Minggu, 03 Januari 2016

Skripsi Peningkatan Hasil Belajar di SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING
(Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Berorganisasidi Kelas V Sekolah DasarNegeri Panancangan 4 Kota Serang)

SKRIPSI



Oleh:
Feby Nurdiansyah (2227112357)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)  dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu memperhatikan karakteristik pembentukan pembelajaran PKn itu sendiri.Dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.Sehingga mata pelajaran PKn menjadi mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa di sekolah, tepatnya pada tingkatan sekolah dasar dan menengah, hal itu sudah diatur pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 37 tentang Sisdiknas, yang berbunyi bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn).
Ditingkatan sekolah khususnya di Sekolah Dasar (SD), pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan  salah satu mata pelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Hal ini pula diperkuat oleh Chamim dalam Aryani dan Susatim (2010: 40) yang menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan (civis education) bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis. Namun dalam kenyataanya minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran PKn sangat rendah, hal ini dapat dilihat saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, banyak siswa yang terlihat diam, ada pula yang mengobrol dengan temannya, sehingga tidak memperhatikan disaat guru menjelaskan materi. Aktivitas tersebut akhirnya berdampak kepada kurangnya penguasaan materi ajar, sehingga hasil belajar pun menjadi rendah pula, hal ini terlihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70, dan dari data yang didapat dari guru kelas V SDN Panancangan 4, menyatakan bahwa dari 40 siswa hanya 18 siswa (45%) yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 22 siswa (55%) berada di bawah KKM.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 3 desember 2014 dengan guru kelas V dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn diduga disebabkan karena ada beberapa faktor, seperti model pembelajan yang digunakan guru adalah model konvensional dan memberikan contoh tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan belajar. Maka siswa cenderung diam dan tidak memiliki aktivitas dalam belajar. kemudian siswa lebih menunggu sajian materi yang diberikan guru. Kondisi ini terkadang menjadikan siswa enggan untuk belajar, karena merasa tidak menarik, bahkan tak jarang siswa merasa bosan dan mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Mengingat adanya permasalahan di atas, maka guru harus mampu mengatasi dengan  memotivasi siswa untuk belajar sehingga siswa akan menerima setiap materi yang diberikan oleh guru, yang nantinya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif dan menyenangkan adalah dengan menerapkan model cooperative learning tipe snowball throwing. Pemilihan model kooperatif didasarkan karena dalam PKn tidak terlepas kaitannya dengan hubungan sosial antara individu maupun kelompok, selain itu falsafah yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Manusia sebagai manusia sosial, (2) gotong royong, dan (3) kerjasama merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu juga pendekatan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dimaknai sebagai cara-cara dalam proses pembelajaran atau upaya membelajarkan dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual berdasarkan tradisi “social studies”, yaitu “citizenship education”;”social science”; dan “reflective inquiry”untuk mengembangkandan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Menurut Aryani dan Susatim (2010:17-18) pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain salah satunya dengan model cooperative learningtipe snowball throwing.
Snowball throwing yang menurut asal katanya berarti “bola salju bergulir” dapat diartikan sebagai tipe  pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama anggota kelompok.
Kegitan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi aktif. Melalui model ini dituntut setiap anggota kelompok mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam kertas bola. Pada model snowball throwing ini, semua siswa juga mempunyai tugas masing-masing sehingga terlibat dalam permainan. Oleh karena itu, sesuai dengan masalah yang ditemukan maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Model Cooperative Learningtipe Snowball Throwing”.





B. Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah di paparkan di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut
1.    Bagaimanakahaktivitas belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learningtipe snowball throwing?
2.    Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipesnowball throwing?
2.Pemecahan Masalah
Dari latar belakang dan rumusan masalah pada penelitian ini, maka pemecahan masalah yang diberikan yaitu dengan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing.Seperti yang sudah di paparkan di atas,bahwa pemilihan model kooperatif didasarkan karena dalam PKn tidak terlepas kaitannya dengan hubungan sosial antara individu maupun kelompok, selain itu falsafah yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Manusia sebagai manusia sosial, (2) gotong royong, dan (3) kerjasama merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia. Model cooperative learning tipe snowball throwingini merupakan model pembelajaran yang akan menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, karena dalam model ini selain siswa di ajak untuk bekerja sama, model ini juga memiliki unsur permainan, dengan cara melempar bola kertas kepada teman sebangkunya, sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.



C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN Panancangan 4 pada mata pelajaran PKn dengan menggunaka model cooperative learning tipe snowball throwing.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing
D. Manfaat Penelitian
     a. Secara Teoritis
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai landasan teori penelitian yang aka dilakukan selanjutnya dan selain itu juga dapat bermanfaat bagi pengembangan model pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran yang bersifat sosial, seperti IPS dan PKn.
   b. Secara Praktis
1.    Bagi siswa
a.    Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learningtipesnowball throwing.
b.    Meningkatkan akivitas siswa dengan model cooperative learningtipe snowball throwingsiswa.
2.    Bagi guru
Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang bagimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn melalui model cooperative learningtipesnowball throwing.
3.     Bagi peneliti
a.    Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learningtipesnowball throwing.
b.    Menambah pengetahuan dan wawasan tentang model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

E.  Kerangka Berpikir
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)  dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. hal ini mengandung konsekuensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu memperhatikan karakteristik pembentukan pembelajaran PKn itu sendiri. Dalam permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Snowball throwing yang menurut asal katanya berarti “bola salju bergulir” dapat diartikan sebagai model  pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama anggota kelompok.
Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi aktif. Melalui model ini dituntut setiap anggota kelompok mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam kertas bola. Dalam model snowball throwing ini, semua siswa juga mempunyai tugas masing-masing sehingga terlibat dalam permainan.




Bagan 1.1 Kerangka Berikir




































Text Box: Ø Banyak siswa yang tidak memperhatikan guru
Ø Motivasi dan aktivitas belajar rendah
Ø Hasil belajar PKn rendah


Text Box: Ø Pembelajaran Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing Pada Pembelajaran PKn
Text Box: Ø Meningkatnya aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran
Ø Hasil belajar siswa meningkat
 







F.   Hipotesis Tindakan


Berdasarkan hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, dapat memberikan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“ Penerapan Model Cooperative LearningtipeSnowball Throwing dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas V  Sekolah Dasar”.











BAB II
KAJIAN TEORITIK

A.  Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses yang dilakukan oleh mahluk hidup guna mendapatkan sesuatu hal yang bertujuan untuk menjadikan hidup yang lebih baik. Hal yang berkaitan dengan belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Kata belajar sudah sering muncul baik dalam proses yang terencana ataupun tidak. Menurut aliran tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Thorndike dalam Irawan,dkk (1997:2-5) belajar adalah proses interaksi antara stimulus  (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon (yang juga bisa berbentuk pikiran perasaan dan gerakan). Selanjutnya menurut Sagala (2012:37) belajar adalah perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan ini pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.
Beberapa pakar pendidikan dalam Suprijono (2012:2) mendefinisikan belajar sebagai berikut:
a.    Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b.    Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c.    Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. 
d.   Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
e.    Geoch
Learning is change in performance as a result of practice.
f.     Morgan
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience.
Di sisi lain pembelajaran merupakan hal yang penting, sebab proses ini salah satu bentuk aplikasi dari proses belajar. Interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar merupakan bentuk nyata dari proses belajar. Seperti halnya yang diterangkan oleh Sagala (2012:61) bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Selanjutnya menurut Jamaludin (2012:14) pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik sebagai wahana menanamkan nilai-nilai atau pengetahuan yang dipandang perlu sebagai upaya mendewasakan para generasi untuk siap hidup dimasa yang akan datang secara berkualitas. Adapun pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:20) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Dari pendapat yang sudah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswadengan menggunakan asas pendidikan serta adanya interaksi antara guru dan peserta didik yang bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi aktif dan mendapatkan nilai-nilai serta pengetahuan yang baru, untuk menjadikan siswa lebih dewasa dalam mempersiapkan hidup di masa yang akan datang.

B.  Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang penting dalam suatu proses belajar mengajar, sebab inilah yang menjadi acuan guru dan para orang tua untuk melihat sejauhmana perkembangan dan kemajuan anak dalam memahami konsep materi yang sudah diajarkan. Seperti halnya yang dijelaskan oleh  Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pegertian-pengertian dan sikap-sikap serta apersepsi dan keterampilan. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif dan melalui beberapa tahap.
Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilakukan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. MenurutBloom dalam Suprijono (2009 : 6) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor.
1.      Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yaitu terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahamana, aplikasi/penerapan, analisi, sintesis dan penilaian.
2.      Ranah afektif
berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakteristik dengan nilai atau kompleks nilai.
3.      Ranah psikomotor
meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Perubahan salah satu atau ketiga ranah yang disebabkan oleh proses belajar dinamakan hasil belajar. hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga ranah tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar. baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi, selain mengukur hasil belajar, penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang dirumuskan sebelumnya. 
Hasil belajar pada dasarnya merupakan suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman. Dalam hal ini Aronson dan Briggs dalam Solihatin (2012:6), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati dan menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang. Hasil belajar ini sering dinyatakan dalam bentuk-bentuk pembelajaran.
Selanjutnya Soediarto dalam Solihatin (2012: 6) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

C.  Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebenarnya dilakukan dan dikembangkan diseluruh dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata pelajaran atau mata kuliah ini sering disebut civis education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education. Pelajaran ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban berdasarkan rumusan “Civis Internasional “ (1995) disepakati bahwa pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan civis cultur, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan demokrasi (Mansoer dalam Kaelan dan Zubaedi, 2010:1).
Menurut Azra dalam Susanto (2013:226) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintah, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Selanjutnya menurut Depdiknas (2006:49), Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
Adapun menurut Zamroni dalam Susanto(2013:226) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Selanjutnya Chamim dalam Aryani dan Susatim (2010: 40) menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan (civis education) bagi bangsa Indonesiaberarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai, dan prilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang harus dan wajib dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, karena dalam pendidikan kewarganegaraan terdapat nilai-nilai yang bertujuan untuk memantapkan kepribadian sebagai manusia seutuhnya.

D.  Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran PKn
a.    Tujuan PKn
Tujuan merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai dalam suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang, dan tujuan pendidikan PKn di sekolah dasar adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik, seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa dalam Susanto (2013:231) tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa agar:
1.    Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.
2.    Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.
3.    Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai norma yang baik, maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah terwujudkan. Seperti halnya  Branson dalam Supandi (2012), menjelaskan tentang tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, maupun nasional.
Selanjutnya menurut Winataputra (2012:16) tujuan “citizenship education” di United Kingdom (UK) ini: “…that citizenship education is education for citizenship, behaving and acting as citizen, therefore is not just knowledge of citizenship and civis society. It also implies developing values, skills and understanding”-yaitu bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan untuk kewarganegaraan, karena itu bukanlah hanya menekankan pada pengetahuan kewarganegaraan dan masyarakat kewargaan, tetapi juga pada pengembangan nilai, keterampilan  dan pengertian. Selanjutnya Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut: 
a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan. 
b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 
Sedangkan menurut Sapriya dalam Supandi (2012) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah: Partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.Secara umum, menurut Maftuh dan Sapriya dalam Supandi (2012) bahwa tujuan negara mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. 
b.   Fungsi PKn
Fungsi dalam mempelajari pendidikan kewarganegaraan tidak lain adalah untuk memberikan pemahaman kepada siswa agar dapat menjalin hubungan yang harmonis diantara anggota keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Seperti yang dijelaskan oleh Aryani dan Susatim (2010:51) menurutnya fungsi PKn memiliki tiga misi besar, yaitu : 1)misi conservation education, ialah mengembangkan dan melestarika nilai luhur Pancasila; 2) misi social and moral development, ialah mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur; dan 3) misi socio-civis development, ialah membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antarsesama anggota keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya fungsi PKn menurut Raharjo dalam Isep (2013 :14) adalah sebagai pendidikan hukum, karena hukum dianggap sebagai perwujudan nilai-nilai yang mengandung arti, bahwa kehadiranya adalah untuk memajukan nilai-nilai yang di junjung tinggi oleh masyarakat. Selain itu juga fungsi PKn yang selanjutnya adalah menurut Hernandez dalam Isep (2013 :14) yang menjelaskan bahwa fungsi PKn adalah sebagai pendidikan multikultural. Fungsi PKn sebagai pendidikan multikultural adalah mengakui perbedaan individu menghormati persamaan derajat manusia, bekerja sama satu sama lain, mengutamakan kepentingan kelompok lebih daripada individu untuk tujuan kerukunan nasional.

E.  Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraam (PKn)
Dalam the internasional commision on educatioan for the 21 th century, terdapat dua konsep yang sesuai diterapkan untuk pembelajaran PKn di Indonesia.
Pertama, learning to live together  (in peace in harmoni) belajar hidup bersama dalam damai dan harmoni, melandasi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Kedua, bagi bangsa Indonesia perlu dikembangkan pula unggulan makna konsep learning to be-morally (Aryani dan Susatim 2010:75).
 Kedua konsep pendidikan sedunia ini dapat diaplikasikan melalui suatu pendekatan pembelajaran yang tersusun, atau sistematis dan sistemik, melalui pendekatan atau metode sebagai a formalized or sistematized procedure for carrying on intruction(Wesley dalam Aryani dan Susatim 2010:77), dan Pendekatan pembelajaran yang diarahkan pada kondisi kontektual diwujudkan antara lain dengan model dan metode-metode sebagai berikut : 1) cooperative learning, 2) penemuan, 3) inkuiri, 4) interaktif, 5) eksploratif, 6) berfikir kritis dan 7) pemecahan masalah (Aryani dan Susatim, 2010: 78).
F.   Pengembangan Penilaian Hasil Belajar PKn SD
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah  yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotorik.
Selain ketiga taksonomi Bloom diatas,  penilaian hasil belajar PKn SD juga perlu memperhatikan aspek psikologis, sosiokultural dan spiritual.  moral juga memilikiperanan penting sebagai indikator penilaian hasil belajar PKn SD.
Bagan 2.1
Pengembangan Penilaian Hasil Belajar PKn SD.
(Wahyono,dkk. 2012)
















Rounded Rectangle: PENGEMBANGAN PENILAIAN









Text Box: Pengembangan Alat Penilaian Dengan Teknis Tes
Text Box: Pengebangan Alat Penilaian Kognitif Dan Non-Kognitif




Text Box: -Pengembangan alat peniliana kognitif
-pengembangan alat penilaian afektif
-pengembngan alat penilaian psikomotorik


Text Box: Pengembangan Alat Peilaian Dengan Teknis Non-Tes

 








Pengembangan Penilaian dengan Teknis Tes
Teknis tes merupakan salah satu alat, cara dan langkah-langkah yang sistematik uantuk digunakan dalam mengukur sejumlah prilaku tertantu siswa. bentuk tes terdiri dari:
1.    Tes tertulis, yaitu penilaian yang bentuk dan pelaksanaannya dilakukan secara tertulis. salah satu diantaranya adalah : soal uraian bebas, digunakan untuk mengungkapkan pendapat siswa atau taggapan terhadap suatu objek. siswa yang mempunyai banyak pengetahuan maka dapat mengembangkan jawaban dengan luas, sedangkan siswa yang kurang adanya pengetahuan maka akan kurang dalam mengembangkan jawaban.
2.    Tes lisan, yaitu alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaan dilakukan secara lisan.
3.    Tes perbuatan, yaitu penilaian dilakukan melalui perbuatan siswa. penilaian ini dirasa tepat untuk pembelajaran PKn SD karena terkait dengan sikap dan prilaku yang bermoral dan berkarakter.
Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknis Non-Tes
prosedurnya tidak sistematis sebagaimana teknik tes. bentuk tes ini untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sikap atau kepribadian siswa.
1.    Penugasan, dapat berupa skala sikap (alat penilaian yang dapat digunakan untuk mengungkapkan sikap siswa melalui tugas tertulis). Dari jawaban siswa, guru dapat meilhat perwujudan sikap dan prilaku siswa)
2.    Observasi, alat penilaian yang pengisianya dilakuka oleh guru atas dasar pengamatan terhadapa prilaku siswa. Observasi dapat dilakukan dengan mengisi check list oleh guru dari beberapa daftar dan prilaku. penilaian ini dapat juga berupa catatan harian mengenai prilaku siswa, misalnya : keterlambatan, mengambil yang bukan miliknya, suka mengganggu dan sebagainya.

G.  Pengertian Model Cooperative Learning
Sudah banyak teori model-model pembelajaran yang dibuat oleh para ahli pendidikan, salah satunya adalah model cooperative learning atau belajar berkelompok. Model ini mendesain kegiatan proses pembelajaran untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, seperti halnyamenurut Hamid dalam Solihatin (2012: 101) Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individu mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Sehubungan dengan hal itu Slavin dalam Solihatin (2012 : 102) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotannya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Selanjutnya Stahl dalam Solihatin (2012: 103) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat yaitu “getting better together”, atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama(Slavin dalam Solihatin2012 :103).
Selanjutnya Slavin (2009:4) pembelajaran kooperatif merujuk pada: berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling memabantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Sedangkan menurut Suprijono (2012:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu  peserta didik menyelsaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupaka suatu model yang dimana dalam proes belajar mengajar siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil yang bertujuan untuk bekerja sama antara satu sama lain, bertukar pikiran dan berdiskusi untuk mengasah pengetahuan agar bisa memahami suatu konsep secara bersama-sama.

H.  Pengertian Model Cooperative LearningTipe Snowball Throwing
Jika dilihat menurut asal kata dalam bahasa Indonesia snowball throwing berasal dari dua kata yaitu snowball dan throwing. Snowball berarti bola salju sedangkan throwingberarti melempar, jadi dapat diartikan bahwa snowball throwing merupakan kegiatan melempar bola salju. Di mana dalam prosesnya siswa diberikan kertas yang nantinya kertas tersebut akan diisi oleh pertanyaan yang dibuat oleh siswa sendiri, kemaudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibentuk menyerupai bola, setelah itu kertas yang sudah menyerupai bola dilempar kepada temannya. Selanjutnya Siswa yang sudah mendapatkan bola dari temannya harus membuka dan menjawab pertanyaan yang ada didalamnya.
Menurut Bayor (2010) snowball throwing merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball throwing merupakan salah satu pembelajaran aktif (Active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru disini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Selanjutnya menurut Diyan (2011) selama ini pembelajaran  di kelas didominasi oleh pemahaman strukturalis, objektivisme dan behaviorisme yang bertujuan siswa mengingat informasi, lalu terjadi memorisasi. Pembelajaran dengan tipe snowball throwing tidak demikian dalam hal ini peserta didik diberikan kebebasan untuk membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan yang dialaminya. Di dalam tipe pembelajaran snowball throwing strategi pemerolehan dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

I.     Hakekat Model Cooperative LearningTipeSnowball Throwing
Model cooperative learning tipe snowball throwing merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik. Hubungan kerjasama itu menimbulkan persepsi positif tentang apa yang dialkukan peserta didik untuk mencapai keberhasila belajar. Tipe pembelajaransnowball throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan melaksanakan pesan tersebut (Widodo dalam Sutoro 2012). Pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu yang saling melempar bola kertas yang berisi pertanyaan kemudian menjawab pertanyaan yang ada dalam bola kertas tersebut (Tuggal dalam Sutoro  2012).

J.    Karakteristik Model Cooperative LearningtipeSnowball Throwing
Menurut Widodo dalam Sutoro (2012), tipe pembelajaran snowball throwingmenggunakan prinsip pembelajaran kooperatif yang mempunyai 5 prinsip :

1.    Prinsip belajar siswa aktif (student active learning)
2.    Prinsip belajara kerjasama (cooperative learnin)
3.    Prinsip belajar partisipatorik
4.    Prinsip belajar reaktif (reactive teaching)
5.    Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning)


K. Penerapan Model Cooperative Learning TipeSnowball Throwing
Menurut Widodo dalam Sutoro (2012) tipe snowball throwingmenggunakan 3 penerapan pembelajaran, yaitu :
1.    Penerapan pembelajaran conturcitivism: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas dengan konten yang terbatas melalui pengalaman yang nyata.
2.    Pembelajaran inquiry : pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh bukan mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri
3.    Penerapan pembelajaran questioning : dari bertanya anak didik bisa menggali informasi dan mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui.

L.  Langkah-langkah Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing
Menurut Suprijono (2012: 128)  langkah-langkah pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut:
a.    Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b.    Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi
c.    Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d.   Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
e.    Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit.
f.     Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
g.    Evaluasi
h.    Penutup

M.     Kelebihan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing
Setiap model pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri, seperti halnya pada model coopetaive learning tipe snowball throwing, model ini memiliki beberapa kelebihan. Menurut Tanggal dalam Sutoro (2012) kelebihan modelcooperative learningtipe snowball throwing adalah sebagai berikut:
a.    Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dan bersumber pada materi  yang diarahkan, serta memberikan pengetahua;
b.    Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari;
c.    Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam menggunakan pertanyaan;
d.   Melatih siswa menjawab pertanyaan;
e.    Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan;
f.     Dapat mengurangi rasa takut dalam bertanya;
g.    Siswa lebih mengerti makna kerjasama;
h.    Siswa aka memahami makna tanggung jawab.
Sedangkan menurut Hidayati (2012:16) kelebihan yang dimiliki oleh model ini antara lain:
a.    Melatih kesiapan siswa
b.    Saling memberikan pengetahuan
c.    Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
d.   Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikan kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain.
e.    Membantu siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.



N.      Kelemahan ModelCooperative Learning tipe Snowball Throwing
Kelemahan ini yang menjadi hal penting untuk lebih diantisipasi saat penerapannya guna kelancaran penelitian yang dilakukan. Adapun kelemahan pada modelcooperative learning tipe snowball throwingmenurut Hidayati (2012:17) yaitu:
a.    Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yag telah diberikan.
b.    Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
c.    Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.

O.      Cara Mengatasi Kelemahan Model Cooperative LearningTipe Snowball Throwing
Dari kelemahan-kelemahan yang sudah dijelaskan di atas, dapat dilakukan antisipasi agar kelemahan-kelemahan yang terdapat pada model ini tidak menjadi penghambat dalam kelancaran penelitian yang dilakukan. Menurut Sutoro (2012), Untuk mengatasi kelemahan model cooperative learning tipesnowball throwing, untuk menghindari salah persepsi pada materi yang diterangkan guru kepada ketua kelompok adalah dengan cara merubah sebagian langkah-langkah pembelajaran.
Langkah pembelajaran yang dirubah adalah yang semula materi pembelajaran dijelaskan oleh guru kepada ketua kelompok, dan ketua kelompok menjelaskan kepada aggotanya, diubah menjadi materi pembelajaran dijelaskan oleh guru kepada semua siswa secara langsung.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Panancangan 4 kota Serang dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas V yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Adapun objek pada penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing. Peneliti ini berkolaborasi dengan guru kelas di kelas V dengan pembagian tugas yang sudah disepakati sebelumnya, dimana guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai observer. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan mulai tanggal 1 - 30 Apri 2014.

B.  Desain Penelitian
Desain tindakan kelas yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart. Didalam siklus atau putaran terdapat empat komponen yang meliputi:
a.    Perencanaan (planning).
Pada tahap perencanaan (Planning) peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
b.    Tindakan (acting).
Pada tahap tindakan (act) adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu menggunakan tindakan kelas.
c.    Observasi (observing)
Pada tahap pengamatan (observe) peneliti mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru.


d.   Refleksi (reflection)
Pada tahap refleksi (reflection) merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia menghentikan kegiatannya. (Arikunto, 2006: 16-20).
Model penelitian yang dipilih adalah model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (Siklus Spiral) artinya pembelajaran yang semakin lama semakin meningkat hasil belajarnya (mampu mengatasi masalah yang muncul di kelas). Tahapan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2006:16) yaitu:
1. Perencanaan atau planning
2. Tindakan atau acting
3. Pengamatan atau observing
4. Refleksi
Adapun alur pelaksanaan tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Text Box: Refleksi IIText Box: Perencanaan I     SIKLUS I                                         SIKLUS II                              dst


 








Bagan 3.1 Penelitian Tindakan Kelas  (PTK) model spiral dari Kemmis dan   Taggart (Jamaludin, 2012:15).


C.  Prosedur Penelitian
Pra Siklus
Pada bagian ini penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar di kelas V. Adapun tahapannya terdiri dari:
a)    Observasi
Observasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar di kelas yang sesuai dengan pedoman observasi yang telah dirancang.
b)   Refleksi
Peneliti dan guru mengadakan diskusi dan evaluasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai hasil dari kegiatan observasi yang dilakukan peneliti. Dalam hal ini peneliti mendiskusikan dengan guru untuk menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwingagar kegiatan belajar mengajar di kelas V lebih baik dari yang pernah dilakukan guru.
Setelah melakukan persiapan-persiapan pra penelitian, selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah penelitian tindakan yang dimulai dari siklus 1 dengan tahapan sebagai berikut:

a.    Perencanaan (Planning)
Setelah melaksanakan observasi pra penelitian dan memungkinkan untuk melakukan penelitian, maka tahap perencanaan ini adalah menyusun perangkat pembelajaran terdiri atas:
1)      Silabus
Silabus mata pelajaran PKn kelas V digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP).
2)      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang didalamnya menggunakan model coopertive learningtipe snowball throwing
3)     Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar yang terdapat pada buku paket PKn pada materi “Ikut Serta Berorganisasi”
4)     Lembar Kerja Siswa (LKS)
Bentuk LKS yaitu mengisi lembar kegiatan secara kelompok mengenai macam-macam kegiatan organisasi di lingkungan sekolah
5)     Membuat lembar observasi
Lembar observasi aktivitas guru dan siswa untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas V ketika model pembelajaran diterapkan.
6)   Membuat angket
Angket ini dibuat untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

b.   Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tindakan yang telah dirancang dilaksanakan oleh peneliti sebagai observer dan satu orang guru kelas V SDNegeriPanancangan 4 yang bertindak sebagai pengajar. Pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing
Pelaksanaan tindakan yaitu praktik pembelajaran berkelompok. Adapun tahapan rencana yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
a)      Mengecekkesiapan siswa.
b)      Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
c)      Guru menjelaskan konsep materi tentang ikut serta berorganisasi.
d)     Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-6 orang.
e)      Menjelaskan teknis permainan dalam penerapan model pembelajaran yang akan digunakan.
f)       Setiap kelompok menunjuk satu orang untuk menjadi ketua kelompok
g)      Guru menyampaikan konsep tentang materi kepada masing-masing ketua kelompok.
h)      Ketua kelompok menyampaikan materi kapada semua anggota kelompok.
i)        Membagikan LKS kepada setiap kelompok, jumlah LKS setiap kelompok disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok.
j)        Setiap siswa membuat satu buah soal pada lembar kerjannya masing-masing yang kemudian dibuat seperti bola.
k)      Setiap siswa melemparkan bola yang berisi soal kepada temannya, lalu kemudian setiap siswa menjawab soal yang didapatkannya.
l)        Guru memberi kesempatan untuk bertanya, lalu kemudian guru menyimpulkannya.
m)    Memberikan tes tertulis.

c.     Observasi (Observing)
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat. Lembar observasi terdiri dari:
1.    Lembar aktivitas guru
2.    Lembar aktivitas siswa
Proses observasi dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam kelas selama melakukan tindakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing. Pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dari prilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran.

d.    Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan perencanaan tindakan dan pengamatan, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis oleh tim kolaborasi. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan dari apa yang dilakukan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

D.  Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini  dilakukan dengan dua teknik, yaitu  dengan tes dan non tes.
a.    Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam mengetahui dan memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru. Bentuk tes dalam penelitian ini yaitu tes subyektifyang terdiri tes isian. tes isian ini dibuat sebanyak 10 butir soal. Menurut Wahyudin, dkk (2006:46), tes subyektif atau uraian dapat dilakukan dengan diberikan skor yang berbeda untuk masing-masing tingkat kesukaran soal, soal yang sukar tentu diberikan skor yang lebih tinggi dari pada soal sedang dan mudah, nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan skor testi dibagi skor ideal kemudian dikonversikan dengan skala penilaian yang dipakai (skala 1-10 atau 10-100 atau 1-4).
Berikut ini rumus untuk pengolahan tes subyektif atau uraian:

Nilai akhir =

(Wahyudin, dkk 2006:47)
b.    Non Tes
1.      Observasi
Observasi dilakukan peneliti, yang terdiri dari observasi awal dan observasi ketika tindakan,  Observasi awal dilakukan untuk mengetahui interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan observasi ketika tindakan dilakukan pada tiap siklus, observasi ini dilakukan oleh peneliti sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Sudjana , 2009:84).


2.      Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner digunakan untuk mengetahui informasi dari siswa atau guru tentang respon terhadap perlakuan yang di berikan. Menurut Arikunto (2010:194), angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
E.  Instrumen Pengumpulan Data
1.    Instrument penelitian
Menurut Ibrohim,dkk dalam Rosidin dan Jamaludin (2012:39), instrument yang dimaksudkan dalam PTK adalah alat yang digunakan oleh guru  atau observer untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan. Adapun Instrument yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a.    Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam menguasai materi. Ketika sebelum dilakukan perbaikan dan sesudah dilakukan tindakan dengan model cooperative learningtipe snowball throwing. Tes digunaka untuk mengetahui hasil produk pada tingkat kognitif siswa. Tes yang diberikan berupa soal uraian yangdiberikan saat evaluasi atau setiap siklus selesai.
b.    Lembar Observasi
Observasi dalam penelitian ini menggunakan instrumen lembar observasi yang berbentuk tabel dengan butir-butir kegiatan yang akan diamati dan dengan rentang skala deskriptif berupa: baik sekali (BS), baik (B), cukup (C), kurang (K), dan kurang sekali (KS) skala ini dilakukan untuk mengkategorikan kegiatan siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsug.
Menurut Sukmadinata (2011:220) observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa mengajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya.
Lembar observasi merupakan pedoman yang digunakan untuk menjaring data dalam proses belajar mengajar. Peneliti akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan siswa bila sudah disiapkan pedoman observasinya. Aktivitas yang dijaring  pada lembar pedoman observasi ini berupa interaksi guru terhadap siswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap bahan pembelajaran.
c.    Angket atau Kuesioner
Lembar angket atau kuesioner pada penelitian ini berisi daftar pernyataan yang diajukan kepada guru dan siswa. tujuan dilakukan angket adalah untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa mengenai pelaksanaan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learningtipe snowball throwing dalam pembelajaran. Angket atau kuesioner dalam penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk tabel dengan pernyataan dan dengan rating-scale(skala bertingkat) dari sangat setuju (ST), setuju (T), tidak setuju (TS), sampai sangat tidak setuju (STS) untuk mengkategorikan respon dari siswa. Menurut Arikunto (2010:195), angket berbentuk rating-scale(skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke tingkatan sangat tidak setuju.

F.   Indikator Keberhasilan
Kriteria yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah menycakup beberapa indikator yaitu:
1.    Meningkatnya aktivitas belajar siswa saat proses belajar mengajar berlangsung hingga mencapai minimal75% dari jumlah keseluruhan siswa.
2.    Meningkatnya hasil belajar pada siswa yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes yang diberikan hingga mencapai minimal 75% di atas nilai KKM. Dimana nilai KKM yang sudah ditetapkan sekolah adalah 70. 

G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui tes hasil belajar, observasi, dan angket
a.    Pengolahan Hasil Tes
Data yang diperoleh dari hasil tes hasil belajar kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar siswa atau pemahaman siswa terhadap pelajaran PKn. untuk menghitung nilai dan rata-rata nilai siswa rumus yang digunakan sebagai berikut :
Rumus Menghitung Nilai Siswa:
Keterangan:
N  : Nilai siswa
 
Rumus menghitung nilai rata – rata (mean) siswa
Keterangan :
X             = Rata – rata (mean)
∑x             = Jumlah seluruh nilai
N             = Banyaknya siswa                                     
  (Sudjana 2009:109 )
b.    Pengolahan Hasil Observasi dan Angket
Data mengenai aktivitas guru dan siswa diperoleh pada saat melakukan proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi, kemudian dicarikan skor rata-ratanya. Skor rata-rata aktivitas siswa dan guru akan dibagi menjadi empat kategori, yaitu baik sekali, baik, sedang dan kurang. Sedagkan angket diperoleh setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanaka. Skor rata-rata akan dibagi pula menjadi empat kategori, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Adapun hasil rata-rata lembar observasi dan angket akan diperoleh melalui rumus sebagai berikut:
       
(Wahyudin,dkk. 2006:87)
Tabel 1.
Kriteria Penilaian
Rentang Nilai
Presentase
Huruf Mutu
90-99
90-99%
A (Baik Sekali)
80-89
80-89%
B (Baik)
70-79
70-79%
C (Cukup)
60-69
60-69%
D (Kurang)
Kurang dari 60
Kurang dari 60%
E (Tidak Lulus)

                                                                 (Sudjana, 2009:118)

H.  Tim Kolaborasi
Dalam peneitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas di  kelas V SD Negeri Panancangan 4. Peneliti dan guru bekerjasama untuk merancang dan membuat perangkat pembelajaran, mulai dari pembuatan RPP, instrumen soal sampai pembuatan media pembelajaran. Dalam pelaksanaannya peneliti dan guru membagi tugas masing-masing, dimana guru sebagai pelaksana tindakan sedangkan peneliti sebagai observer.


I.     Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Rencana Kegiatan
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
1
Observasi


























2
Pengajuan Judul


























3
Penyusunan Proposal


























4
Bimbingan Penelitian


























5
Seminar Proposal


























6
Revisi proposal


























7
Pra Penelitian


























8
Penelitian Siklus 1


























9
Penelitian Siklus 2


























10
Pengolahan dan
Analisis Data


























11
Penyusunan
Laporan


























12
Penyerahan Laporan


























13
Revisi Laporan


























14
Sidang Skripsi


























15
Revisi Skripsi

































BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan serangkaian laporan tentang hasil tindakan yang sudah dilakukan selama penelitian berlangsung yang mencakup perencanaan, pelaksaaan, observasi serta refleksi. Dimana dalam isi laporan berupa keberhasilan, kelemahan serta apa saja yang menyangkut aktivitas dalam tindakan yang sudah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yang terdiri dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap pra siklus peneliti hanya melakukan observasi dan refleksi, sedangkan pada tahap siklus I dan II mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Deskripsi Data
1.    Pra Siklus
Pra siklus merupakan tahap awal sebelum melakukan tindakan, baik pada tindakan di siklus I maupun sklus II. Pada tahap ini peneliti melakukan dua tahap yaitu tahap observasi dan tahap refleksi. Tahap observasi ini dilakukan agar peneliti mengetahui proses awal yang dilakaukan guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan tahap refleksi dilakukan setelah guru selesai melakukan proses belajar mengajar. Adapun deskripsi data pada  setiap tahap dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.    Observasi
Pada tahap observasi  peneliti berkunjung ke  kelas yaitu di kelas V, peneliti mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pembelajaran dilaksanakan oleh ibu Anita sebagai guru kelas di kelas V. Adapun  instrumen yang digunakan pada tahap pra siklus ini yaitu dengan menggunakan instrumen observasi guru dan siswa. 3 x 35 menit proses belajar mengajar berlangsung. Selama proses tersebut terdapat beragam aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pertama aktivitas siswa, selama proses pembelajaran beberapa siswa ada yang tidak memperhatikan guru disaat guru menjelaskan  materi ajar, ada juga yang sering izin ke kamar mandi, dan ada juga yang diam dan tertidur. Hal tersebut terjadi karena dalam proses pembelajaran, guru terlihat masih kurang tanggap terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa, guru terlalu  fokus kepada materi ajar yang disampaikannya, sehingga penguasaan kelasnya kurang, terlebih pada proses pembelajarannya guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau tidak bervariatif, dimana dalam proses pembeajarannya masih terpusat pada guru atau teacher center, sehingga siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan sebelumnya, maka tahapan aktivitas belajar guru dan siswa masih rendah yaitu 61.7% untuk  aktivitas belajar guru dan 46.7% untuk aktivitas belajar siswa. Hal tersebut bisa menjadi bukti fisik bahwa selama ini aktivitas belajar siswa dan guru masih masuk dalam kategori rendah. Melihat permasalahan di atas tentunya harus ada sikap bijak dari guru untuk menyelesaikan permasalahan tersebut agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berikut data aktivitas belajar siswa dan guru yang disajikan dalam diagram: (Lampiran 3 halaman 174).
Diagram 4.1
Aktivitas Belajar Siswa dan Guru
b.   Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan ibu Anita selaku guru yang mengajar PKn sekaligus guru kelas V mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.  hasil diskusi yang dapat disimpulkan bahawa ternyata selama ini proses pembelajaran yang terjadi tidak jauh dari hasil pengamatan yang peneliti peroleh saat melakukan observasi. Siswa kurang merespon guru saat pembelajaran, banyak siswa yang izin ke luar dengan alasan ke kamar kecil dan lain sebagainya. Sehingga penguasaan siswa dalam memahami materi rendah dan hal tersebut berdampak kepada rendahnya hasil belajar pula. Yang pada intinya siswa tidak termotivasi untuk megikuti proses pembelajaran. ditambah lagi guru masih menggunkan model pembelajaran yang konvensional. Sehingga tidak ada variasi dalam kegiatan pembelajarannya. Namun disisi lain gurupun memiliki hasrat untuk bagaimana cara meningkatkan motivasi siswa sehingga motivasi tersebut akan berdampak kepada peningkatan hasil belajar siswa. Maka dari itu peneliti mengajak guru untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2.    Siklus I
a.    Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dengan guru berdiskusi merencanakan segala hal persiapan dalam melakukan tindakan untuk memperbaiki permasalahan yang ditemukan pada saat pra penelitian. Dimanadalam penerapannya akan dilakakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing.Adapun hal-hal yang dilakukan dan dipersiapkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1.      Mendiskusikan bagaimana penerapan dan langkah-langkah penggunaan model cooperative learning tipe snowball throwing dalam proses pembelajaran.
2.      Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimana  dalam tahap penyusunsan RPP, peneliti dan guru menyususn indikator yang akan dicapai, dengan mempertimbangkan dari kompetensi dasar.
3.      Menyiapkan lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi guru dan observasi siswa. Lembar observasi ini bertujuan sebagai lembar instrumen yang digunakan untuk mengetahui sejauhmana aktivitas guru dan aktivitas siswa.
4.      Menyiapkan lembar angket siswa. Lembar angket ini dibuat agar peneliti bisa mendapatkan informasi tentang respon siswa terkait dengan penerapan model cooperative learning tipe snowball throwng dalam proses pembelajaran.
5.      Menyiapkan lembar kerja kelompok, hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar kelompok. Tahap ini dilakuka pada saat materi selesai disampaiakan. Soal pada lembar kerja kelompok dibuat oleh peneliti bersama guru dengan mempertimbangkan indikator yang ingin dicapai.
6.      Membuat soal evaluasi individu dengan menggunakan pertimbangan dari guru dan tim ahli. Soal yang dibuat akan diberikan kepada setiap siswa pada saat tugas kelompok sudah selesai dikerjakan.
7.      Membuat lembaran kertas kosong untuk digunakan siswa pada saat pembuatan soal dalam permainan snowball throwing

b.      Tindakan
A.  Pertemuan Pertama
Pada tahap ini adalah tahap dimana guru yang menjadi pelaksana tindakan atau yang mengajar sedangkan peneliti sebagai observer. Tahap ini berlangsung pada hari Rabu tanggal 02 April tahun 2014, tepatnya pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 09.30. Proses pembelajaran pada mata pelajaran PKn ini dengan menggunaka model cooperative learning tipe snowball throwingdengan indikator yang sudah direncanakan pada RPP.

1.      Kegiatan Awal Pembelajaran
Guru dan observer masuk ke dalam kelas secara bersamaan, dan langsung menempati tempat masing-masing, guru berada di depan kelas sedangkan observer berada di belakang siswa. Guru membawa bahan ajar mulai dari buku paket, media pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), absensi siswa, serta perlengkapan alat tulis, seperti spidol yang sudah siap digunakan. Sedangkan observer membawa lembar observasi siswa dan observasi guru.
Setelah jeda sebentar untuk menyimpan segala perlengkapan yang dibawa, guru langsung mengucap salam, setelah semua siswa menjawab, selanjutnya guru  menanyakan kabar kepada semua siswa, baru setelah itu guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum proses pembelajaran dimulai. Seberesnya berdoa siswa dicek kehadirannya oleh guru dengan cara  dipanggil satu persatu. Pada siklus pertama ini  siswa  yang hadir hanya 34 orang, yang terdiri atas 17 perempuan dan 17 laki-laki. Sisanya tidak hadir dikarenakan ada yang sakit dan izin.
Sebelum masuk kepada materi, guru memberikan apersepsi dengan memotivasi dan memberikan pertanyaan kepada siswa. Pada saat memotivasi guru menanyakan cita-cita bebrapa siswa yang ditunjuk. Lalu menguatkan cita-cita semua siswa bahwa cita-cita yang diinginkan akan tercapai jika siswa belajar dengan rajin. Sedangkan pertanyaan yang dilontarkan oleh guru berhubungan dengan materi yang akan disampaikan yaitu tentang berorganisasi. berikut pertannyaan yang di tanyakan oleh guru adalah 1. Siapakah yang setiap hari jumat mengikuti kegiatan pramuka? 2. Apa manfaat yang kalian dapatkan jika kalian mengikuti pramuka?.  Siswapun menjawab dengan penuh semangat. Lalu guru menanggapi jawaban dari siswa.
2.      Kegiatan Inti Pembelajaran
Diawal pembelajaran, sebelum guru menyampaikan materi ajar. Guru menyampaikan terlebih dahulu tujuan pembelajaran dan indikator yang ingin dicapai. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat kelompok. Guru mengintruksikan kepada siswa untuk memilih teman kelompoknya sendiri. Dimana dalam satu kelompok terdir atas 4-6 orang. Setelah siswa mendapat intruksi dari guru untuk memulai, siswa langsung mencari teman dan membentuk kelompok. Setelah kelompok terbentuk, siswa  diharuskan memberi nama dan memilih satu orang untuk dijadikan ketua kelompok. Adapun nama kelompok diambil dari nama kartun. Kelompok dibentuk menjadi 6, penamaan setiap kelompok adalah; kelompok 1 (Hello Kitty), kelompok 2 (Dora Emon), kelompok 3 (Shincan), kelompok 4 (Upin Ipin), kelompok 5 (Pokemon), dan kelompok 6 (Bunga).
Ketua kelompok yang sudah dipilih oleh masing-masing anggota kelompoknya diminta maju ke depan oleh guru untuk diberikan pemahaman tentang materi berorganisasi.

Gambar 4. 1
Guru sedang Menyampaikan Materi Kepada Semua Ketua Kelompok











Setelah materi selesai disampaikan kepada ketua kelompok, selanjutnya  guru meminta ketua kelompok untuk kembali ke tempat duduk dan menyampaikan materi tentang berorganisasi kepada anggotanya masing-masing .
Hampir kurang lebih 10 menit siswa diberi waktu oleh guru untuk berdiskusi memahami materi tentang organisasi. Para ketua kelompok berusaha untuk menyampaikan materi tentang berorganisasi kepada anggotanya dengan menggunakan bahasanya sendiri. Saat proses ini berlangsung terlihat para anggota yang serius untuk mendengarkan materi yang disampaikan ketua. Pada tahap ini tugas guru adalah membimbing dan memantau semua kelompok, baik dari kejauhan ataupun dari dekat. Selain itu juga guru meminta kepada seluruh kelompok, jika ada yang kurang dipahami dan dimengerti siswa diminta  untuk langsung bertanya kepada guru.

Gambar 4.2
Ketua Kelompok Sedang Menyampaikan Materi Kepada Anggotanya




setelah waktu yang diberikan telah habis, selanjutnya guru meminta setiap ketua kelompok untuk membagikan lembaran kertas kosong kepada anggotanya masing-masing. Kertas kosong tersebut akan digunakan oleh setiap siswa untuk membuat soal, masing-masing siswa membuat satu soal. Pada tahap ini masih ada siswa yang masih ngobrol dan tidak ikut dalam diskusi kelompok. Melainkan mengganggu temannya yang lain.

Gambar 4.3
Guru dan Siswa Mengangkat Kertas Kosong











Kertas putih yang siswa gunakan merupakan salah satu instrumen yang sudah disiapkan oleh guru, dan diberikan pada saat guru menyampaikan materi kepada para ketua kelompok.
Setelah siswa mendapatkan kertas, selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk membuat soal, setiap siswa membuat satu soal yang berkaitan dengan materi. Setelah siswa selesai membuat soal selanjutnya kertas yang berisi soal dibentuk menyerupai bola, bola tersebut akan digunakan untuk permainan snowball throwing.
Saat permainan dimulai guru membimbing dan mengarahkan siswa agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Dalam proses permainnanya bola yang berisi soal dilemparkan kepada kelompok lain secara bergantian, baru setelah siswa mendapatkan bola, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan secara bergantian. Berikut isi pertannyaan dan jawaban salah satu siswa:
Pertanyaan siswa 1 : Organisasi yang dekat dengan kita adalah?
Jawaban siswa 2 : Keluarga dan sekolah

Gambar 4.4.
Siswa Bermain Snowball Throwing








Setelah siswa 2 menjawab, guru langsung menanggapinya, dengan bertanya kepada semua siswa, adapaun pertannyaan guru adalah sebagai berikut: “ jawabanya apakah benar atau salah anak-anak?. Siswapun ada yang menjawab salah dan benar, namun kebanyakan menjawab salah. Lalu guru meluruskan jawabannya “ karena sekarang kalian masih belajar di sekolah, jadi kalau organisasi yang paling dekat dengan kita adalah pramuka, dan koperasi sekolah. Setelah guru meluruskan jawaban dari siswa 2 selanjutnya guru menunjuk siswa lain untuk membacakan dan menjawab pertanyaan. Adapun isi soal dan pertannyaan dari siswa adalah sebagai berikut:
Pertanyaan siswa 3 : Apa ciri-ciri organisasi?
Jawaban siswa 4 : kumpulan manusia, tujuan bersama, kerja sama, dan pengaturan.
Seberesnya siswa 4 menjawab, guru bertanya kepada semua siswa. “ apakah jawabanya betul? Siswa pun menjawab dengan kompak “betul bu”. Guru langsung menanggapinya, “ ya anak-anak jawabannya betul. “Jadi kalau ciri-ciri organisasi itu ada empat, yaitu adanya kumpulan manusia, memiliki tujuan bersama, adanya kerja sama, serta adanya aturan. Kegiatan tersebut dilakukan sampai semua siswa menjawab pertanyaan dari soal yang didapatkannya.
Gambar 4.5
Siswa Menjawab Petanyaan Secara Bergantian












Sekitar 20 menit permainan snowball throwing dilakukan, setelah semua siswa mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan, selanjutnya guru memberikan tugas kelompok melalui lembar kerja kelompok, namun sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan guru menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami terkait materi yang sudah dipelajari. Saat guru sudah yakin kalau siswa sudah memahami materi, baru mulailah guru membagikan lembar kerja kelompok.
Melalui lembar kerja kelompok tersebut siswa dituntut untuk berdiskusi, pada tahap ini siswa terlihat berdiskusi mengerjakan tugasnya dengan baik, namun masih ada juga aktivitas belajar siswa yang tidak diharapkan, seperti mengobrol dengan teman yang lain, mengganggu kelompok yang lain dan ada juga yang pergi keluar untuk ke kamar kecil.

Gambar 4.6
Aktivitas Siswa Saat Berdiskusi Mengerjakan Lembar Kerja Kelompok












Setelah siswa selesai mengerjakan tugas kelompoknya, ketua kelompokpun mengumpulkan hasilnya ke meja guru. Setelah itu guru membahas setiap soal yang didiskusikan oleh setiap kelompok, sampai siswa benar-benar paham dan siap untuk mengerjakan soal individu dalam evaluasi pembelajaran. kegiatan pada tahap inti berlangsung selama 60 menit.
3.      Kegiatan Akhir Pembelajaran
Pada tahap ini, guru menanyakan kembali hal-hal yang ingin ditanyakan dan belum dipahami oleh siswa terkait materi yang sudah dipelajari. Karena pada saat itu tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan sehingga guru bertannya balik kepada siswa dengan menunjuk perkelompok untuk menjawabanya, adapun pertanyaan yang diberikan kepada beberapa  kelompok adalah sebgai berikut:
Guru : Kelompok hello kitty, apa yang dimaksud dengan berorganisasi?
Kelompok helo kitty :  organisasi adalah sekelompok manusia yang diatur untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Siswa menjawab dengan lantang dan kompak, karena ada sebagaian anggta kelompok menjawab dengan membaca buku. Setelah siswa menjawab, gurupun menegaskan bahwa jawabnnya adalah “betul”. Selanjutnya guru menunjuk lagi satu kelompok dengan pertannyaan sebagai berikut:
Guru : kelompok dora emon, coba sebutkan ciri-ciri dari organisasi?
Kelompok dora emon : kumpulan manusia, tujuan bersama, kerja sama, dan pengaturan.
Guru : betul anak-anak, jadi ciri-ciri organisasi adalah adanya kumpulan manusia, memiliki tujuan bersama,  melakukan kerja sama, dan adanya pengaturan.

B.   Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua berlangsung pada hari Jumat tanggal 4 April2014, tepatnya pada pukul 07.30-09.30. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ini sudah direncanakan dan disusun dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Aktivitas yang dilakukan pada pertemuan dua ini, tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama, namuan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terkait materi, guru melakukan evaluasi. Bedanya jika pada pertemuan pertama evaluasi  yang dilakuakn adalah  melalui tugas kelompok, tapi kalau pada pertemuan kedua dilakukan dengan memberikan soal individu. Berikut deskripsi langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua secara singkat.
1.      Kegiatan Awal Pembelajaran
Pada kegiatan awal pembelajaran guru dan observer masuk kelas dengan membawa segala perlengkapan yang sudah disiapkan. Setelah itu guru mengucap salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa mengawali pembelajaran. Setelah siswa berdoa, seperti biasa guru mengabsen siswa dengan cara memanggil nama siswa satu persatu. Saat siswa yang dipanggil tidak hadir, gurupun langsung bertanya alasan ketidakhadiran kepada teman sebangkunya atau teman sekampungnya.
2.      Kegiatan Inti Pembelajaran
Setelah guru mengabsen semua siswa, selanjutnya guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Baru setelah itu guru mengatur dan membimbing siswa untuk membentuk kelompok, dengan diketahui oleh satu orang. Ketua dipilih langsung oleh para anggota kelompok. Setelah ketua kelompok terpilih, selanjutnya guru memanggil setiap ketua kelompok untuk maju menghadap guru di mejanya. Setiap ketua kelompok diberikan satu berkas poto kopian materi ajar yang sudah disiapkan guru sbelumnya. Selain itu juga para ketua kelompok diberikan pemahaman materi oleh guru.
Pada saat guru menyampaikan materi kepada para ketua kelompok. Semua siswa yang menjadi anggota kelompok memperhatikan dan mendengarkan juga apa yang disampaikan guru kepada ketua kelompok, selain itu juga guru meminta seiap kelompok untuk membuka materi yang terdapat pada buku paket, hal ini berguna untuk membantu pemahaman awal siswa sebelum para ketua kelompok meyampaikan materi dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Setelah guru selesai menyampaikan materi kepada para ketua kelompok, kini saat para ketua untuk menyampaikan kembali materi kepada anggotanya masing-masing. Pada saat proses ini berlangsung guru membimbing setiap kelompok dan membantu ketua kelompok pada saat ketua lupa akan materi yang harus disampaikan. Baru setelah guru  sudah yakin kalau semua kelompok sudah mendapatkan pemahaman materi oleh ketua kelompok, selanjutnya siswa diberitahukan oleh guru untuk memulai permainan snowball throwing, lalu siswapun bergegas untuksegera membuat soal dalam kertas dan setelah selesai siswa langsung membentuk kertas tersebut menyerupai bola, dan permainanpun dimulai. Namun pada pertemuan duapun guru belum maksimal dalam mengatur dan membimbing siswa khususnya dalam permainan snowball throwing, karena pada saat proses ini berlangsung masih terlihat siswa yang melempar bola tidak beraturan, ada satu orang siswa yang mendapatkan lebih dari satu bola dan ada juga yang tidak mendapatkan bola sama sekali.
Gambar 4.7
Aktivitas siswa saat memulai permaianan SnowballThrowing








3.      Kegiatan Akhir Pembelajaran
Setelah permainan snowball throwing dilaksanakan, Selanjutnya guru meminta ketua kelas untuk membagikan soal individu kepada anggotanya masing-masing. Lalu siswapun mengerjakan soal secara individu, pada proses ini masih ada salah satu siswa yang mencontek kepada temannya dan membuka buku. Hal itu terjadi karena guru tidak melarang, namuan tidak juga membolehkan untuk membuka buku dan mencontek, sehingga siswa merasa dibebaskan untuk mencontek dan membuka buku.
Gambar 4.8
Siswa Saat Mengerjakan Soal Individu












Sekitar 25 menit siswa mengerjakan soal, setelah siswa selesai mengerjakan soal individu, guru langsung meminta mengumpulkan hasilnya. Sebelum guru menutup pembelajaran guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada minggu yang akan datang. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan meninggalkan ruang kelas. Aktivitas pada tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 menit.

C.    Observasi
Pada tahap observasi, peneliti dibantu oleh satu orang rekan untuk merekap dan mendeskripsikan keseluruhan aktivitas guru dan siswa selama di kelas. Pengamatan observasi aktivitas belajar guru dan dan siswa dilakukan mulai dari kegiatan awal pembelajaran, inti pembelajaran, sampai akhir pembelajaran.

1.      Observasi Aktivtas Mengajar Guru
Observasi aktivitas mengajar yang dilakukan guru dilakukan oleh peneliti mulai dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, observasi ini dilakukan denagn menggunakan lembar observasi yang sudah di siapkan sebelumnya. Observasi aktivitas belajar guru ini dilakukan agar peneliti mengetahui sejauhmana kesesuaian aktivitas belajar guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing.
Hasil observasi dari aktivitas belajar guru pada siklus pertama ini masih belum mencapai nilai yang diharapkan, dimana keberhasilan dalam penelitian ini dilihat dari aktivitas guru harus bisa mencapai minimal 95%, namun setelah dipersentasekan, anggka yang didapat adalah 81,25%. Ketidakmaksimalan guru inilah yang menjadi dampak kepada kurangnya aktivitas belajar siswa pula. Adapun rincian nilai yang didapat dalam setiap indikator pada aktivitas guru adalah sebagai berikut : aktivitas belajar guru yang termasuk dalam  kategori “sangat baik” dari 16 indikator adalah berjumlah 2 indikator yaitu (1) guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa, dan (2) guru mengabsen kehadiran siswa. Kategori sangat baik yang didapat guru dalam aktivitasnya karena diawal pembelajaran sebelum guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa, guru memberikan ceramah sebentar tentang manfaat yang didapat jika disetiap aktivitas yang dilakukan diawali dengan berdoa, dengan seperti itu siswa menjadi semangat untuk berdoa pada awal pembelajaran, selain itu juga kategori sangat baik ke dua yang didapat guru yaitu dari aktivitas disaat mengabsen, guru berhak mendapatkan kategori ini karena guru mengecek satu persatu dan menanyakan alasan ketidak hadiran siswa kepada teman dekatnya. Persentase yang didapat pada kategori baik dalam aktivitas guru adalah 12, 5%.
Selanjutnya aktivias belajar guru yang masuk dalam kategori “baik” berjumlah 13 indikator yaitu (1) guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, (2) guru mengarahkan siswa membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 siswa dan mengarahkan untuk memilih ketua kelompoknya masing-masing, (3) guru menampilkan media pembelajaran yang sudah disiapkan, (4) guru menjelaskan materi pembelajaran kepada semua ketua kelompok, (5) guru memberikan kesempatan kepada ketua kelompok untuk menjelaskan materi pembelajaran kepada anggotanya, (6) guru membimbing siswa untuk berdiskusi mengenai materi materi pembelajaran dengan kelompoknya, (7) guru membimbing siswa untuk aktif dalam memberikan gagasan saat berdiskusi, (8) guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, (9) guru membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah dibuat siswa lain, (10) guru melakukan evaluasi pembelajaran bersama siswa, (11) guru membuat kesimpula materi pembelajaran bersama siswa, (12) guru memberikan tes berupa soal uraia dengan menyuruh siswa untuk mengerjakan dengan tertib dan tidak mencontek kepada temannya, (13) guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa.
Mendapatkan aktegori “baik” karena dalam proses aktivitasnya sesuai dengan apa yang diharapkan meskipun belum mencapai maksimal. Seperti sebelum menyampaikan materi, guru sebelumnya menyampaikan indikator keberhasilan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sehingga siswa mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai indikator dan tujuan pembelajaran pada hari itu. Selanjutnya pada saat pembentukan kelompok dan pemilihan ketua kelompok guru terlihat membimbing dan mengatur dari awal pembentukan sampai pemilihan ketua kelompok, meskipun belum sepenuhnya kondusif, karena terlihat masih ada salah satu siswa yang asyik dengan aktivitasnya tanpa memperhatikan perintah guru. Pada saat guru menyajikan materi dan memperlihatkan media pembelajaran siswa terlihat antusias untuk memperlihatkan guru. Selanjutnya pada saat ketua kelompok diberi penjelasan materi didepan kelas, guru bisa mengondisikan siswa untuk tetap tenang, dengan cara memberikan materi tambahan yang harus dibaca oleh setiap anggota kelompok. Setelah ketua kelompok mendapatkan materi dari guru, selanjutnya tugas ketua kelompok menyampaikan kembali materi yang sudah diberikan oleh guru kepada  anggotanya, dan pada saat proses itu terjadi guru senantiasa membimbing siswa, meski tidak maksimal, untuk membimbing semua kelompok. Pada saat membimbing siswa dalam berdiskusi, gurupun terlihat memberikan kata-kata untuk memacu siswa untuk memberikan gagasan saat berdiskusi. Disaat permainan snowball throwing berlangsung, guru tidak henti untuk membimbing siswa saat membuat dan menjawab pertanyaan, karena pada tahap ini ada siswa yang masih kebingungan, tapi dengan dibimbingnya oleh guru siswapun menjadi terkondisikan. Saat evaluasi pembelajaran guru dapat mengondisikan siswa dan menyimpulkan materi bersama siswa, dan pada saat siswa mengerjakan soal, kelas terlihat kondusif meski ada salah satu siswa yang mencontek kepada teman dan membuka buku, dan terakhir guru menutup pembelajaran dengan baik dan rapih. Persentase ativitas guru yang didapat pada siklus ini adalah dengan kategori “baik” yaitu 65%.
Aktivitas yang termasuk dalam kategori “cukup” dalam siklus satu hanya satu indikator yaitu (1) guru bertanya jawab tentang materi organisasi untuk menggali pengetahua awal siswa. Pada indikator ini guru masih terlihat kurang dalam membangkitkan pengetahuan awal siswa, tahap ini bisa dikatakan atahap apersepsi, yang bertujuan untuk memotivasi dan membangkitkan pengetahuan awal siswa dengan melontarkan pertanyaan-petanyaan yang berkaitan dengan materi, setelah siswa menjawabnya guru menanggapi dan meluruskan jawaban yang benar, namun guru tidak maksimal untuk melakukannya. Guru hanya melontarkan pertanyaan namun tidak semua pertanyaan yang dijawab siswa ditanggapi dan diluruskan oleh guru. Sehingga persentase aktivitas guru yang didapat pada siklus satu pada kategori “cukup” 3,75%. Berikut ini adalah penyajian hasil observasi aktivitas belajar guru dalam bentuk tabel :











Tabel 4.1
Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Kategori
SB
B
C
K
SK
Jumlah
2
13
1
-
-
Skor
10
52
3
-
-
Persentase
12.5%
65%
3.75%
-
-
Persentases aktivitas guru
81.25%

Keterangan

Aktivitas = skor yang diperoleh x 100%
           80

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, maka aktivitas mengajar guru dalam mengajar dapattergambar pada diagram di bawah ini :
Diagram 4.2
Aktivitas Belajar Guru

Melalui diagram di atas dapat terlihat bahwa persentase aktivitas belajar guru masih rendah, dan masih belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini.  Dimana untuk mencapai keberhasilan penelitian ini, guru harus mencapai nilai minimal 95%, sedangkan nilai yang didapat guru dalam siklus satu ini adalah 81,25%. (lampiran 3 halaman 146)
2.      Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pada observasi aktivitas belajar siswa, peneliti dibantu oleh satu orang rekan, karena jumlah siswa yang cukup banyak sehingga peneliti tidak akan maksimal jika hanya peneliti saja yang mengobservasi aktivitas belajar siswa. Observasi belajar siswa dilakukan mulai dari awal pembelajaran, inti, hingga akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan pada aktivitas belajar siswa  diperoleh nilai rata-rata 71,6 %, nilai tersebut masih belum mencapai angka minimal. Dimana nilai minimal dalam persentase aktivitas belajar siswa  yang sudah ditetapka adalah 75%. Adapaun data hasil aktivitas belajar siswa dapat dijabarkan sebagai berikut: Aktivitas belajar siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik “ terdiri atas 17 siswa, kategori “sangat baik” ini diraih oleh siswa pada 3 indikator  yaitu (1) siswa bersama-sama berdoa untuk membuka kegiatan pembelajaran, (2) siswa menjawab hadir ketika diabsen guru, dan (3) siswa bersama-sama berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.  Selanjutnya dari 14 indkator pada aspek yang dinilai,  pada kategori yaitu (1) siswa bersama-sama berdoa untuk membuka kegiatan pembelajaran, (2) siswa menjawab hadir ketika diabsen guru,  (3) siswa bersama-sama berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran, (4) siswa memperhatikan media pembelajaran  yang ditampilkan guru, (5) siswa membuat soal pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, (6) siswa mengevaluasi pembelajaran bersama guru, dan (7) siswa membuat kesimpulan materi pembelajaran bersama guru. Hampir100% pada 7 kategori tersebut siswa mendapatkan kategori “baik”, namun ada beberapa siswa yang masih mendapatkan kategori “cukup” dan “kurang” pada indikator siswa menjawab pertanyaan dari guru, siswa memberi gagasan dalam berdiskusi, dan siswa megerjakan tes soal uraian dari guru dengan tertib dan tidak mencontek kepada temannya.Berikut penyajian hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam bentuk tabel:



Tabel 4.2
Tabel Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No
Keterangan
Jumlah siswa
Persentase
1.
MencapaiIndikator Keberhasilan
19
55.9%
2.
Belum Mencapai Indikator Keberhasilan
15
44.1%
Keterangan
Aktivitas = skor yang diperoleh x 100%
           70

Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat tergambar pada diagram di bawah ini: (lampiran 2 halaman 136).

Diagram 4. 3
Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I
3.      Angket
Hasil angket yang diisi oleh siswa pada saat proses pembelajaran selesai, dapat dikategorikan baik, karena pada siklus pertama ini jika dipersentasikan hasil rata-ratanya  mencapai 93,5%.  Pada angket yang berisi lima pernyataan, dan empat kategori yang terdiri dari SS (Sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS ( sangat tidak setuju). Hasil angket yang diisi siswa dengan jumlah siswa 34 orang dapat dijabarkan sebagai beriku: Pada pernyataan pertama yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn, saya menjadi termotivasi untuk belajar PKn”. Siswa yang menjawab kategori “sangat setuju” berjumlah 26 siswa, dan kategori “setuju” berjumlah 8 siswa. Pernyataan kedua “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajaran PKn, saya dapat membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran”. Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 31 orang dan sisanya adalah memberikan kategori “setuju”. Selanjutnya pada pernyataan yang ketiga “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn, saya dapat menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman saya”. Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 21 siswa, pada kategori “setuju” berjumlah 9 siswa, dan kategori “tidak setuju” berjumlah 4 siswa. Pada pernyataan keempat yaitu “melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajaran PKn, saya dapat berbagi pengetahuan kepada teman saya”. Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” pada pernyataan ini berjumlah 16 siswa, pada kategori “setuju” berjumlah 11 siswa, dan sisanya atau 7 siswa memberikan kategori “kurang”. Pernyataan terakhir yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn, saya lebih mudah memahami materi pelajaran”, dan siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 21 siswa, kategori “setuju” berjumlah 12 siswa, dan sisanya memberikan kategori “sangat tidak setuju”. Berikut penyajian hasil angket yang diisi siswa dalam bentuk tabel: (Lampiran 2 halaman 142)





Tabel 4.3
Respon Siswa dalam Mengisi Angket
Kategori
Pernyataan
1
2
3
4
5
Jumlah Siswa
Sangat Setuju
26
31
21
16
21
Setuju
8
3
9
11
12
Tidak Setuju
-
-
4
7
1
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
-

Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
-

Persentase

Sangat Setuju
76.5%
91.2%
61.8%
47%
61.8%

Setuju
23.5%
8.8%
26.4%
32.4%
35.3%

Tidak Setuju
-
-
11.8%
20.6%
2.9%

Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
-












4.      Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan rincian hasil tes siswa yang terdiri dari hasil tes kelompok dan tes individu. Hasil tes inilah yang nantinya akan menjadi acuan keberhasilan dalam penelitian ini. Tes kelompok berlangsung saat pembelajaran inti pada pertemuan pertama selesai dilaksanakan, pada tes ini dilakukan oleh semua anggota dan ketua kelompok dengan cara berdiskusi dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal pada lembar kerja kelompok yang sudah disiapkan oleh guru sebelumnya. Sedangkan tes individu dilakukan pada saat akhir pembelajaran dipertemuan kedua. Tes ini berbeda dengan tes kelompok, pada tes ini siswa harus mengisi sendiri soal yang sudah disiapkan oleh guru.

a.    Nilai Kelompok
Berikut ini adalah penyajian nilai kelompok:

Tabel 4.4
Nilai Kelompok
NO
NAMA KELOMPOK
NILAI
1.
Hello Kitty
100
2.
Dora Emon
70
3.
Shinchan
60
4.
Upin Ipin
90
5.
Pokemon
60
6.
Bunga
60
Rata-rata nilai kelompok
73.3

Berdasarkan tabel di atas dapat dijabarkan bahwa kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 60, sehingga mendapatkan rata-rata 73.3. Hasil ini menunjukan bahwa siswa belum berhasil untuk mencapai nila KKM. Meskipun ada 2 kelompok yang di atas KKM, namun lebih banyak siswa yang masih di bawah KKM. Hal inilah yang menjadi bahan evaluasi, agar guru bisa meningkatkan dan memperbaiki hasil belajar pada siklus berikutnya.
b.    Nilai Individu
Berikut ini adalah penyajian nilai tes soal individu siswa dalam bentuk tabel:

Tabel 4.5
Nilai Tes Individu
No
Keterangan
Jumlah Siswa
Persentase
1.
Tuntas
21
61.8%
2.
Belum Tuntas
13
38.2%
Rata-Rata Nilai Tes Individu
70.5

Berdasarkan isi tabel di atas, maka hasil belajar individu dapat tergambar melalui diagram di bawah ini:


Diagram 4.4
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Dari isi diagram di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat dibanding dengan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dalam pembelajaran, namun peningkatan siswa ini masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan, karena keberhasilan dalam penelitian ini jika melihat dari ketuntasan belajar siswa harus mencapai minimal 75% yang tuntas dari jumlah siswa. Maka dari itu dengan pertimbangan ini peneliti dan guru memperbaiki semua kekurangan dan mempertahankan kelebihan pada proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan, sehingga pembelajaran pada siklus II akan lebih baik lagi. (Lampiran 2 halaman 128)

D.    Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru meluangkan waktu untuk berdiskusi mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan hasil dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing.Adapun hal-hal yang dibahas dalam tahap ini  adalah lebih kepada kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran serta solusi yang akan dipakai guna memperbaiki kelemahan yang sudah dilakukan. Berikut ini hasil evaluasi yang dibahas selama tahap refleksi:
1.    Pada saat guru menjelaskan materi kepada masing-masing ketua kelompok, siswa yang lain masih ada yang ngobrol dan mondar-mandir untuk mengganggu kelompok lain dan izin ke kamar kecil. Solusi yang diberikan adalah guru harus memberitugas tambahan kepada siswa disaat guru menjelaskan materi kepada ketua kelompok, tugas tambahan yang diberikan berupa materi yang harus didiskusikan oleh siswa untuk menunjang pengetahuan awal sebelum ketua kelompok memberi penjelasan terkait materi. Selain itu juga penugasan yang diberikan dibarengi dengan penegasan kepada setiap kelompok, penegasan yang diberikan seperti “jika ada kelompok yang ribut atau mengganggu kelompok lain, nilai kelompok akan dikurangi”.
2.    Hasil dari aktivitas belajar siswa menunjukan bahwa siswa kurang mampu dalam memberikan gagasan dalam diskusi kelompok  dan menjawab pertanyaan dari guru dan siswa, hal ini terjadi karena guru belum maksimal membimbing dalam kegiatan tersebut. Maka dari itu solusi dalam memecahkan masalah untuk perbaikan pada siklus selanjutnya adalah, guru harus lebih meningkatkan lagi aktivitas mengajarnya khsusnya dalam membimbing siswa agar bisa melakukan aktivitas seperti apa yang diharapkan.
3.    Pada saat perrmainan snowball throwingguru masih belum maksimal dalam mengatur siswa saat siswa mulai melempar bola, karena pada saat melempar terlihat masih ada siswa yang sengaja melemparkan bola tepat dimuka dengan keras dan ada juga yang melempar ke arah yang  tidak ada orangnya. Solusi yang diberikan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengatur siswa dan memberi pengarahan lebih mendalam  tentang teknis permainan snowball throwungserta membimbing siswa saat bola mulai dilempar.
4.    Saat permainan snowball throwing  guru lupa untuk mengatur siswa mencari pasangan terlebih dahulu sebelum  melempar bola, sehingga siswa menjadi tidak teratur dalam melemparkan bola, hal yang terjadi adalah ada siswa yang mendapatkan bola lebih dari satu dan ada pula yang tidak mendapatkan sama sekali. Sehingga solusi yang diberikan adalah guru harus megatur terlebih dahulu sebelum siswa melempar bola, setiap siswa harus memiliki pasangan untuk saling lempar sebelum permainan dimulai.
3.    Siklus II
a.    Perencanaan
Tahapan pada perencanaan yang dilakukanpada siklus II, adalah tahapan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang sudah dilakukan pada siklus II.  Tahap ini juga, peneliti dan guru  merencanakan dan mempersiapkan hasil dari refleksi pada siklus I.  Pada penerapannya menggunakan model cooperative learningtipe snowball throwing. Adapun hal-hal yang dilakukan dan dipersiapkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1.      Mendiskusikan perbaikan penerapan dan langkah-langkah penggunaan model cooperative learning tipe snowball throwing dalam proses pembelajaran.
2.      Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimana  dalam tahap penyusunsan RPP, peneliti dan guru menyusun indikator yang akan dicapai, dengan mempertimbangkan dari kompetensi dasar.
3.      Mengkonsep dan membuat media pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang struktur organisasi. Guru dan peneliti berdiskusi terkait bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan media struktur organisas.
4.      Menyiapkan lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi guru dan observasi siswa. Lembar observasi ini bertujuan sebagai instrumen yang digunakan untuk mengobservasi aktivitas belajar guru dan aktivitas belajar siswa.
5.      Menyiapkan lembar angket siswa. Lembar angket ini dibuat agar peneliti bisa mendapatkan informasi lanjutan tentang respon siswa terkait dengan penerapan model cooperative learning tipe snowball throwng dalam proses pembelajaran.
6.      Menyiapkan lembar kerja kelompok, hal ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar kelompok. Tahap ini dilakukan pada saat materi selesai disampaikan. Soal pada lembar kerja kelompok dibuat oleh peneliti bersama guru dengan mempertimbangkan indikator yang ingin dicapai.
7.      Membuat soal evaluasi individu yang berbentuk soal uraian . soal dibuat dengan menggunakan pertimbangan dari guru dan tim ahli. Soal akan diberikan kepada setiap siswa pada saat penyampaian materi sudah selesai dilaksanakan.
8.      Membuat lembaran kertas kosong untuk digunakan siswa membuat soal
b.      Tindakan
A.  Pertemuan Pertama
Tahap ini berlangsung pada hari selasa tanggal  08 April tahun 2014, tepatnya pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.30.  Proses pembelajaran pada mata pelajaran PKn ini dengan menggunaka model cooperative learning tipe snowball throwingdengan indikator yang sudah direncanakan pada RPP.
1.      Kegiatan Awal Pembelajaran
Guru dan observer masuk ke dalam kelas secara bersamaan. Guru membawa bahan ajar mulai dari buku paket, media pembelajaran (struktur organisasi), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), absensi siswa, perlengkapan alat tulis, seperti spidol yang sudah siap digunakan, serta hal lain yang menunjang kelancaran dalam proses pembelajaran. Sedangkan observer membawa lembar observasi siswa dan observasi guru.
Awal masuk ke dalam kelas, guru dan observer secara bersamaan mengucap salam, lalu dengan kompak siswapun menjawab salam. Sesampainya di meja, guru langsung menyimpan segala perlengkapan yang sudah dibawa untuk menunjang kelancaran dalam proses pembelajaran. Selanjutnya    menanyakan kabar kepada semua siswa, setelah siswa menjawab dengan jawaban baik semua, guru langsung meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum proses pembelajaran dimulai. Saat proses pembacaan doa, siswa terlihat semangat dan kompak dalam membaca setiap doa yang diucapkannya. Setelah siswa selesai membacakan doa, seperti biasa sebelum memulai pembelajaran guru mengecek kehadiran siswa dengan cara  dipanggil satu persatu. Pada   siklus kedua ini  siswa  yang hadir sekitar 35 orang, yang terdiri atas 18 perempuan dan 17 laki-laki.
Sebelum guru membentuk kelompok, guru memberikan apersepsi dengan menanyakan materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Pada tahap apersepsi ini guru berusaha untuk mengingatkan kembali materi tentang indikator dalam materi organisasi , adapun pertanyaan yang ditanyakan guru pada siklus II adalah (1)  Siapakah yang masih ingat materi apa yang sudah kita pelajari minggu lalu?, siswa lalu menjawab dengan kompak “berorganisasi bu” (2) lalu apa saja yang kalian masih ingat tentang berorganisas?.  Siswapun menjawab dengan jawaban yang tidak sama, ada yang menyebutkan pengertian, ada juga yang menyebutkan ciri-ciri organisasi dan lain-lain. Selajutnya guru menanggapi jawaban dari siswa. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit.




2.      Kegiatan Inti Pembelajaran
Seberesnya menanggapi dan meluruskan jawaban dari siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator yang ingin dicapai pada siklus II. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat kelompok, guru mengintruksikan kepada siswa untuk memilih teman kelompoknya sendiri. Dimana dalam satu kelompok terdir atas 4-6 orang.  Pada tahap ini ternyata siswa menginginkan kelompok yang sudah dibentuk pada siklus I, lalu gurupun menyetujui permintaan dari siswa.
Setelah semua kelompok siap untuk belajar, guru langsung memulai pembelajaran, sebelum guru menyampaikan materi kepada semua ketua kelompok, guru menampilkan media struktur organisasi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas materi, karena media yang disiapkan hanya satu dan itu hanya untuk membatu para ketua kelompok dalam memberi pemahaman kepada anggotannya.

Gambar 4.9
Guru Menampilkan Media Pembelajaran










Pada saat media struktur organisasi dijelaskan oleh guru, semua siswa diminta untuk memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan struktur organisasi, baru setelah itu guru memanggil semua ketua kelompok untuk diberikan pemahaman tentang materi ajar. Selain ketua kelompok diberi pemahaman materi oleh guru, mereka juga diberikan poto kopian materi untuk membantu ketua pada saat menjelaskan kepada anggotanya.
Gambar 4.10
Guru Memberikan Pemahaman Materi Kepada Semua Ketua Kelompok











Kurang lebih 7 menit, guru memberikan materi kepada ketua kelompok, selanjutnya ketua kelompok kembali keanggotanya untuk menyampaikan materi dan berdiskus bersama anggota kelompok dengan bimbingan dari guru.




Gambar 4.11
Ketua Kelompok Meyampaikan Materi Kepada Anggotanya




Saat siswa melakukan diskusi kelompok, guru berkeliling untuk melihat siswa saat berdiskusi, sekali-kali guru menanyakan kepada setiap kelompok, masih ada yang belum dimengerti atau tidak. Guru membimbing setiap kelompok yang belum paham akan materi yang diajarkan oleh ketua. Setelah setiap kelompok selesai menyampaikan materi kepada anggotanya, ketua kelompok membagikan kertas kosong yang sudah disiapkan oleh guru sebelumnya untuk digunakan dalam pembuatan soal.
Setelah semua siswa selesai membuat soal, selanjutnya kertas yang berisi soal dibentuk menyerupai bola, dan barulah permainan snowball throwing dimulai
Gambar 4.12
Siswa Bermain Snowball Throwing





Saat permainan snowball throwing pada siklus II, siswa sudah terlihat baik dan teratur, mulai dari pembuatan soal, saat melempar bola bahkan saat menjawab soal. Semua siswapun mendapatkan soal dari temannya, dan dapat menjawab pertanyaan yang sudah dibuat temannya dengan baik berikut salah satu soal yang dibuat oleh.
Siswa 1: Musyawarah dilaksanakan untuk menghasilkan keputusan?
Siswa 2 : Bersama
“Bagaimana anak-anak, apakah jawabannya betul?” Guru menanyakan kepada seluruh siswa, lalu siswapun menjawab “betul” dengan kompak.
Setelah semua siswa sudah mendapat giliran untuk menjawab, selanjutnya guru membagikan lembar kerja kelompok yang dibantu oleh para ketua kelompok untuk membagikan kepada semua anggotanya, setelah itu  semua kelompok langsung berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja kelompok. Kurang lebih sekitar 7 menit siswa berdiskusi mengerjakan tugasnya, kemudia Setelah semua kelompok selesai, gurupun langsung meminta para ketua untuk mengumpulkan hasilnya kemeja guru dan membahasnya sampai siswa benar-benar memahami jawaban yang ditanyakan pada lembar kerja kelompok.






                                                                                    





Gambar 1.13                                                              
Siswa Mengerjakan Lembar Kerja Kelompok
3.      Kegiatan Akhir Pembelajaran
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, dan bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa terkait materi pembelajaran. baru setelah semua selesai dilakukan, guru meminta kepada ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran ditutup. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan meninggalka kelas bersama observer. Proses ini berlangsug kurang lebih 15 menit.
B.  Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua berlangsung pada hari sabtu tanggal 12 april 2014, tepatnya pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 09.30.
1.      Kegiatan Awal Pembelajaran
Awal masuk guru dengan observer ke dalam kelas, guru mengucap salam kepada seluruh siswa yang sudah duduk di kursinya masing-masing, setelah  guru menyimpan segala peralatan yang dibawa, guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Selanjutnya guru mengabsen dan memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah disampaikan sebelumnya, lalu siswapun menjawab pertanyaan dari guru secara bergantian.
2.      Kegiatan Inti Pembelajaran
Setelah guru melakukan apersepsi dan menanggapi jawaban dari siswa, selanjutnya guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang pada pertemuan sebelumnya sudah ditentukan. Lalu guru memanggil para ketua kelompok dan memberikan pemahaman tenang konsep materi yang akan dipelajari pada petemuan tersebut. Setelah para ketua memahami konsep materi, selanjutnya para ketua menyampaikan konsep materi kepada para anggotanya. Baru setelah batas waktu yang sudah ditentukan habis, siswa selanjutnya diminta oleh guru untuk membuat soal pada kertas kosong yang sebelumnya sudah dibagikan kepada ketua kelompoknya masing-masing.

Gambar 4.14
Siswa Menjawab Soal dari Temannya












Setelah semua siswa selesai membuat soal, baru guru mengatur untuk teknis permainan snowball throwing, karena siswa sudah terbiasa dengan permainan tersebut, sehingga pada pertemuan ini guru maupun siswa sudah terlihat sangat baik dalam melakukan permainan snowball throwing, dan proses pembelajaranpun berjalan dengan baik. Sehingga setelah semua siswa kebagian untuk menjawab soal, selanjutnya guru melakukan evaluasi dengan memberikan tes soal uraian untuk di kerjakan secara individu.
Gambar 4. 15
Siswa Mengerjakan Soal Uraian Individu








Hampir sekitar 20 menit siswa mengerjakan soal individu. Proses pengerjaan soal individu pada siklus II terlihat lebih baik dibandingkan pada siklus I, sebab pada siklus I masih ada beberapa siswa yang masih mencontek sedangkan pada siklus II tidak terlihat sama sekali, hal ini dikarenakan pada siklus II guru lebih aktif untuk membimbing siswa secara individu, khususnya membimbing siswa yang sering terlihat mencontek saat mengerjakan soal, sehingga saat siswa tidak bisa menjawab siswa langsung bertanya kepada guru, dan gurupun membimbingnya sampai siswa benar-benar memahami soal yang ditanyakan. Proses ini berlangsung kurang lebih 65 menit.
3.      Kegiatan Akhir Pembelajaran
Pada kegiatan ini, setelah siswa selesai mengerjakan soal uraian, selanjutnya guru mengajak siswa untuk menyimpulkan isi pembelajaran yang sudah disampaikan sebelumnya, dan juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait hal-hal yang belum dipahami. Baru setelah itu guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa, dan diakhir pembelajaran guru mentup pertemuan dengan mengucap salam kepada siswa, dan meninggalkan ruang kelas bersama observer. Proses ini berlangsung sekitar 15 menit.

c.       Observasi
1.      Observasi Aktivitas Belajar Guru
Observasi aktivitas belajar guru pada siklus II dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Pengamatan pada tahap ini dilakukan oleh peneliti mulai dari awal pembelajaran, inti pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Aktivitas belajar guru adalah satah satu aktivitas yang mendapat perhatian dalam proses refleksi pada siklus I, hal itu disebabkan karena hasil observasi ativitas belajar guru masih dikategorikan belum maksimal. Karena pada pelaksanaan di siklus I, selain guru belum maksimal dalam membimbing siswa guru juga lupa memberi pengarahan awal pada saat permainan snowball throwing, khususnya pada saat siswa sebelum melempar bola siswa harus memiliki pasangan, hal tersebut bertujuan agar semua siswa mendapatkan satu bola yang berisi soal. Namun setelah peneliti mengobservasi pada siklus II, hasil yang didapat sangat memuaskan, guru mampu menyelsaikan hal-hal yang disarankan disaat refleksi sklus I. Sehingga hasil yang didapatpun sangat baik, guru mampu membimbing siswa dengan maksimal dan melakukan langkah-langkah dalam permainan snowball throwing dengan sangat baik, sehingga siswa terlihat baik pula dalam melakasnakan aktivitasnya. 
Adapun rincian hasil yang didapat dalam observasi aktivitas belajar guru adalah sebagai berikut: dari 16 indikator yang ada pada lembar observasi 15 indikator mendapatkan kategori “sangat baik”, berikut ini 15 indikator yang mendapatkan kategori “sangat baik” (1) guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa, (2) guru mengabsen kehadiran siswa,(3) guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, (4) guru bertanya jawab tentang materi organisasi untuk menggali pengetahuan awal siswa, (5) guru menampilkan media pembelajaran yang sudah disiapkan, (6) guru menjelaskan materi pembelajaran kepada semua ketua kelompok, (7) guru memberikan kesempatan kepada ketua kelompok untuk menjelaskan materi pembelajaran kepada anggotanya, (8) guru membimbing siswa untuk berdiskusi mengenai materi pembelajaran dengan kelompoknya, (9) guru membimbing siswa untuk aktif dalam memberikan gagasan saat berdiskusi, (10) guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, (11) guru membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah dibuat siswa lain, (12) guru melakukan evaluasi pembelajaran bersama siswa, (13) guru membuat kesimpulan materi pembelajaran bersama siswa, (14) guru memberikan tes berupa soal uraian dengan menyuruh siswa untuk mengerjakan dengan tertib dan tidak mencontek kepada temannya, (15) guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa. Ada satu indikator yang mendapatkan kategori “baik” yaitu (1) guru mengarahkan siswa membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 siswa dan mengarahkan untuk memilih ketua kelompoknya masing-masing. Hal ini terjadi karena pada siklus II tidak ada proses pembuatan kelompok, namun menggunakan kelompok pada siklus I, sehingga aktivitas ini tidak terlihat. Namun secara keseluruhan aktivitas ini masuk dalam kategori baik. Berikut rincian data dalam bentuk tabel:


Tabel 4.6
Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Kategori
SB
B
C
K
SK
Jumlah
15
1
-
-
-
Skor
75
4
-
-
-
Persentase
93.8%
5%
-
-
-
Persentases aktivitas guru
98.8%

Keterangan

Aktivitas = skor yang diperoleh x 100%
           80

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, maka aktivitas belajar guru dalam mengajar dapat tergambar pada diagram di bawah ini
Diagram 4.5
Aktivitas Belajar Guru Siklus II
Melalui diagaram di atas dapat terlihat bahwa persentase aktivitas guru sudah melebihi indikator keberhasilan, dari 95% indikator keberhasilan, hasil aktivitas belajar guru adalah mencapai 98.8%, itu artinya penelitian dalam meningkatkan aktivitas belajar guru dalam pembelajaran menggunakan model cooperative leaarning tipe snowball throwing sudah dikatakan berhasil. (lampiran 3 halaman 149).

2.      Observasi Akivitas Belajar Siswa
Observasi belajar siswa pada siklus II dilakukan oleh peneliti dan dua orang rekan, berbeda dengan siklus I, kalau pada siklus I, peneliti hanya dibantu oleh satu orang rekan saja.  Ternyata saat kegiatan berlangsung, peneliti tidak akan maksimal, karena harus mengobservasi siswa yang berjumlah 34 siswa dengan dua orang observer, maka dari itu peneliti menambah rekan observer untuk membantu mempermudah dalam mengobservasi aktivitas belajar siswa yang berjumlah 35 siswa disiklus II.
Observasi aktivitas belajar siswa dilakukan mulai dari awal pembelajaran, inti pembelajaran dan akhir pembelajaran. peneliti bersama dua orang rekan mengobservasi siswa dengan membaginya agar bisa fokus melihat aktivitas yang dilakukan oleh setiap siswa. Berikut hasil observasi aktivitas belajar siswa secara terperinci: Indikator yang pertama yaitu, siswa bersama-sama berdoa untuk membuka kegiatan pembelajaran. 22 siswa medapatkan kategori “sangat baik”, 13 siswa mendapatkan kategori “baik”. Indikator yang kedua yaitu, siswa menjawab hadir ketika diabsen guru. Pada indikator ini, 16 siswa mendapatkan kategori “sangat baik” dan 19 siswa mendapatkan kategori “baik”. Indikator yang ketiga yaitu, siswa mendengarkan pejelasan indikator dan tujuan pembelajaran dari guru. Pada indikator ini ada 13 siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik”, 21 siswa mendapatkan kategori “baik” dan satu siswa mendapatkan kategori “cukup”. Indikator keempat adalah siswa membuat kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa dan memilih ketua kelompoknya masing-masing, pada kategori ini ada 8 siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik”, 23 siswa mendapatkan kategori “baik”, dan 5 siswa mendapatkan ketgori “cukup”. Indikator yang kelima adalah siswa memperhatikan media pembelajaran yang ditampilkan guru. Pada indikator ini siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik” berjumlah 15 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 19 siswa, dan satu orang mendapatkan kategori “cukup”. Indikator yang keenam yaitu siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang organisasi. Ada 7 siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik”, 27 siswa mendapatkan kategori “baik” dan 1 siswa mendapatkan kategori “cukup”. indikator yang ketuju yaitu siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada indikator ini ada 5 siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik”, 22 siswa yang mendapatkan kategori “baik” dan 8 siswa mendapatkan kategori “cukup”. Indikator yang kedelapan yaitu siswa memberikan gagasan dalam berdiskusi. Pada indikator ini siswa yang mendapat kategori “sangat baik” berjumlah 1 siswa. Pada kategori “baik” berjumlah 26 siswa dan pada kategori “cukup” berjumlah 8 siswa. Indikator kesembilan adalah siswa membuat soal pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dan  pada indikator ini siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik” berjumlah 6 siswa, kategori “baik” berjumlah 29 siswa. Indikator kesepuluh yaitu siswa menjawab soal pertanyaan dari siswa lain, pada indikator kesepuluh ini siswa yang mendapat kategori “sangat baik” berjumlah 8 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 27 siswa. Selanjutnya indikator yang kesebelas, siswa melakukan evaluasi pembelajaran bersama guru, pada indikator ini siswa yang mendapat kategori “sangat baik” berjumlah 11 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 24 siswa. Indikator yang keduabelas yaitu siswa membuat kesimpulan materi pembelajaran bersama guru, dan pada indikator ini siswa yang mendapatkan kategori “sangat baik” berjumlah 8 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 26 siswa dan 1 siswa mendapatkan kategori “cukup”. Indikator ketigabelas yaitu siswa mengerjakan tes soal uraian dari guru dengan tertib dan tidak mencontek kepada temannya, pada indikator ini siswa yang mendapat kategori “sangat baik” berjumlah 14 siswa, pada kategori “baik” berjumlah 18 siswa, dan kategori “cukup” berjumlah 3 siswa. Indikator yang keempatbelas atau yang terakhir yaitu siswa bersama-sama berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran, pada kategori ini jumlah siswa yang mendapakan kategori “sangat baik” 28 siswa  dan 7 siswa mendapatkan kategori “baik”
Setelah pembelajaran selesai data diolah oleh peneliti, hasil yang didapat adalah sangat memuaskan, karena dari 35 siswa hanya ada tiga orang yang persentasenya yang masih masuk kategori cukup, dan sisanya masuk dalam kategori baik dan sangat baik.  Berikut rincian data hasil observasi siswa dalam bentuk tabel:
Tabel 4.7
Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No
Keterangan
Jumlah siswa
Persentase
1.
MencapaiIndikator Keberhasilan
32
91.4%
2.
Belum Mencapai Indikator Keberhasilan
3
8.6%
Keterangan
Aktivitas = skor yang diperoleh x 100%
           70

Berdasarkan tabel di atas maka aktivitas belajar siwa dalam proses pembelajaran dapat tergambar pada diagram di bawah ini:




Diagram 4.6
Aktivitas Belajar Siswa
Secara keseluruhan persentase aktivitas belajar siswa masuk kategori berhasil, karena dari indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan adalah minimal 75%, sedangkan hasil yang didapat pada siklus II ini adalah 91,4%, itu artinya penelitian ini dapat dikatakan berhasil dalam meningkatkan aktivtas belajar siswa. ( Lampiran 2 halaman 139).             
3.      Hasil Belajar
Hasil belajar pada siklus II sama seperti pada siklus I yaitu merupakan rincian hasil tes siswa yang terdiri dari hasil tes kelompok dan tes individu, hasil tes inilah yang nantinya akan menjadi salah satu acuan keberhasilan dalam penelitian ini.
a.    Nilai Kelompok
Berikut ini adalah penyajian nilai kelompok pada siklus II dalam bentuk tabel:
Tabel 4.8
Nilai Kelompok
NO
NAMA KELOMPOK
NILAI
1.
Hello Kitty
100
2.
Dora Emon
70
3.
Shinchan
80
4.
Upin Ipin
80
5.
Pokemon
100
6.
Bunga
100
Rata-rata nilai kelompok
88.3

Berdasarkan tabel di atas dapat dijabarkan bahwa hasil belajar kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 70, sehingga mendapatkan rata-rata 88.3. Hasil ini menunjukan bahwa adanya peningkatan, dari hasil ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa sudah  berhasil mencapai nila KKM. (lampiran 2 halaman 135)
c.    Nilai Individu
Berikut ini adalah penyajian nilai tes siswa dalam bentuk tabel:
Tabel 4.9
Nilai Tes Individu
No
Keterangan
Jumlah Siswa
Persentase
1.
Tuntas
33
94.3%
2.
Belum Tuntas
2
5.7%
Rata-Rata Nilai Tes Individu
87.6

Berdasarkan isi tabel 4.8 di atas, maka hasil belajar individu dapat tergambar melalui diagram di bawah ini
Diagram 4.7
Hasil Belajar Individu
Dari diagram di atas dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah melebihi batas minimal indikator keberhasilan, maka dari itu penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat dikatakan berhasil. (lampiran 2 halaman 131)
b.   Angket
Hasil angket yang diisi oleh siswa pada siklus II sangat memuaskan, sebab dari 5 pernyataan, dengan 4 kategori, hanya dua kategori yang terisi oleh siswa, yaitu kategori “ sangat setuju” dan “setuju”, sehingga rata-rata yang didapat mencapai 96.25%. Berikut rincian hasil pengisian angket pada siklus II dari jumlah siswa 32: Pada pernyataan pertama yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn, saya menjadi termotivasi untuk belajar PKn”. Siswa yang menjawab kategori “sangat setuju” berjumlah 29 siswa, dan kategori “setuju” berjumlah 3 siswa. Pernyataan kedua “melalui penerapan model cooperative learning  tipe snowball throwing pada pembelajaran PKn, saya dapat membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran”. Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 29 siswa dan 3 siswa adalah memberikan kategori “setuju”. Selanjutnya pada pernyataan yang ketiga “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn, saya dapat menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman saya”. Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 31 siswa, pada kategori “setuju” berjumlah 1 siswa. Pada pernyataan keempat yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn, saya dapat berbagi pengetahuan kepada teman saya”. Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” pada pernyataan ini berjumlah 21 siswa, pada kategori “setuju” berjumlah 11 siswa. Pernyataan terakhir yaitu “melalui penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing pada pembelajara PKn, saya lebih mudah memahami materi pelajaran”. Siswa yang memberikan kategori “sangat setuju” berjumlah 26 siswa, kategori “setuju” berjumlah 7 siswa. Berikut data hasil angket yang diisi oleh siswa dalam bentuk tabel: (Lampiran 2 halama 144).
Tabel 4.10
Respon Siswa dalam Mengisi Angket
Kategori
Pernyataan
1
2
3
4
5
Jumlah Siswa
Sangat Setuju
29
29
31
21
26
Setuju
3
3
1
11
6
Tidak Setuju
-
-
-
-
-
Sangat Setuju
-
-
-
-
-
Persentase
Sangat Setuju
90.6 %
90.6 %
96.9 %
65.6 %
81.3%
Setuju
9.4%
9.4%
3.1%
34.4%
18.7 %
Tidak Setuju
-
-
-
-
-
Sangat Setuju
-
-
-
-
-










d. Refleksi
Berdasarkan hasilyang sudah dipaparkan di atas, mulai dari hasil observasi siswa dan guru, hasil belajar kelompok dan hasil belajar individu, serta hasil angket. Maka disimpulkan bahwa hasilnya dapat dikatakan sudah mencapai indikator keberhasilan. Maka dari itu refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru adalah hanya berdiskusi menyepakati untuk mengakhiri pelaksanakan tindakan, dan setelah semuanya dipertimbangkan, baik dari pihak guru maupun penelti hasil yang diputuskan adalah penelitian dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas V dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dihentikan.
B.     Pembahasan
Setelah hasil penelitian dipaparkan diatas, selanjutnya pada pembahasan ini akan memaparkan tentang semua hasil peningkatan selama tahapan peneltian yang dilakukan. Adapun isi pembahasan ini akan memaparkan hasil observasi guru dan siswa, hasil belajar kelompok, hasil belajar individu, dan respon siswa dalam bentuk angket.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Panancangan 4 kota serang, dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas V yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Adapun objek pada penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran hingga mencapai minimal 75% dan meningkatnya hasil belajar siswa hingga mencapai minimal 75%. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, setiap siklus dilakukan dalam dua pertemuan.
Pada siklus I, proses pembelajaran yang sudah dirancang dan direncanakan oleh peneliti dan tim kolaborasi sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum maksimal, hal itu terjadi karena pada proses pembelajaran berlangsung, khsusunya yang dilakukan oleh guru sebagai pelaku tindakan belum melaksanakan aktivitasnya dengan total. Khususnya dalam menerapkan permainan snowball throwing dan membimbing siswa agar aktif dalam pembelajaran. sehingga hal tersebut berdampak kepada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa.
Haasil aktivitas guru pada siklus I, mencapai 81.25%, hasil ini belum mencapai nilai minimum indikator keberhasilan, dimana indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan adalah minimal 95%, sehingga guru butuh lebih giat lagi memaksimalkan penguasanya dalam penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing ini. Karena menurut Hidayati (2012:16) kelebihan yang dimiliki oleh model ini antara lain yaitu melatih kesiapan siswa, saling memberikan pengetahuan, suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikan kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain, dan membantu siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa. Maka dari itu jika guru sudah benar-benar menguasai langkah-langkah pembelajaran dalam menerapkan model ini maka aktivitas dan hasil belajar siswapun akan meningkat.
Pada siklus II, guru terlihat sudah benar-benar memahami konsep tentang penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing, hal tersebut terlihat dari hasil observasi yang dicapai guru. Pada siklus ini hasil observasi aktivitas guru mencapai 98.8%, sehingga aktivitas guru ini sudah bisa dikatakan berhasil karena sudah melebihi batas minimal.
Selanjutnya hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I yang mencapai indikator keberhasilan hanya berjumlah 19 siswa atau 55.9% dan 15 siswa atau 44.1% masih belum mencapai indikator keberhasilan. Hal tersebut terjadi karena pada proses pembelajaran pada siklus I ini masih banyak siswa yang belum aktif baik dalam memberikan gagasan dalam kelompok ataupun dalam permainan snowball throwing. Hal ini terjadi karena  ada kaitanya dengan masih rendahnya aktivitas yang dilakukan oleh guru. Namun setelah diadakan perbaikan pada siklus II, hasil observasi aktivitas siswa dapat dikatakan berhasil, karena hasilnya mencapai 32 siswa atau mencapai 91.4% siswa mencapai indikator keberhasilan. Sehingga penelitian dalam meningkatkan aktivitas siswa dapat dikatakan berhasil.
Lemahnya aktivitas siswa yang terjadi pada siklus I berdampak kepada lemahnya hasil belajar yang didapat oleh siswa, sebagaimana menurut Solihatin (2011:13) yang menjelaskan bahwa model cooperative learning menunjukan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan dimasyarakat.
 Pada siklus I ini, dari 34 siswa yang hadir hanya 21 siswa atau 61.8% yang tuntas, dan 13 siswa atau 38.2% belum tuntas. Hal ini terjadi karena dalam aktivitasnya masih banyak siswa yang kurang memperhatikan intruksi dari guru, sehingga siswa bingung saat proses pembelajaran berlangsung. Namun setelah guru memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada siklus I, guru dapat berperan aktif dalam membimbing siswa, sehingga pada siklus II tidak ada lagi siswa yang kebingungan pada saat proses pembelajaran dilakukan, dan hasil yang didapatpun sangat baik, dari 35 siswa yang hadir 33 siswa atau 94.3% mencapai indikator dan 2 siswa atau 5.7% belum mencapai indikator. Indiktor keberhasilan yang sudah ditetapkan adalah 75%, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian dalam meningkatkan hasil belajar siswa sudah tercapai.
Pada siklus I setelah model cooperative learning tipe snowball throwingdiberikan, siswa diminta tanggapannya dalam bentuk angket, dan hasil yang didapat siswa masih memberikan jawaban yang bervariatif, mulai dari “sangat setuju”, “setuju” bahkan ada siswa yang memberikan respon tidak setuju, sehingga rata-rata hasil angket yang didapat pada siklus I adalah 89.4%, persentase ini sudah menunjukan baik, namun tetap akan diperbaiki pada siklus II agar bisa lebih baik lagi, dan ternyata setelah dilakukan perbaikan hasil yang didapat pada siklus II sangat memuaskan, karena rata-rata angket yang diisi siswa mencapai 96.9% dan hasil ini menunjukan bahwa modelcooperative learning tipe snowball throwing dapat diterima oleh siswa.



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN


A.   Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan,  maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan diterapkannya model cooperative learning tipe snowball throwingmengalami peningkatan yang sangat baik, hal tersebut dapat terlihat pada setiap siklusnya. Dari 34 orang jumlaha siswa pada siklus I, aktivitas siswa yang mencapai nilai minimal indikator keberhasilan berjumlah 19 siswa atau 55.9% dan 15 siswa atau 44.1% masih belum mencapai indikator keberhasilan. Namuan pada siklus II hasil aktivtas siswa meningkat hingga mencapai 32 siswa atau 91.4% yang mencapai indikator keberhasilan dan hanya 3 siswa atau 8.6% yang masih di bawah indikator keberhasilan.
2.  Hasil belajar kelompok maupun individu dalam pembelajaran dengan diterapkannya model cooperative learning tipe snowball throwing pada setiap siklus mengalami peningkata yang signifika. Pada siklus I, dari jumlah siswa 34 ada 21 atau 61.8% yang mencapai indikator keberhasilan dan 13 siswa atau 38.2% belum tuntas atau belum mencapai indokator, sehingga rata-rata yang didapat ada siklus I adalah 70.5. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan karena dari jumlah siswa 35 ada 33 siswa atau 97.1% sudah mencapai indikator dan 2 siswa atau 5.9% belum tuntas atau belum mencapai indikator, maka pada siklus ini rata-rata siswa mencapai 87.5.




                                     




B.       Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1.    Bagi Guru
Guru harus peka dalam melihat keadaan siswa dan karakteristik mata pelajaran. Jika guru ingin menigkatkan hasil belajar siswa dengan berinovasi agar proses pembelajaran tidak jenuh, alternatifnya adalah dengan menerapkan model cooperative learning tipe snowball throwing. Karena model ini sudah terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.    Bagi Sekolah
Dalam meningktakan mutu pendidikan, sekolah harus berperan aktif dalam mendorong guru agar berinovasi dan melakukan pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar. Salah satu model yang dapat diterima oleh siswa dan berdampak positif dalam peningkatan hasil belajar siswa adalah dengan penerapa model cooperative learning tipe snowball throwing.
3.    Bagi LPTK
LPTK merupakan lembaga yang mencetak tenaga-tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga hendaknya LPTK lebih memperhatiakn dalam memberikan dan mengajarkan ilmu-ilmu untuk bekal menjadi tenaga profesional. Salah satunya adalah dengan memberikan pemahama lebih mendalam kepada pendidik dan tenaga kependidikan tentang model cooperative learning tipe snowball throwing.







DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk. (2009). PTK untuk Guru SMP,SMA,SMK. Bandung: Yrama Widya.

Ardiana, dkk. (2012). Penerapan Model Pembelaajaran Cooperative Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pkn Kelas V SD Neger 1 Bungbungan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesa.

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan keempatbelas. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aryani dan Susatim. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia indonesia.

Bayor,A. (2010). Snowball Throwing. Tersedia pada:
          http://salsabilafitri.blogsopt.com./2011/05/stad-dan-snowball trowing.html. Diakses pada tgl 11 januari 2014.

Dimyati, dan Mudjiono.(2012). Belajar dan Pembelajaran. Cetakan keempat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Diyah. (2011). Snowball throwing. Tersedia pada:
          http://dahare.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran snowballthrowing_22.html. Diakses pada tanggal 11 januari 2014

Djamarah, SB. dkk. (2010).Strategi Belajara Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hadi, Wahyono,dkk. (2012). Pengembangan Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Tersedia pada:
          http://damarlanhadi.wordpress.com/.Diakses pada tanggal 13 januari 2014 Pukul 08.58.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar