Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika tentang
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri UnyurKecamatan
Serang Pada Semester II
Tahun Ajaran 2013/2014
Dita
Hadaita.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan melalui model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Unyur
Kecamatan Serang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014.
Penelitian
dilakukan pada waktu itu karena materi yang berhubungan dengan kompetensi menjumlahkan dan mengurangkan pecahan
melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Unyur Kecamatan Serang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014.
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Unyur
Kecamatan Serang dengan jumlah siswa 19 anak, terdiri dari 7 siswa laki-laki
dan 12 siswa perempuan.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan model 2 siklus. Tiap siklus terdiri
dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif.Data kuantitatif menggunakan analisis
deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai kondisi awal, nilai tes setelah
siklus I, dan nilai tes setelah siklus II. Sedangkan data kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari
tiap-tiap siklus.
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklusprestasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika melalui
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning siswa kelas V SD Negeri Unyur mengalami peningkatan. Hal ini tampak dalam proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa perhatian siswa meningkat, kerjasama
antar siswa meningkat sehingga keterbukaan siswa dalam hal memperoleh
pengetahuanpun meningkat, ketekunan dalam memperoleh pembelajaran semakin
meningkat, dan keaktifan siswa meningkat dalam hal bertanya dan mengeluarkan
pendapatnya. Sedangkan
hasil belajar dari kondisi awal ke
siklus II mengalami peningkatan yaitu prosentase nilai ketuntasan dari 47,37%
menjadi 89,47% terjadi peningkatan sebesar 42,10%. Nilai rata-rata dari
54,92 menjadi 71,63 meningkat sebesar 16,71.
Kata Kunci: Prestasi Belajar Matematika penjumlah dan PenguranganPecahan. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika sangatlah penting
diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan tingkat
Perguruan Tinggi. Pada dasarnya pelajaran matematika berperan untuk melatih
berpikir secara logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif. Hal tersebut
diperlukan agar siswa mampu untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi bagi kelangsungan hidupnya. Dari hasil pengamatan peneliti masih
banyak siswa yang merasa kesulitan dalam belajar matematika khususnya dalam
memahami konsep operasi pecahan yaitu penjumlahan dan pengurangan berbagai
bentuk pecahan yang diajarkan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa masih
kurang memuaskan.Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
matematika khususnya operasi pecahan yaitu penjumlahan dan pengurangan berbagai
bentuk pecahan belum dapat tercapai secara optimal. Kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam menyelesaikan operasi pecahan adalah untuk memahami dan menguasai
konsep-konsep pecahan dengan benar. Selain itu, faktor yang menyebabkan masih
rendahnya hasil dalam pembelajaran pecahan adalah kurang tepatnya model
pembelajaran yang dipilih oleh guru. Guru hanya menerapkan sistem drill atau hafalan saja kepada para siswa. Metode pencekokan latihan
soal yang banyak oleh guru akan berakibat tekanan besar pada belahan otak kiri,
sedangkan otak kanan kurang berkembang sejalan dengan otak kiri. Akibatnya anak
mudah jenuh dan kurang kreatif. Sistem drill
atau melatih berulang-ulang berakibat materi-materi serta rumus-rumus
matematika Sekolah Dasar itu hanya hafalan sebelum ujian dan siswa kurang
memahami persoalan matematika.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan
suatu alternatif pemecahan agar dapat
memberi perubahan yang lebih baik khususnya dalam menguasai materi operasi
pecahan, juga pada keberhasilan dalam
mata pelajaran yang lainnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran adalah dengan
menggunakan model CTL. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu
siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Penggunaan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan
agar siswa dapat menyelesaikan operasi pecahan yaitu menjumlahkan dan
mengurangkan pecahan tanpa mengalami banyak kesulitan. Siswa dapat terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga minimal 80% siswa dapat
mencapai nilai KKM yaitu 65. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan
memantau semua kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah penggunaan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan pada siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri Unyur Kecamatan Serang
tahun Ajaran 2013 / 2014?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menjumlahkan dan
mengurangkan pecahan.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan
pecahan melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Unyur
Kecamatan Serang tahun Ajaran
2013 / 2014.
D. Manfaat Penelitian
a.
Bagi Siswa, mengembangkan kemampuan
akademik, kecakapan pribadi, sosial serta siswa dalam proses pembelajaran lebih aktif.
b.
Bagi Guru, membantu guru dalam
memilih model pembelajaran yang tepat yaitu serta menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses belajar mengajar di kelas.
c.
Bagi Sekolah, membantu meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan
pembelajaran.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian
Teori
Hakikat Prestasi Belajar Matematika
Pengertian
Prestasi Belajar
Menurut Sardiman (2001: 46)
“Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam
belajar”. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996: 186) “Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.Prestasi
belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus
bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Menurut Winkel (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Sedangkan menurut S. Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah: kesempurnaan
yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa, dan berbuat.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan
tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap mata pelajaran setelah
mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui
setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk
mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri
dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak
antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Pengertian Matematika
Andi Hakim Nasution dalam Karso (1999: 1.39) istilah
matematika berasal dari bahasa Yunani metheis
atau manthenien yang artinya
mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.
Hal ini senada juga disampaikan oleh Reys dalam
Karso (1999: 1.39), bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu
alat.Menurut Kline dalam Karso (1998: 1.34) menyatakan bahwa matematika itu bukan
pengetahuan menyendiri yang dapat disempurnakan karena dirinya sendiri, tetapi
keberadaaanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial ekonomi dan alam.
Matematika adalah simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang dapat didefinisikan, ke postulat dan selanjutnya ke dalil.(Ruseffendi dalam Heruman, 2007: 1).
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang dilukiskan dengan bilangan atau simbol tertentu yang didefinisikan dengan cermat dan jelas untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan bilangan.
Hakikat Pecahan
Pengertian
Pecahan
Mengenal konsep
pecahan akan lebih berarti dengan didahului dengan soal cerita yang menggunakan
objek buah, misalnya apel, sawo, jeruk atau kue misal apem dan lain-lain. Alat
peraga selanjutnya berupa bangun datar seperti persegi, lingkaran yang nantinya
akan sangat menbantu dalam pemahaman konsep.
Menurut Muchtar A. Karim (1998:
6.4) pecahan adalah perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari
suatu benda atau himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu
himpunan terhadap himpunan semula.
Maksud dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari
suatu benda” adalah apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang
sama, maka perbandingan setiap itu
dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Sedangkan
maksud dari “himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan
terhadap himpunan semula” yaitu suatu himpunan
dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap himpunan
bagian yang yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan
lambang dasar suatu pecahan.
Dalammenyebutkan pecahan
merupakan bagian
dari keseluruhan,atau pecahan merupakan hasil bagi suatu bilangan cacah dengan
bilangan cacah bukan nol yang lain.Atau
dapat dirumuskan menjadi
. Jika p dan q bilangan cacah dengan q
¹ 0, maka
merupakan bilangan pecahan dengan p disebut pembilang dan
q disebut
penyebut.
Bertolak dari pendapat para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari
utuh,
terdiri dari pembilang dan
penyebut,
pembilang merupakan bilangan
terbagi,
dan penyebut merupakan bilangan
pembagi.
Model Pembelajaran Contexstual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7), model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Menurut
Sugiyanto (2008: 9), kontekstual adalah model pembelajaran yang mendorong guru
untuk menghubungkan dengan situasi dunia nyata siswa, selain itu juga mendorong
siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Model pembelajaran
kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang memayungi model-model
pembelajaran yang lainnya.Sedangkan menurut Nugraheni (2007: 12), CTL adalah konsep belajar yang membantu
guru dalam mengaitkan antara kompetensi dasar yang diajarkan dengan situasi
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Sanjaya (2008: 118-122) secara ringkas terdapat tujuh
asas-asas yang melandasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu (1)
konstruksivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman; (2) inkuiri artinya proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis; (3) bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan
siswa, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berpikir; (4) masyarakat belajar merupakan perwujudan bahwa kerja sama sangat
dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah; (5) asas modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru
siswa; (6) refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui; (7) penilaian nyata adalah proses pengumpulan
informasi tentang perkembangan belajar siswa.
Tujuh asas dasar model
pembelajaran kontekstual tersebut dapat diperinci lagi ke dalam empat
tahapan pelaksanaan pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Udin Saefudin Saud (2008: 173) yang mengatakan bahwa tahapan
model pembelajaran kontekstual meliputi empat tahapan, yaitu: invitasi,
eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Dari keempat
tahapan tersebut belum tampak asas penilaian nyata karena penilaian nyata
termasuk dalam kegiatan yang dilakukan guru untuk menilai perkembangan belajar
siswa dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual akan sangat
efektif untuk mengembangkan prestasi, kreativitas, dan kompetensi siswa karena
model pembelajaran kontekstual ini menganggap bahwa proses pembelajaran akan
menjadi peristiwa yang aktual jika siswa dapat menemukan sendiri hubungan
kebermaknaan antara pemikiran abstrak dalam hal ini adalah konsep pada materi
pelajaran dengan penerapannya di dunia nyata.
Oleh karena itu, pelaksanaan model pembelajaran kontekstual cukup mudah dan
dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum, berbagai bidang studi, dan berbagai
model kelas. Pelaksanaan model
kontekstual dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara 1) mengembangkan
pemikiran siswa, 2) membimbing siswa untuk mencari dan menemukan pemecahan atas
suatu masalah secara mandiri, 3) menciptakan masyarakat belajar dengan diskusi
dan kerja kelompok, 4) menghadirkan model pembelajaran, 5) merefleksi dari
kegiatan yang telah dilakukan, dan 6) penilaian proses dan hasil.
Penelitian yang Relevan
Sebelum meneliti, penulis mengacu pada penulisan-penulisan lainnya yang
telah dilakukan oleh penulis sebelumnya, seperti:
a.
Atit Suryati. 2007. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa kelas V SD Negeri Cangkuang kecamatan Dayeuhkolot
kabupaten Bandung tahun pelajaran 2006-2007.
Berdasarkan penulisan tersebut diperoleh hasil bahwa implementasi pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam menulis dan mempresentasikan
puisi.
b.
Rahma
Fibriyanti. 2006. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan Kreativitas dan
Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Laboratorium UM Tahun Pelajaran 2006-2007.
Hasil penulisan yang diperoleh menunjukkan bahwa
implementasi modul model siklus belajar memiliki keterlaksanaan 100% dan
ketercapaian 95,97%. Kreativitas siswa mengemukakan gagasan semakin
meningkat.Peningkatan kreativitas siswa ini dapat dilihat dari kelancaran,
keluwesan, keaslian, dan keterperincian siswa mengemukakan gagasan dalam pemecahan masalah.
Prestasi belajar siswa juga meningkat, yaitu ditinjau dari ulangan harian/gain score yang disimbolkan dengan g. Hasil ulangan harian sebelum siklus menunjukkan
g = 0,24 masih dalam kategori rendah. Sedangkan hasil pre-tes, pos
tes pada siklus I adalah g = 0,25 dan pada siklus II g= 0,28
masih dalam kategori rendah. Kerelevanan antara penulisan yang akan
dilaksanakan penulis dengan penulisan dari Rahma Febrianti adalah pada variable
Y yaitu untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA fisika.
Sedangkan perbedaannya terletak pada variable X yaitu Rahma Febrianti
menggunakan modul model siklus belajar. Namun, dalam pembelajaran modul model siklus
belajar sebenarnya hampir mirip dengan
pembelajaran kontekstual yang terdiri atas beberapa komponen kontekstual yang
lebih memfokuskan pada fase/ tahapan-tahapannya.
Kerangka Berpikir
Pada saat ini, kebanyakan pembelajaran matematika SD dilaksanakan
secara konvensional dengan metode drill
atau hafalan yang berkesan membosankan dan membuat siswa tidak aktif sehingga
hal tersebut dapat menghambat prestasi belajar siswa. Padahal, yang seharusnya
pembelajaran matematika harus mampu menyediakan pengalaman belajar bagi siswa
yang mencakup teori/ materi maupun proses matematika sehingga terjadi
keseimbangan kemampuan konseptual maupun prosedural. Dengan penggunaan model
kontekstual diharapkan pembelajaran
matematika di SD menjadi lebih menarik, bermakna karena melibatkan pengalaman
langsung siswa yang dapat mengaktifkan siswa sehingga mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Pembelajaran matematika kelas V di SDN Unyur Kecamatan Serang tahun Ajaran 2013 / 2014masih menerapkan model
pembelajaran konvensional dengan hanya menggunakan metode drill atau hafalan dan guru masih cenderung hanya melatih siswa
untuk berpikir konvergen, yang hanya
berpikir satu arah, yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu
pemecahan dari suatu permasalahan. Padahal prestasi belajar yang baik
berhubungan dengan sikap kreatif dari siswa.Sedangkan sikap kreatif siswa
kurang mendapat perhatian.Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir dalam arah yang
berbeda-beda sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang unik tetapi benar.Hal
inilah yang menyebabkan prestasi belajar siswa kelas V rendah.
Berdasarkan paparan di atas maka untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dapat dilakukan dengan melaksanakan perbaikan proses pembelajaran
matematika dengan menerapkan model pembelajaran kontekstualyang lebih
mengaktifkan siswa. Penerapan model pembelajaran kontekstual ini dilakukan
dengan cara siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan,
dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan
kegiatan observasi (penyelidikan).
Berdasarkan cara seperti itu, siswa akan menjadi kritis dan kreatif sehingga
prestasi belajar siswa akan meningkat dengan menerapkan model kontekstual pada
pembelajaran matematika.
Untuk memperjelas kerangka berpikir di atas, berikut ini
digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan
kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat diajukan sebuah hipotesis
tindakan bahwa penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Unyur Kecamatan Serang tahun Ajaran 2013 / 2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Waktu dan Subyek
Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama tiga bulan yaitu mulai
bulan Desember 2013. Berikut ini adalah rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan
penelitian ini. Dan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Unyur
sebanyak 19 siswa. Terdiri dari 12 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.
Sumber
dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data pada penelitian ini ada dua yaitu sumber
data primer (subjek) dan sumber data sekunder (objek). Sumber data primer
(subjek) berupa hasil belajar pada materi pokok pecahan yaitu menjumlahkan dan
mengurangkan pecahan. Hasil belajar tersebut berupa nilai ulangan tiap akhir
siklus. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan
yang dilakukan peneliti saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas
yaitu tes dan non tes yang meliputi: pengamatan/observasi dan dokumentasi yang
masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini:
1.
Tes
Tes
digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang penguasaan kompetensi pecahan
yaitu menjumlahkan dan mengurangkan pecahan oleh siswa kelas V SD Negeri Unyur.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes bentuk
isian singkat dan uraian/essay.
2.
Pengamatan/Observasi
Observasi
yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah obsevasi
langsung.Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara
(langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini dilakukan pada
siswa kelas V SD Negeri Unyur untuk
mengetahui prestasi dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang
sedang berlangsung sesuai dengan siklus yang ada.
3.
Dokumentasi
Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan peneliti untuk memperoleh daftar nilai, daftar hadir siswa, daftar nama siswa kelas V dan arsip-arsip
lain yang dimiliki guru kelas V SD Negeri Unyur.
Validitas Data dan Analisis Data
Di
dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan trianggulasi data
(sumber) dan trianggulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut
adalah:
1. Trianggulasi
Data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda. Dengan
teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai
keadaan siswa. Dalam penelitian
ini membandingkan hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang terkait misal
arsip nilai, absen dan lainnya.
2. Trianggulasi
Metode. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Yang
ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda
dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasinya. Dalam penelitian ini membandingkan hasil
pengamatan kegiatan siswa yang dilakukan oleh observer dengan hasil pengamatan
guru itu sendiri.
Teknik Analisis Data
Analisis
data adalah cara mengolah data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif.Data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif
yaitu membandingkan nilai kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai
tes setelah siklus II. Sedangkan data kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari
tiap-tiap siklus.
Indikator Keberhasilan dan Prosedur Penelitian
Penelitian dikatakan berhasil dan
ada peningkatan apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM (≥
65) di kelas pada siklus I mencapai 70% (kurang lebih 14 siswa), kemudian pada
siklus II mencapai 80% (kurang lebih 17 siswa).
Prosedur
Penelitian
Prosedur
penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang
dalam satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2x35 menit. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi
Kondisi Awal
Berdasarkan data hasil
pengamatan yang berlangsung pada bulan Desember tahun 2013 terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pecahan di kelas V
SD Negeri Unyur masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), guru tidak
menerapkan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa, aktivitas siswa kurang
dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran.
Suasana kelas pada
kondisi awal tampak pada gambar di atas, siswa ada yang asyik mengobrol dan ada
yang asyik bermain sendiri.Suasana kelas terlihat gaduh dan tidak rapi.
Tabel 2. Hasil Tes Awal
Materi Pecahan
No
|
Uraian
|
Ulangan Harian
|
|
1
|
2
|
||
1.
|
Nilai Terendah
|
25
|
40
|
2.
|
Nilai Tertinggi
|
75
|
80
|
3.
|
Nilai Rata-rata
|
50,79
|
59,05
|
Gambar
10. Grafik Hasil Tes Awal Materi Pecahan
Deskripsi Siklus I
Pada siklus I ini
hasil yang diperoleh sudah menunjukkan perubahan walaupun hanya sedikit, yaitu
rata-rata nilai dari siswa adalah 65,53 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
yaitu 14 siswa atau 73,68% dari 19 siswa. Sesuai dengan rencana pembelajaran
sebelumnya, pembelajaran di siklus I dikatakan berhasil apabila siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 mencapai 70%. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai
≥ 65 sebanyak 14 siswa atau 73,68% dari 19 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dikatakan berhasil. Hal ini menun-jukkan bahwa terjadi peningkatan
prestasi belajar materi pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Gayam 05
Sukoharjo.Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih
ada 5 siswa yang belum tuntas.Hal ini dikarenakan beberapa faktor, maka dari
itu pembelajaran matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I.
Gambar 13. Diagram Kriteria Ketuntasan
Minimal Siklus I
Data nilai prestasi
belajar materi pecahan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3g.
Tabel
3. Frekuensi Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Siklus I
No
|
Interval
Nilai
|
Frekuensi
|
1
|
40-49
|
2
|
2
|
50-59
|
3
|
3
|
60-69
|
4
|
4
|
70-79
|
8
|
5
|
80-90
|
2
|
Jumlah
|
19
|
Dari Tabel 3. Dapat dilihat pada Gambar 14. sebagai
berikut:
Gambar
14. Grafik Data
Nilai Prestasi Siswa Siklus I
Deskripsi Siklus II
Pada siklus II ini
hasil yang diperoleh sudah menunjukkan perubahan yang signifikan, yaitu
rata-rata nilai dari siswa adalah 71,63 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
yaitu 17 siswa atau 89,47% dari 19 siswa. Sesuai dengan rencana pembelajaran
sebelumnya, pembelajaran di siklus II dikatakan berhasil apabila siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 mencapai 80%. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai
≥ 65 sebanyak 17 siswa atau 89,47% dari 19 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dikatakan berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan prestasi belajar materi pecahan pada siswa kelas V SD
Negeri Gayam 05 Sukoharjo bila dibandingkan dengan nilai pada siklus I.
Gambar 17. Diagram
Kriteria Ketuntasan Minimal Siklus II
Data nilai prestasi
belajar materi pecahan pada siklus II
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4g.
No
|
Interval
Nilai
|
Frekuensi
|
1
|
40-49
|
0
|
2
|
50-59
|
2
|
3
|
60-69
|
5
|
4
|
70-79
|
9
|
5
|
80-90
|
3
|
Jumlah
|
19
|
Gambar
17. Grafik Data Nilai Prestasi Siswa Siklus II
Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan
melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai
dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan prestasi belajar materi
pecahan pada siswa setelah mendapatkan pembelajaran matematika melalui model Contextual
Teaching and Learning
(CTL).
Peningkatan terlihat dari tindakan siklus I dan siklus II yang masing-masing
siklus terdiri atas 2 pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5,
sebagai berikut:
Tabel
5. Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Pembelajaran Matematika dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum
Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan
perhitungan nilai rata-rata pada tabel 5, siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
(KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini merefleksikan bahwa pembelajaran
matematika yang dilaksanakan guru dinyatakan berhasil, karena secara klasikal
menunjukkan adanya peningkatan nilai yang berarti ada peningkatan prestasi
belajar materi pecahan melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri Unyur.
Adapun peningkatan nilai rata-rata
klasikal hasil evaluasi pembelajaran matematika melaluimodel Contextual
Teaching and Learning
(CTL) dapat digambarkan dalam bentuk Gambar 18.
sebagai berikut:
Gambar
18. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Pembelajaran Matematika
Materi Pecahan Sebelum Tindakan dan pada Setiap Siklus
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar materi pecahan kelas V SD
Negeri Unyur dengan model Contextual Teaching
and Learning (CTL). Hal ini tampak jelas dengan adanya
peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa pada setiap siklus
sebagaimana terlihat pada tabel dan grafik di atas.
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai
suatu rekomendasi bahwa penggunaan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) efektif meningkatkan prestasi belajar materi
pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Unyur khususnya dan siswa kelas V Sekolah
Dasar lain pada umumnya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan
menggunakan model Contextual Teaching and
Learning (CTL)pada pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri Unyur,
dapat disimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan dalam dua siklusprestasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika melalui
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning siswa kelas V SD Negeri Unyur mengalami peningkatan. Hal ini tampak dalam proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa perhatian siswa meningkat, kerjasama
antar siswa meningkat sehingga keterbukaan siswa dalam hal memperoleh
pengetahuanpun meningkat, ketekunan dalam memperoleh pembelajaran semakin
meningkat, dan keaktifan siswa meningkat dalam hal bertanya dan mengeluarkan
pendapatnya. Sedangkan
hasil belajar dari kondisi awal ke
siklus II mengalami peningkatan yaitu prosentase nilai ketuntasan dari 47,37%
menjadi 89,47% terjadi peningkatan sebesar 42,10%. Nilai rata-rata dari
54,92 menjadi 71,63 meningkat sebesar 16,71.
Implikasi
Hasil
penelitian dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang inovasi
pembelajaran serta dapat dijadikan referensi dalam penelitian lebih lanjut sebagai
upaya meningkatkan prestasi belajar siswamelalui modelContextual
Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas V Sekolah Dasar serta dapat digunakan sebagai alternatif guru
sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
Saran
Berdasarkan
simpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran yang berkaitan dengan
penelitian, yaitu:
1. Kepada Siswa, hendaknya
siswa dalam belajar lebih aktif dalam suasana yang menyenangkan.
2. Kepada Guru, hendaknya guru dapat menerapkan model
pembelajaran Contextual Teaching And Learning
dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Kepada
Peneliti Lain, perlu
diadakan penelitian serupa dengan meninjau aspek lain dari kualitas
pembelajaran sehingga dapat diketahui sejauh mana efektivitas implementasi
model Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Cholis Sa’jidah. 2003. Pecahan yang Menakjubkan.
Bandung : Pakar Raya Pustaka.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Karso. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta :
Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara DII.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif.
Surakarta: UNS press.
Udin Saefudin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan.
Bandung: AlFABETA.
Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Perdana Media.
BIODATA PENULIS
Nama : Dita
Hadaita
NIM
: 2227093176
Tempat tanggal
lahir : Serang, 21
April 1991
Kelas / Semester : G / VII
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD )
MAKALAH
MATEMATIKA
Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Disusun
Oleh :
DITA HADAITA
2227093176
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar