
|
2
|
5.7%
|
Rata-Rata Nilai Tes Individu
|
87.6
|
Berdasarkan
isi tabel 4.8 di atas, maka hasil belajar individu dapat tergambar melalui
diagram di bawah ini
Diagram 4.7
Hasil Belajar Individu
Dari
diagram di atas dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah melebihi
batas minimal indikator keberhasilan, maka dari itu penelitian untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball
throwing dapat dikatakan berhasil. (lampiran 2 halaman 131)
b.
Angket
Hasil
angket yang diisi oleh siswa pada siklus II sangat memuaskan, sebab dari 5
pernyataan, dengan 4 kategori, hanya dua kategori yang terisi oleh siswa, yaitu
kategori “ sangat setuju” dan “setuju”, sehingga rata-rata yang didapat
mencapai 96.25%. Berikut rincian hasil pengisian angket pada siklus II dari
jumlah siswa 32: Pada pernyataan pertama yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn,
saya menjadi termotivasi untuk belajar PKn”. Siswa yang menjawab kategori
“sangat setuju” berjumlah 29 siswa, dan kategori “setuju” berjumlah 3 siswa.
Pernyataan kedua “melalui penerapan model cooperative
learning tipe snowball throwing pada pembelajaran PKn, saya dapat membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran”. Siswa yang memberikan kategori “sangat
setuju” berjumlah 29 siswa dan 3 siswa adalah memberikan kategori “setuju”.
Selanjutnya pada pernyataan yang ketiga “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn,
saya dapat menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman saya”. Siswa yang
memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 31 siswa, pada kategori “setuju”
berjumlah 1 siswa. Pada pernyataan keempat yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn,
saya dapat berbagi pengetahuan kepada teman saya”. Siswa yang memberikan
kategori “sangat setuju” pada pernyataan ini berjumlah 21 siswa, pada kategori
“setuju” berjumlah 11 siswa. Pernyataan terakhir yaitu “melalui penerapan model
cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn,
saya lebih mudah memahami materi pelajaran”. Siswa yang memberikan kategori
“sangat setuju” berjumlah 26 siswa, kategori “setuju” berjumlah 7 siswa.
Berikut data hasil angket yang diisi oleh siswa dalam bentuk tabel: (Lampiran 2
halama 144).
Tabel
4.10
Respon
Siswa dalam Mengisi Angket
Kategori
|
Pernyataan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Jumlah Siswa
|
|||||
Sangat Setuju
|
29
|
29
|
31
|
21
|
26
|
Setuju
|
3
|
3
|
1
|
11
|
6
|
Tidak Setuju
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sangat Setuju
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Persentase
|
|||||
Sangat Setuju
|
90.6
%
|
90.6
%
|
96.9
%
|
65.6
%
|
81.3%
|
Setuju
|
9.4%
|
9.4%
|
3.1%
|
34.4%
|
18.7
%
|
Tidak Setuju
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sangat Setuju
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
d.
Refleksi
Berdasarkan hasilyang sudah dipaparkan
di atas, mulai dari hasil observasi siswa dan guru, hasil belajar kelompok dan
hasil belajar individu, serta hasil angket. Maka disimpulkan bahwa hasilnya
dapat dikatakan sudah mencapai indikator keberhasilan. Maka dari itu refleksi
yang dilakukan oleh peneliti dan guru adalah hanya berdiskusi menyepakati untuk
mengakhiri pelaksanakan tindakan, dan setelah semuanya dipertimbangkan, baik
dari pihak guru maupun penelti hasil yang diputuskan adalah penelitian dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas V dengan
menggunakan model cooperative learning
tipe snowball throwing dihentikan.
B.
Pembahasan
Setelah hasil penelitian dipaparkan diatas,
selanjutnya pada pembahasan ini akan memaparkan tentang semua hasil peningkatan
selama tahapan peneltian yang dilakukan. Adapun isi pembahasan ini akan
memaparkan hasil observasi guru dan siswa, hasil belajar kelompok, hasil
belajar individu, dan respon siswa dalam bentuk angket.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Panancangan
4 kota serang, dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas V yang berjumlah 40
orang siswa yang terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Adapun
objek pada penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative
learning tipe snowball throwing. Indikator
keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas siswa dalam
pembelajaran hingga mencapai minimal 75% dan meningkatnya hasil belajar siswa
hingga mencapai minimal 75%. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus,
setiap siklus dilakukan dalam dua pertemuan.
Pada siklus I, proses pembelajaran yang sudah
dirancang dan direncanakan oleh peneliti dan tim kolaborasi sudah dilaksanakan
dengan baik, namun masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum
maksimal, hal itu terjadi karena pada proses pembelajaran berlangsung,
khsusunya yang dilakukan oleh guru sebagai pelaku tindakan belum melaksanakan
aktivitasnya dengan total. Khususnya dalam menerapkan permainan snowball throwing dan membimbing siswa
agar aktif dalam pembelajaran. sehingga hal tersebut berdampak kepada rendahnya
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Haasil
aktivitas guru pada siklus I, mencapai 81.25%, hasil ini belum mencapai nilai
minimum indikator keberhasilan, dimana indikator keberhasilan yang sudah
ditetapkan adalah minimal 95%, sehingga guru butuh lebih giat lagi
memaksimalkan penguasanya dalam penerapan model cooperative learning tipe snowball
throwing ini. Karena menurut Hidayati (2012:16) kelebihan yang dimiliki
oleh model ini antara lain yaitu melatih kesiapan siswa, saling memberikan
pengetahuan, suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain, siswa mendapat
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikan kesempatan
untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain, dan membantu siswa siap
dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya
seperti apa. Maka dari itu jika guru sudah benar-benar menguasai
langkah-langkah pembelajaran dalam menerapkan model ini maka aktivitas dan
hasil belajar siswapun akan meningkat.
Pada
siklus II, guru terlihat sudah benar-benar memahami konsep tentang penerapan
model cooperative learning tipe snowball throwing, hal tersebut terlihat
dari hasil observasi yang dicapai guru. Pada siklus ini hasil observasi
aktivitas guru mencapai 98.8%, sehingga aktivitas guru ini sudah bisa dikatakan
berhasil karena sudah melebihi batas minimal.
Selanjutnya
hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I yang mencapai indikator
keberhasilan hanya berjumlah 19 siswa atau 55.9% dan 15 siswa atau 44.1% masih
belum mencapai indikator keberhasilan. Hal tersebut terjadi karena pada proses
pembelajaran pada siklus I ini masih banyak siswa yang belum aktif baik dalam
memberikan gagasan dalam kelompok ataupun dalam permainan snowball throwing. Hal ini terjadi karena ada kaitanya dengan masih rendahnya aktivitas
yang dilakukan oleh guru. Namun setelah diadakan perbaikan pada siklus II,
hasil observasi aktivitas siswa dapat dikatakan berhasil, karena hasilnya
mencapai 32 siswa atau mencapai 91.4% siswa mencapai indikator keberhasilan.
Sehingga penelitian dalam meningkatkan aktivitas siswa dapat dikatakan berhasil.
Lemahnya
aktivitas siswa yang terjadi pada siklus I berdampak kepada lemahnya hasil
belajar yang didapat oleh siswa, sebagaimana menurut Solihatin (2011:13) yang
menjelaskan bahwa model cooperative
learning menunjukan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil
belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi
pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan
sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan dimasyarakat.
Pada siklus I ini, dari 34 siswa yang hadir
hanya 21 siswa atau 61.8% yang tuntas, dan 13 siswa atau 38.2% belum tuntas.
Hal ini terjadi karena dalam aktivitasnya masih banyak siswa yang kurang
memperhatikan intruksi dari guru, sehingga siswa bingung saat proses
pembelajaran berlangsung. Namun setelah guru memperbaiki kekurangan yang
dilakukan pada siklus I, guru dapat berperan aktif dalam membimbing siswa,
sehingga pada siklus II tidak ada lagi siswa yang kebingungan pada saat proses
pembelajaran dilakukan, dan hasil yang didapatpun sangat baik, dari 35 siswa
yang hadir 33 siswa atau 94.3% mencapai indikator dan 2 siswa atau 5.7% belum
mencapai indikator. Indiktor keberhasilan yang sudah ditetapkan adalah 75%,
sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian dalam meningkatkan hasil belajar
siswa sudah tercapai.
Pada siklus I setelah model cooperative learning tipe snowball
throwingdiberikan, siswa diminta tanggapannya dalam bentuk angket, dan
hasil yang didapat siswa masih memberikan jawaban yang bervariatif, mulai dari
“sangat setuju”, “setuju” bahkan ada siswa yang memberikan respon tidak setuju,
sehingga rata-rata hasil angket yang didapat pada siklus I adalah 89.4%,
persentase ini sudah menunjukan baik, namun tetap akan diperbaiki pada siklus
II agar bisa lebih baik lagi, dan ternyata setelah dilakukan perbaikan hasil
yang didapat pada siklus II sangat memuaskan, karena rata-rata angket yang
diisi siswa mencapai 96.9% dan hasil ini menunjukan bahwa modelcooperative learning tipe snowball throwing dapat diterima oleh
siswa.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang sudah dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
dengan diterapkannya model cooperative
learning tipe snowball throwingmengalami
peningkatan yang sangat baik, hal tersebut dapat terlihat pada setiap
siklusnya. Dari 34 orang jumlaha siswa pada siklus I, aktivitas siswa yang
mencapai nilai minimal indikator keberhasilan berjumlah 19 siswa atau 55.9% dan
15 siswa atau 44.1% masih belum mencapai indikator keberhasilan. Namuan pada
siklus II hasil aktivtas siswa meningkat hingga mencapai 32 siswa atau 91.4%
yang mencapai indikator keberhasilan dan hanya 3 siswa atau 8.6% yang masih di
bawah indikator keberhasilan.
2. Hasil belajar kelompok maupun individu dalam
pembelajaran dengan diterapkannya model cooperative
learning tipe snowball throwing
pada setiap siklus mengalami peningkata yang signifika. Pada siklus I, dari
jumlah siswa 34 ada 21 atau 61.8% yang mencapai indikator keberhasilan dan 13
siswa atau 38.2% belum tuntas atau belum mencapai indokator, sehingga rata-rata
yang didapat ada siklus I adalah 70.5. Sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan karena dari jumlah siswa 35 ada 33 siswa atau 97.1% sudah mencapai
indikator dan 2 siswa atau 5.9% belum tuntas atau belum mencapai indikator,
maka pada siklus ini rata-rata siswa mencapai 87.5.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi
Guru
Guru harus peka dalam
melihat keadaan siswa dan karakteristik mata pelajaran. Jika guru ingin
menigkatkan hasil belajar siswa dengan berinovasi agar proses pembelajaran
tidak jenuh, alternatifnya adalah dengan menerapkan model cooperative learning tipe snowball
throwing. Karena model ini sudah terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
2. Bagi
Sekolah
Dalam meningktakan mutu
pendidikan, sekolah harus berperan aktif dalam mendorong guru agar berinovasi
dan melakukan pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar. Salah
satu model yang dapat diterima oleh siswa dan berdampak positif dalam
peningkatan hasil belajar siswa adalah dengan penerapa model cooperative learning tipe snowball throwing.
3. Bagi
LPTK
LPTK merupakan lembaga
yang mencetak tenaga-tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga
hendaknya LPTK lebih memperhatiakn dalam memberikan dan mengajarkan ilmu-ilmu
untuk bekal menjadi tenaga profesional. Salah satunya adalah dengan memberikan
pemahama lebih mendalam kepada pendidik dan tenaga kependidikan tentang model cooperative learning tipe snowball throwing.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal,
dkk. (2009). PTK untuk Guru SMP,SMA,SMK.
Bandung: Yrama Widya.
Ardiana,
dkk. (2012). Penerapan Model Pembelaajaran
Cooperative Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar Pkn Kelas V SD Neger 1 Bungbungan. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesa.
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Cetakan keempatbelas. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aryani dan
Susatim. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan
Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia indonesia.
Bayor,A.
(2010). Snowball Throwing. Tersedia
pada:
http://salsabilafitri.blogsopt.com./2011/05/stad-dan-snowball trowing.html. Diakses
pada tgl 11 januari 2014.
Dimyati, dan
Mudjiono.(2012). Belajar dan Pembelajaran.
Cetakan keempat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Diyah.
(2011). Snowball throwing. Tersedia
pada:
http://dahare.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran
snowballthrowing_22.html. Diakses pada
tanggal 11 januari 2014
Djamarah, SB. dkk. (2010).Strategi Belajara Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hadi,
Wahyono,dkk. (2012). Pengembangan
Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Tersedia pada:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar