Modul 3
Guru
profesional
Pendahuluan
Modul 3 ini membahas tentang guru profesional.
Secara umum modul ini merupakan salah satubagian yang perlu di pahami anda
dalam mempelajari mata kuliah etika profesi secara keseluruhan. Di dalam
membahas materi guru profesional, di paparkan penjelasan tentang tanggung jawab
guru dan kompetensi dasar guru.
Kualitas pendidikan tidak bisa dilepaskan dari
peran seseorang guru qualified teacher
for quality education. Intinya, jika pendidikanungun berkualitas, maka
gurunya dulu harus profesional. Untuk menjadi guru profesional tidaklah mudah,
karena ia harus memiliki berbagai kompetensi keguruan.
Setelah memperlajari modul 3 ini, secara khusus
anda di harapkan dapat:
1.
Menjelaskan tanggung jawab guru secara tepat
2.
Menjelaskan kompetensi dasar guru secara tepat
Kemampuan-kemampuan tersebut sangat penting bagi
anda yang mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang guru propesional sebagai
bahan analisis anda dalam mempelajarimodul selanjutnya. Untuk memahami hal
tersebut, maka modul ini disajikan dalam
uraian dan laithan yang mencakup beberapa kegiatan belajar sebagai berikut:
Kegiatan belajar 1 : tanggung jawab guru
Kegiatan belajar 2 : kompetensi dasar guru
Untuk membantu anda dalam mempelajari modul ini,
ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini.
1. Bacalah dengan cermat
bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami betul apa, untuk apa,dan
bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian
demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata anda anggap baru. Carilah
dan baca kata-kata kunci dan istilah teknis pada modul ini atau dalam kamus
yang ada;
3. Tangkaplah pengertian
demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran
dengan mahasiswa lain atau dengan tutor anda.
4. Terapan
pengertian-pengertian etika profesi guru secara imajiner (dalam pikiran) dan
dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman
anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau
klasikal pada saat tutorial;
6. Untuk memperluas
wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat
menemukan bacaan dari bagian sumber, termasuk dari internet;
7. Mantapkan pemahaman
anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan
tutorial dengan mahasiswa lainnya atau temen sejawat;
8. Jangan lweatkan
untukmenjawan soal-soal yang di tuliskan pada setiap akhir kegiatan belajar.
Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar
kandungan bahan belajar dalam modul ini.
Untuk menjawabsoal tes formatif secara lengkap,
anda dapat mengacuh pada uraian materi dalam modul ini. Cocokanlah hasil
jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif yang ada pada bagian belakang
modul. Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus dibawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda.
Rumus :
Tingkat penguasaan =
Arti tingkat penguasaan
90 % - 100% =
Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% =
Cukup
<69% = Kurang
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke
atas, anda dapat meneruskan modul berikutnya, akan tetapi apabila tingkat
penguasaan anda masih di bawah 80%, anda harus masih mengulang untuk
mempelajari modul ini, terutamabagian yang belum anda kuasai.
Kegiatan belajar 1
TANGGUNG JAWAB GURU
Membicarakan tentang guru dan dunia keguruan
ibarat mengatur benang kusut: dari mana dimulai dan pada titik mana berakhir?
Jawaban atas pertanyaan tersebut juga tergantung pada sudut pandang mana yang
di gunakan dalam melihat guru.
Sudut pandang administrasi dan menejemen tenaga
kependidikan akan melihat guru dari sedikitnya 4 aspek: pengadaan, pengangkatan,
penepatan dan pembinaan guru. Guru disiapkanoleh LPTK, diangkat dan di tetapkan
oleh pemerintah, dan dibina oleh pemakai lulusan bersama LPTK dan organisasi
profesi. Setiap tahap itu mempunyai problematika dan ratifikasi persoalannya
masing-masing yang saling terkait dan tidak sederhana. Usaha pemecahan terhadap
persoalan pada suatu aspek atau bahan sub aspek tidak dengan sendirinya memecahkan
persoalan yang lain, kalau malah tidak membiakakn persolan yang lebih rumit, sementara
itu, bila tidak dilakukan pemecahan, maka persolan semakin berakumulasi dengan
resiko yang semakin besar pula.
Dari sudut pandang keprofesiaan, kita diharapkan
pada tidak mudahnnya mendefindisikan secara pasti mengenai apa,siapa, dan
bagaimana profesi keguruan. Sekali pun jabatan guru disebut sebagai suatu
profesi dan definisi profesi beserta krikteriannya telah dibuat, kesulitan di
hadapi pada saat definisi dan kriteria tersebut di cocokan dengan kennyataan di
lapangan. Latar belakang pendidikan, pengalaman,komitmen, dan penampilan guru
kita amat beragam. Akses dan motivasi para guru untuk meningkatkan
profesionallisme guru sering kali di harapkan pada agenda-agenda mendesak yang
membuat skenario yang telah dibuat sebelumnya mengalami penyesuaian.
Sudut pandang birokrasi akan melihat guru sebagai
bagian dari mesin birokrasi pendidikan di tingkat sekolah. Guru dipandang
sebagai kepanjangan tangan birokrasi ditataran atasnya, maka yang terjadi
adalah guru diperlukan ibarat bawahan atau staf, semntara pertimbangan
profesinya untuk mengambil pilihan terbaik dalam menjalankan tugasnya sebagai
guru terkalahkan. Persefektif birokrasi juga akan melihat guru diindonesia yang
jumlahnya besar menjadi sebagai beban. Untuk mengkaji mereka, diperlukan dana
trilyunan rupiah setiap tahun. Oleh sebab itu setiap kenaikan gaji atau
tunjangan lainnya mempunyai implentasi anggaran yang tidak kecil.
Sudut pandang sistem pendidikan nasional, atau
lebih khusus lagi sistem persekolahaan, akan melihat guru sebagai sentral dari
segala upaya pendidikan dan agen dalam pembahruan pendidikan hingga ke tataran
sekolah. Guru menjadi tumpuan harapan untuk mewujudkan agenda-agenda pendidikan
nasional, peningkatan mutu dan relevansi,pemerataan dan perluasan kesempatan,
dan peningkatan efensiensi. Apabila kinerja sekolah, siswa dan bahkan
pendidikan nasional secara keseluruhan kurang memuaskan, maka guru seringkali
menjadi sasaran bagi pihak yang dia anggap paling bertanggung jawab.
Ditempatkan dalam persepektif, kemanusiaan, guru
akan hadir sebagai sosok yang serba muka dan penuh warna.rentang dan ragam
persoalan tentang guru seperti gaji yang minus, mutasi yang tinggi kedaerah
terbuka, dan prilaku yang di tampilkannya sehari-hari pada akhirnya akan
kembali pada akar kemanusiaannya. Sebagai manusia, guru memiliki kebutuhan,
pikiran, harapan, emosi, dan kehendak.
Guru memegang peran strategis terutama dalam upaya
membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Dari dimensi tersebut, peran guru sulit
digantikan oleh orang lain. Di pandang dari dimensi pembelajaran, peran guru
dalam masyarakat indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini di
sebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi
proses pembelajaran, yang di perankan oleh guru yang tidak dapat digantikan
oleh teknologi.
Sejak dulu hingga sekarang, guru dalam masyarakat
indonesia terutama di daerah-daerah perdeesaan masih memegang peran amat
penting sekali pun amat situasi sosial guru di tengah masyarakat sudah berubah.
Guru dengan segala keterbatasannya – terutama dari segi situasi sosial ekonomi
–tetap di anggap sebagai plopor di tengah masyarakat.
Paling sedikit ada 6 tugas dan tanggung jawab guru
dalam mengembangkan profesinya, yakni:
1) Guru bertugas sebagai
pengajar
2) Guru bertugas sebagai
pembimbing
3) Guru bertugas sebagai
administrator kelas
4) Guru bertugas sebagai
pengmbang kurikulum
5) Guru bertugas untuk
mengembangkan profesi
6) Guru bertugas untuk
membina hubungan dengan mayarakat
Keenam tugas dan tanggung jawab di atas merupakan
tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas
dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar,di samping
menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing
memberi tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab tidak hanya
berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan,melainkan juga menyangkut
pembinaan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
Tugas dan tanggung jawab sebagai administrator
kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang
pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Namun demikian,kertatalaksanaan
bidang pengajaran jauh lebih menonjol dan lebih diutamakan pada profesi guru.
Tanggung jawab mengembangkan kurikulum membawa
implikasi bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan
baru,penyempurnaan praktek pendidikan,khususnya dalam praktek pengajaran.
Misalnya,ia tidak puas dengan cara mengajar yang selama ini digunakan,kemudian
ia mencoba mencari jalan keluar bagaimana usaha mengatasi kekurangan alat
peraga dan bukupelajaran yang diperlukan oleh siswa. Tanggung jawab guru dalam
hal ini ialah berusaha untuk mempertahankan apa yang sudah ada serta mengadakan
penyempurnaan praktek pelajaran agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Kurikulum sebagai program belajar atau semacan dokumen belajar yang harus
diberikan kepadapara siswa. Pelaksanaan kurikulum tidak lain adalah pengajaran.
Kurikulum adalah rencana atau program,sedangkan pengajaran adalah
pelaksanaannya.
Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya
ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai,menghargai,mejaga, dan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas
dan tanggungjawab tidak bisa dilaksanakan oleh oranglain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula, ia harus
sadar bahwa dalammelaksanakan tugasnya selalu dituntut untuk
bersungguh-sungguh, bukan sebagai kerja sambilan. Guru juga harus menyadari
bahwa yang di anggap baik benar saat ini, belum tentutu benar masa yang akan
datang. Oleh karenaitu,guru di tuntut tugas profesinya. Ia harus peka terhadap
perubahan-peruahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan
pengajar, dan pada masyarakat pada umumnya. Dunia ilmupengetahuan tak pernah
berhenti tapi selalu memunculkan hal-hal yang baru. Guru harus mengikuti
perkembangan tersebut sehingga ia harus lebih mengetahuinya dari siswa
danmasyarakat pada umumnya. Disinilah letaknya profesi yangmenjadi tugas dan
tanggung jawabnya.
Tanggung jawab dalm membina hubungan dengan
masyarakat berti guru harus dapat berperan menepatkan sekolah sebagai bagian
intergeral bagi masyarkat serta sekolah sebagai pembaharuan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru atau menumbuhkan partisipasi
masyarat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena
itu, sebagai bagian dari tugas dan tanggungjawab profesinya, guru harus membina
hubungan baik dengan masyarakat dalamrangka meningkatkan pendidikan dan pengajaran. Beberapa contoh
untuk membina hubungan tersebut ialah mengembangkan kegiatan pengajaran melalui
sumber-sumber yang ada pada masyarakat, seperti membangun tokoh masyarakat yang
di anggap berakhlian membari ceramah di harapakan siswa dan guru, membawa siwsa
untuk mempelajari sumber-sumber belajar yang ada di masyarakat, guru
mengunjungi orangtua siswa untuk memperoleh informasi keadan para siswa..
Dalam situasi sekarang ini tugas dan atanggung
jawab guru dalam pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat
tanpaknya belum banyak di lakukan oleh guru. Yang palingmenunjol hanyalah tugas
dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas. Demikian
pula tugas dan tanggung jawab sebagai pembimbing sebagai pembudidaya dikalangan
guru, mereka beranggapan tugas membimbing adalah tugas guru membimbing atau
wali kelas.
LATIHAN
1. Diskusilah tanggung
jawab guru dan bagaimana implikasinya terhadap dunia pendidikan
2. Analisis tanggung
jawab gur dengan perkembangan teknologi dan informasi yang amat cepat sekarang
ini.
RANGKUMAN
Tugas dan tanggung jawab di atas merupakan tugas
pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Tugas dan tanggungjawab guru sebagai
pembimbing memberikan tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa
dalam memecahkan masalah yang di hadapinya. Tugas dan tanggung jawab sebagai
adminsistrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan
bidang pengajaran dan ketataklasanaan pada umumnya. Tanggung jawab
mengembangkan kurikullum membawa implementasi bahwa guru dituntut untuk selalu
mencari gagasan-gagasan baru, penyempurnaan praktek pendidikan,khususnya dalam
praktek dalam pengajaran. Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya
ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu, menjaga, mencinati, menghargai dan
meningkatakan tugas dan tanggung jawab profesinya. Tanggung jawab dalam membina
hubungan dengan masyarakat berti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah
sebagai bagian integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu
masyarakat.
TES FORMATIF 1
Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban yang
dianggap paling tepat!
1. Melihat guru dari
sedikitnya empat aspek: pengadaan,pengangkatan, penempatan dan pembinaan guru
merupakan sudut pandang:
a. Administrasi
b. Keprofesian
c. Birokrasi
d. kemanusiaan
2. sudut pandang birokrasi
akan melihat guru sebagai bagian dari
a. mesin birokrasi pendidikan
di tingkat sekolah
b. kepanjangan birokrasi
c. ketentuan-ketentuan
individu
d. di perlakukan ibarat
bawahan atau staf
3. yang tidak termasuk
tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya,yakni...
a. guru bertugas sebagai
pengajar
b. guru bertugas sebagai
pembimbing
c. guru bertugas sebagai
administrator sekolah
d. guru bertugas sebagai
pengembangan kurikulum
4. guru sebagai pengajar
lebih menekankan kepada:
a. tugas dalam
merencanakan dan melakasankan pengajaran
b. seperangkat
pengetahuan dan keterampilan teknis
c. menguasai ilmu atau
bahan yang akan di ajarinnya
d. membimbing siswa yang
mengalami kesulitan ekonomi
5. tugas dan tanggung
jawab guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas sebagai berikut,
kecuali.
a. Memberikan
bantuan kepada siswa dalam memcahkanmasalah
yangdi hadapinya
b. Mendidik sebab tidak
hanya berkenan dengan penyampaian ilmu pengetahuan
c. Pembinaan kepribadian
dan pembentukan nilai-nilai para siswa
d. Menguasai ilmu atau
bahan yang akan di ajarkannya secara komprehensif
6. Pada hakekatnya tugas
dan tanggung jawab sebagai administrator kelas adalah
a. Ketatalaksanaan
bidang pengajaran
b. Ketatalaksanaan pada
umumnya
c. Mengutamakan
ketatalaksanaan bidang pengajaran
d. Jaringan antara
ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya
7. Implikasi dari
tanggung jawab mengembangkan kurikulum, terutama guru dituntut untuk
a. Mencari
gagasan-gagasan yang lama
b. Menyempurnakan
peraktek pendidikan
c. Mencoba mencari jalan
kelwar mengatasi kekurangn alat peraga
d. Mempertahankan apa
yang sudah ada
8. Tanggung jawab
mengembangkan profesi pada dasarnya ialah
a. Tututan dan panggilan
untuk selalu mencintai, menghargai,menjaga, dan meningkatkan tugas dan tanggung
jawab profesinya.
b. Menyadari bahwa tugas
dan tanggung jawabnaya bisa dilaksanakan oleh orang lain
c. Meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan
d. Mengetahui
perkembangan profesi yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya
9. Guru harus dapat
berperan menempatkan sekolah sebagai bagian intergral dari masyarakat serta
sekolah sebagai pembaru masyarakt di sebut tanggung jawab guru dalam hal :
a. Membina hubungan
dengan masyarakat
b. Mengembangkan profesi
c. Mengembangkan
kurikulum
d. Mengajar
10. Berperan contoh untuk membina hubungan
tersebut ialah mengembangkan kegiatan pengajaran melalui sumber-sumber yang ada
pada masyarakat, kecuali ...
a. Mengundang tokoh
masyarakat yang dianggap berkeahlian memberi ceramah di hadapkan siswa dan guru
b. Membawa siswa untuk
mempelajari sumber-sumber belajar yang ada di masyarakat
c. Guru mengunjungi orang
tua siswa yang memperolah informasi keadaan para siswanya
d. Berpartisipasi
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Kegiatan Belajar 2
KOMPETENSI GURU DALAM KONTEKS KEPROFESIAN
Tingkat kualitas kompetensi profesi sesorang itu
tergantung kepada tingkat penguasaan kompetensi kinerja (perfomance competence) sebagai ujung tombak serta tingkat
kemantapan penguasaan kompetensi kepribadiaan (values and attitudes competencies) sebagai landasan dasarnya, maka
implikasinya ialah bahwa dalam upaya pengembangan profesi dan prilaku guru itu
keduanya (aspek kinerja dan kepribadiannya) seyogyanya diindahkan
keterpaduannya secara propesional. Lieberman (1956) menuunjukan salah satu
esensi dari suatu profesi tiu adalah pengabdian (the service to be rendered) kepada umat manusia sesuai dengan
keahliannya. Karena itu bertapa pentingnya upaya pembinaan aspek kepribadiaan
(inklusif pembinaan sikap dan nilai) sebagai sumber dan landasan tumbuh–kembangnya
jiwa dan semangat termasuk. Dengan demikian, maka identitas dan jati diri
seorang tenaga kependidikan yang profesional pada dasarnya akan ditandai
tercapainya tingkat kematangan pribadi yang mantap dalam menampilkan kinerja
profesinya yang prima dengan penuh semangat pengabdian bagi kemasalatan umat
manusia sesuai dengan bidang keahliannya.
Dalam realitasnya, pada awal kehadiran dan
keterlibatan orang-orang dalam suatu profesi, termasuk bidang keguruan, pada
umumnya datang dengan membawa pola dasar motivasi dan kepribadiaan yang
berveriasi, sangat mungkin di antara
mereka itu datang dengan bermotifasi ekonomis, sosial, etetis, teoritis,
politis atau religius. Kiranya sulit disangkah bahwa sesungguhnya semua motif
dasar tersebut, di sadari atau tidak, akan terdapat pada setiap insan. Akan
tetapi, bagi pengembangan profesi pendidikan yang seyogianya di pupuk dan di
tumbuhkan selaras dengan tuntutan tugas bidang pekerjaannya, ialah motif sosial
yang berakar pada jiwa dan semangat filantropis (mencintai dan menyayangi
sesama manusia).
Itulah sebabnya, mengapa UNESCO amat merekomendasikan
agar masalah pembinaan kepribadian guru itu harus mendapat perhatiaan yang
sungguh-sungguh dalam penyelengaran pendidikan keguruan, baik pada fase
prajabatan, program pendidikan harus di kembangkan yang memungkinkan dapat
terjadinya proses sosialisasiyang sehat,biak melaluikegiatan kurikuler maupun
ko-kulikuler dan extra-kulikulernya, sudah barang tertentu harus ditunjung
kelengkapannya yang memadai,termasuk sistem asrama. Sedangkan dalam fase pasca
pendidikan prajabatan, upaya mengembangkan kepribadian dan keprofesiaan itu
pada dasarnya akan sangat tergantung kepada sejauh mana jiwa dan semangat dari
guru yang bersangkutan.
Sebagai oprasionalisasinya untuk mendorong dan
“memaksa” guru agar melaksanakan kewajibnannya itu ialah dengan memperhitungkan
salah satu komponen yang menjadi dasar kenaikan jenjang jabatan fungsionalnya
dengan di berikan angka kredit yang signifikan,baik kedalam unsur pendidikannya,pengembangan profesi,
maupun unsur penunjangannya (SK. Menpan No. 28 tahun 1989). Meskipun berbagai
ketuntutan tersebut pada dasarnya di peruntukan bagi PNS, namun dalam
perakteknya juga dijadikan pedoman bagi penentuan angka kredit dalam rangka
menetapakan jenjang jabatan fungsional tenaga kependidikan dalam kerangka
sistem pendidikan nasional.
Bagi guru yang datang motif dasar
instrinstik,sudah barangtentu upaya
pengembangan dirinya dan keprofesiannya itu bukan meerupakan permasalahan. Ia
tinggal memilih saja alternatif mana yang diminatinya sebagaimana disarankan,
secara umum melalui:
1.
Pendidikan formal sesuai dengan jalur, jenjangdan
jenis keahlian (jika hal itu belum di tempuh sebelumnya)
2.
Pendidikan non formal (sepanjang tersedia)
3.
Keikutseertaan dalam berbagai kegiatan pelatihan,
seminar, loka karya, penulisan/publicasi, dsb. Yang relavan dengan bidang
keprofesinya
4.
Belajar mandiri untuk memanfaatkan berbagai sumber
dan media (cetak atau elektronik) yang tersedia relevandenga bidang
keprofesiannya
Berbagi kegiatan termasuk sangat boleh jadi di
lakukannya juga dilingkungan kerjanya sebagai laboratium eksperimentasinya yang
aktual, nyata dan pragmatis untuk menunjang kualitas kinerjanya secara
langsung.
Telah di jelaskan diatas bahwa perbedaaan pokok
antara profesi guru dengan profesi lainnya terletak dalam tugas dan tanggung
jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitanya dengan
kemampuan-kemampuan yang disyaratkan untuk memmangku profesi tersebut.
Kemampuan dasar tersebut tidak lain ialah kompetensi guru.
A.
Konsep Dasar Kompetensi
dalam Konteks Keprofesian
Di dalam bahasa inggris terdapat minimal 3 peristilahan yang mengandung
makna apa yang dimaksudkan dengan perkataan kompetensi itu.
1) “competence (n) is
being competent, ability (to do the work)”
2) “competent (adj.)
refere to (persons) having ability, power, authority, skill, knowlwdge, etc.
(to do the what is needed)
3) “competency is
rational performance which satisfactorily meets the objectives for a desaired
condition”
Defindisi pertama menunjukan bahwa
kompetensi itu pada dasarnya menunjukan kepada kecakapan atau kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu pekerjaan. Sedangkan defindisi kedua menunjukan lebih
lanjut bahwa kompetensi itu pada dasarnya merupakan (kemampuan), otoritas
(kewenangan), kemahiran (Keterampilan),pengertahuan Dsb. Untuk mengajar apa
yang di perlukan. Kemudian defindisi ketiga lebih jauh lagi, ialah bahwa
kompetensi itu menunjukan kepada tindakan (kinerja) raional yang dapat mencapai
tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (persyaratan) yang di
harapkan.
Dengan menyimak makna
kompetensi tersebut di atas, makadapat dimaklumi jika kompetensi itu dipandang
sebagai pilarnya atau teras kinerja dari suatu profesi. Hal it mengandung
implikasi bahwa sesoranag profesional yang kompeten itu harus dapat menunjukan
karaktristik utamanya, antara lain:
1) Mampu melakukan
sesuatu pekerjaan tertentuu secara nasional, dalam arti, ia harus memiliki visi
dan misi yang jelas mengapa ia melakukan apa yang di lakukannya berdasarkan
analisi keritis dan pertimbangan logis dalam membuat pilihan dalammengabil
keputusan tentang apayang dikerjakannya, “he is fully awaer of why he is doing
what he is doing”
2) Menguasai perangkat
pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan generilasasi,
data dan informasi, dsd.) tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas dan
pekerjaanya”he really knows what is to be done and how do it”
3) Meguasai perangkat
keterampilan (strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedurdan mekanisme,
saran dan instrumen,dsb.) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan
tugas dengan pekerjaannya. ”he actually know through which ways he should go
and how to go through”
4) Memahami perangkat
persyaratan ambang tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari
proses yang dapat di torelansikan dan di krekteria keberhasilanyangdi terima dari apa yang dilakukannya.
5) Memiliki daya
(motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Ia
bukan sekedar puas dengan memadai persyaratan minimal, melainkan berusahan
mencapai yang sebaik mungkuin “ he is doing the best with a high achiement
motifation”
6) Memiliki kewenangan
(otoritas) yang memancar atas penguasaan perangkat kompetensinya yang dalam
batas tertentu didemontrasikan (observable) dan teruji (measureable), sehingga
mungkinkah memperoleh pengakuan pihak berwenang.
B.
Perangkat Komponen dan
Indikator Kompetensi
Dari defendisi berikut penjelasannya tersebut di atas, tersirat bahwa di
balik kinerja yang dapat ditunjukan dan teruji dalam melakukan sesuatu
pekerjaan khas tertentu itu terdapat sejumlah unsur kemampuan yang menompang
dan menunjangnya secarakeseluruan terstruktur merupakan satu kesatuan terpadu
yang dapat di konseptualisasikan sebagai segitiga (perhatikan gambar 3). Dari
gambar tersebut dapat di ketahui bahhwa setiap kompetensi itu pada dasarnya
terdapat 6 unsur, yaitu :
1.
Performent component, yaitu unsur kemampuan
penampilan kinerja yang nampak sesuai dengan bidang keprofesiannya (teacing,
consuling,management, etc.)
2.
Subject component, yaitu unsur kemampuan
penguasaan bahan/subtansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai dengan
bidang keprofesiaanya sebagai persyarat bagipenampilan komponen kinerjanya.
3.
Professional component yaitu unsur kemampuan
penguasaan subtansi pengetahuan dan keterampilan teknis dengan bidang
keprofesianya sebagai persyarat bagi
penampilan kinerjanya.
4.
Process component yaitu kemampuan penguasaan
proses-proses mental (intelektual) mencakup proses berfikir
(logis,kritis,rasional,kreatif) dalam pemecahan masalah, pembuatan keputusan,
dsb. Sebagai persyarat bagi terwujudnyapenampilan kinerjannya.
5.
Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasiaan
dan penyesuaikan diri berdasarkan karaktristik pribadi pelaku dengan tugas
penampilan kinerjanya.
6.
Attitudes
component,yaitu unsurkomponen sikap, nilai,kepribadian dan prilaku sebagai
persyarat yang fundemental bagi keseluruhan perangkat komponen kompetensi
lainnya bagi terwujudnya komponenpenampilan kinerja keprofesiannya.
Dari keenam unsur yang membangun secara utuh suatu
model perangkat kompetensi dalam suatu bidang keahlian atau keprofesian itu
pada dasarnya dapat diidentifikasikan kedalam gugus kompetensi, ialah:
1)
Generic competencies
(perfomence competencies)
2)
Enabling competencies
Gugus pertama di sebut “generic competencies” maksudnya bahwa perangkat kompotensi yang
mesti ada pada suatu bidang pekerjaan profesional tertentu, karena justru
adanya perangkat kompotensi inilah dapat dibedakannya dari jenis atau bidang
pekerjaan profesional lainnya. Jadi “generic
competencies”bagi pekerjaan guru (teacing competencies) akan berbeda dengan
konselor sekolah serta akan berlainan pula dari pekerjaan administrator atau
pimpinan sekolah, dan sebagainya. Rincian dan jumlah perangkat “generic competencies” itu juga akan
berveriasi secara kontekstual (untuk guru SD misalnya, berbeda dengan guru SMP
atau SMA,diindonesia atau negara lain) namun demikian, di pastikan dapat
kesamaan dan persamaannya (common
competencies).
Gugus kedua disebut enabling competencies karena
merupakan persyaratan untuk memungkikan dapat dilakukan “generic competencies”.
Tanpa menunjukan penguasaan secara memadai (proficiency)
atas perangkat “enabling competencies” itu mustahil dapat menguasai generic
competencies.
Gugus perangkat kompetensi peretama pada dasarnya
akan di peroleh dan terbina serta tumbuh kembang melalui peraktek pengalaman
lapangan (field training) yang struktur dan terawsi (supervized) secara memadai
dalam jangka waktu tertentu (sekitar 1-2 tahun). Namun jelas, untuk memperoleh
pengalaman lapangan seperti itu, hanya mungkin setelah “enabling competencies”
terselesaikan lebih dahulu, yang lazimnya dilakukan melalui program
perkulliahan biasa. Namun patut dicatat pula beberapa perangkat komponen
persyarat tertentu (process, adjustment, and attitudes) lazimnya tidak
merupakan program perkulliahan atau studi tersendiri,melainkan terbentuk
melalui (by product) dari program perkuliahan dan berbagai kegiatan pendukung
lainnya.
C.
Komponen Kinerja Profesi
Keguruan
Untuk mendeteksi sejauh mana seseorang telah
memiliki sesuatu kompetensi tersebut di atas, maka di perlukan adanya
indikator-indikator yang dapat teramati dan terukur. Dengan hasil pengamatan
dan pengukuran itulah tingkat penguasaan (mastery and proficiency) dalam jenis
kompetensi tertentuakan dapat diketahui dengan mengacu kepada kriteria
keberhasilan kinerja minimal yang dapat di terima (the minimal acceptable
performance) yang telah di tetapkan (disepakati) terlebih dahulu.
Setiap jenis bidang pekerjaan atau keprofesian
sudah seyogianya memiliki ciri-ciri khasnya, baik mengenai perangkat dasar
kompetensinya, maupun indikator dengan deskriptornya. Namun demikian, kiranya dapat dimakluminya bila di
antaranya sejumlah bidang pekerjaan atau keprofesian tertntu selain memiliki
ciri khasnya itu juga menunjukan adanya kesamaan satu sama lain, terutama
jenis-jenis bidang pekerjaan serumpun,misalnya profesi keguruan (pengajar)
dengan proses bimbingan dan konseling (BK) dan bidangpekerjaan lainnyadalamhuhus
(cluster) profesi kependidikan.
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki
seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan prilaku) yang harus di miliki, di hayati,
dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan undang-undang nomor 14 tahun 2015
tentang guru dan dosen pada bab IV pasal 10 ayat 91), yang menyatakan bahwa
“kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadaian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, yang di peroleh melalui
pendidikan profesi”.
Keempat bidang kompetensi diatas tidak berdiri
sendiri-sendiri melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lain dan mempunyai hubungan hierakis,artinya saling mendasari satu sama lainnya
kompetensi yangsatu mendasari kompetensi yang lainnya.
Sudah barang tentu baik indikator maupun perangkat
krikteria keberhasilannya akan bervariasi dari satu jenis kompetensi kepada
lainnya. Untuk gugus “generic competencies” lazimnya di dasarkan pada
penampilan aktual (on the job action) yang dapat di demontrasikan serta
berbagai produk kegiatan tertentu (SAP, model, dan media) serta menyelesaikan
sautu program pengalaman lapangan (PPL). Sedangkan “enabling competencis”
lazimnya diidentifikasi sebagai perubahan pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, sikap dan kepribadian sebelumnya dan sesudah seseorang menempuh
program-program perkuliahan atau studinya. Kesemuanya itu pada dasarnya di
ketahuimelalui observasi, ujian, laporan tugas dan pengukuran tertentu yang dilakukan oleh
dosen dan pamong,para pembimbing dan juga administrator serta pihak lainnya.
Kompetensi guru di indonesia telah pula di kembangkan oleh proyek pembinaan pendidikan
guru (P3G) depertemn pendidikan dan kebudayaan. Pada dasarnya kompetensi guru
menurut P3G bertolak dari analisis tugas seorang guru, baik sebagai pengajar,
pembimbing, maupun sebagai administrator kelas. Ada sepuluh kompetensi guru
menurut P3G, yakni:
1) Menguasai bahan,
2) Mengelola program
belajar mengajar,
3) Mengelola kelas,
4) Menggunakan
media/sumber belajar,
5) Menguasai landasan
kependidikan,
6) Mengelola interaksi
belajar mengajar,
7) Menilai prestasi
belajar,
8) Mengenal fungsi dan
layanan bimbingan penyeluhan,
9) Mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah, dan
10) Memahami dan
menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Jika ditelaah, maka delapan dari sepuluh kompetensi yang disebutkan diatas
lebih diarahkan kepada kompetensi guru sebagai pengajar. Dapat disimpulkan pula
bahwa kesepuluh kompetensi tersebut hanya mencakap dua bidang kompetensi guru
yakni kompetensi kognitif dan kompetensi prilaku. Kompetensi sikap, khususnya sikap
profesional guru, tidak tampak.
Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kompetensi
kinerja profesi keguruan (generic
teaching competencies) dalam penampilan aktual dalam proses belajar
mengajar, minimal memiliki empat kemampuan, yakni kemampuan:
1) Merencanakan proses
belajar mengajar;
2) Melaksanakan dan
memimpin/mengelola proses belajar mengajar;
3) Menilai kemajuan
proses belajar mengajar;
4) Menguasai bahan
pelajaran.
Keempat kemampuan diatas merupakan kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai
oleh guru profesional. Untuk mempertegas dan memperjelas kelima kemampuan
tersebut, berikut ini dibahas satu persatu.
1)
Merencanakan ProsesBelajar
Mengajar
Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru sama
dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitek. Ia tidak hanya bisa
membuat gambar yang baik dan memiliki nilai estetis, tetapi juga harus mengetahui
makna dan tujuan dari desain bangunan yang dibuatnya. Demikianlah halnya guru,
dalam membuat rencana atau program belajar mengajar.
Untuk dapat membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu
harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, serta menguasai secara
teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Oleh sebab itu,
kemampuan merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala
pengetahuan teori, keterampilan dasar, pemahaman yang mendalam tentang objek
belajar
Dan situasi pengajaran. Makna atau arti perencanaan atau
program belajar mengajar tidak lain adalah suatu proyeksi guru mengenai
kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pengajaran itu berlangsung. Dalam
kegiatan tersebut secara terperinci harus jelas kemana siswa itu akan dibawa
(tujuan), apa yang harus dipelajar (isi bahan pelajaran), bagaimana ia
mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa
telah mencapainya (penilaian). Tujuan, isi, metode,
dan teknik serta penilaian merupakan unsur-unsur utama yang secara minimal
harus ada dalam setiap program belajar mengajar. Tujuan atau perencanaan
belajar mengajar tidak lain sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
praktek atau tindakan mengajar. Dengan demikian, apa yang dilakukan guru pada
waktu mengajar dimuka kelas semestinya bersumber kepada program yang telah
disusunn sebelumnya. Jelas, bahwa membuat program belajar mengajar sesudah
mengajar adalah keliru sebab perencanaan sesalu mendahului pelaksanaan. Tujuan lain
dari program belajar mengajar ialah sebagai tuntutan administrasi kelas.
Artinya, bahwa guru wajib membuat perencanaan atau program belajar mengajar
sebagai tuntutan tugas guru dalam hubungannya dengan kondisi guru, kenaikan
pangkat/golongan, dan lain-lain.
2)
Melaksanakan dan Memimpin/Mengelola Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan atau
mengelola kegiatan belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan dari program
yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan yang
dituntut adalah kreativitas guru dalam menciptakan dan membutuhkan kegiatan
siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru
harus dapat mengambil keputusan astas dasar penilaian yang tepat, apakah
kegiatan belajar mengajar dihentikan, ataukah dirubah metodenya, apakah
mengulang dulu pelajaran yang lalu, manakala siswa belum dapat mencapai
tujuan-tujuan pengajaran. Pada tahap ini, di samping pengetahuan-pengetahuan
teori tentang belajar mengajar, tentang pelajar, diperlukan juga kemahiran dan
keterampilan teknis mengajar. Misalnya, prinsip-prinsip mengajar, penggunaan
alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil
belajar siswa, keterampilan memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan
mengajar. Untuk itu cukup dengan menguasai landasan teori mengenai belajar dan
mengajar, tetapi yang sangat penting adalah pengalaman praktek yang intensif.
Di sinilah pentingnya pengalaman praktek lapangan bagi para calon guru.
Kemampuan mengelola proses belajar mengajar tidak mungkin diperoleh tanpa
mengalaminya secara langsung.
3)
Menilai Kemajuan Proses Belajar Mengajar
Setiap guru harus
dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang telah dicapai oleh siswa, baik
secara iluminatif-obsetvatif maupun secara structural-objektif. Penilaian
secara iluminatif-observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus
tentang perubahan dan kemajuan yang telah dicapai oleh siswa. Menilai secara
structural-objektif berhubungan dengan pemberian skor, angka, atau nilai yang
biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa. Sungguh pun masih
banyak kekurangan dan kelemahan, penilaian yang kedua telah biasa digunakan
oleh guru. Namun, penilaian cara pertama masih belum biasa digunakan oleh guru
disebabkan kemampuan dan kesadaran akan pentingnya penilaian tersebut belum
membudaya.
4)
Menguasai Bahan mengajar
Kemampuan menguasai
bahan pelajaran, sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar,
hendaknya tidak dianggap pelengkap bagi profesi guru. Guru yang professional
mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Adanya buku pelajaran yang
dapat dibaca oleh siswa, tidak mengandung arti bahwa guru tak perlu menguasai
bahan. Sungguh ironis jika terjadi siswa lebih dahulu mengetahui tentang
sesuatu dari pada guru. Memang guru tidak mungkin serba tahu, tetapi setiap
guru dituntut untuk pengetahuan umum yang luas dan mendalam keahliannya atau
mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Yang menjadi persoalan ialah
konsep-konsep manakah yang harus dikuasai oleh guru sehubungan dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar? Secara jelas dan tegas sesungguhnya
konsep-konsep tersebut telah ada dalam kurikulum, khususnya GBPP bidang studi
yang dipegangnya. Uraian yang mendalam dari setiap konsep dan pokok bahasan
terdapat dalam buku pelajan (text book),
sehingga usaha guru untuk mempelajari buku tersebut sebelum, ia mengajar sangat
diperlukan.
Penguasaan guru akan
bahan pelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Banyak
pendapat yang mengatakan bahwa proses dan hasil belajar siswa bergantung pada
penguasaan pelajaran oleh guru dan keterampilan mengajarnya. Pendapat ini
diperkuat oleh Hilda Taba, seorang pakar pendidikan, yang mengatakan bahwa
efektivitas pengajaran dipengaruhi oleh:
a) Karakteristik guru dan siswa;
b) Bahan pengajaran; dan
c) Aspek lain yang berkenaan dengan
situasi pelajaran.
Memang terdapar
hubungan yang positif antara penguasaan bahan oleh guru dengan hasil belajar
siswa. Artinya, makin tinggi penguasaan bahan oleh guru makin tinggi pula hasil
belajar yang dicapai siswa. Penelitian dalam bidang pendidikan kependidikan di
Indonesia menunjukkan bahwa 26,17 persen dari hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh penguasaan guru dalam hal materi pelajaran.
Pendapat yang
menyatakan bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau penerusan pengetahuan,
sidah ditinggalkan oleh banyak orang kini, mengajar lebih sering dimaknai
sebagai perbuatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara integratif sejumlah
keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian
keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan
diarahkan oleh suatu wawasan.
Sedangkan aplikasinya
secara unik dalam arti secara simulasi dipengaruhi oleh komponen belajar
mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu: tujuan yang igin dicapai, pesan yang
ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang
tidak kalah pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan guru tentang diri
dan misinya sebagai pendidik.
Agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka pengajar harus memperdayakan
diri sendiri dan para siswanya. Siswa diharapkan mempunyai kompetensi yang
diajarkan. Mereka diposisikan sebagai subjek belajar, sedangkan guru sebagai
fasilitator.
Guru yang professional
adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dengan mengajar
diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses
belajar mengajar secara efektif dan efisien. Keterampilan guru dalam proses belajar
mengajar antara lain: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2)
keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan
memberikan penguatan, (5) keterampilan menggunakan meida pembelajaran, (6)
keterampilan memimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola
kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, dan (9) keterampilan mengajar
perorangan dan kelompok kecil.
1.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a. Keterampilan Membuka Pelajaran
Keterampilan membuka
pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
untuk menciptakan prakondisi murid agar minat dan perhatiannya terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya. Dalam demikian usaha tersebut akan memberikan efek
yang positif bagi kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan yang
dilakukan oleh guru dimaksudkan untuk menciptakan suasana mental siswa agar
terpusat pada hal-hal yang dipelajarinya. Kegiatan membuka pelajaran tidak
hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap
penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai,
menarik perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi
pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya.
1.
Tujuan
keterampilan membuka pelajaran, yaitu:
- Untuk membantu siswa mempersiapkan diri
agar sejak semula sudah dapat membayangkan pelajaran yang akan dipelajarinya.
- Untuk menimbulkan minat dan perhatian
siswa pada apa yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar.
- Untuk membantu siswa agar mengetahui
batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
- Untuk membantu siswa agar mengetahui
hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal
baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya.
2.
Komponen-komponen
dalam keterampilan membuka pelajaran, yaitu:
a. Menarik perhatian siswa, diantaranya
dengan cara:
- Melakukan variasi dalam mengajar
- Menggunakan alat bantu mengajar
- Melakukan variasi dalam pola interaksi
b. Memotivasi siswa, diantaranya dengan
cara:
- Menimbulkan kehangatan dan keantusiasan
- Menimbulkan rasa ingin tahu
- Mengemukakan ide yang bertentangan
- Memperhatikan minat siswa
c. Memberi acuan, diantaranya dengan cara:
- Mengemukakan tujuan dan batas-batas
tugas
- Mengajukan pertanyan-pertanyan
- Menyarankan langkah-langkah yang harus
ditempuh siswa dalam kegiatan pembelajaran
- Membuat kaitan, diantaranya dengan cara
menghubungkan minat, pengalaman, dan hal-hal dikenal oleh siswa ketika guru
melakukan kegiatan pembelajaran.
b. Keterampilan Menutup Pelajaran
Keterampilan menutu
pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran.
1) Tujuan keterampilan menutup pelajaran,
yaitu:
- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran.
- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
guru dalam membelajarkan pada siswa.
- Untuk membantu siswa agar mengetahui
hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal
yang baru saja dipelajarinya.
2) Komponen-komponen menutu pelajaran,
yaitu:
- Meninjau kembali penguasaan inti
pelajaran atau membuat ringkasan
- Mengevaluasi, dengan cara:
a) Mendemonstrasikan keterampilan
b) Mengaplikasikan ide baru
c) Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
d) Memberi soal-soal lisan maupun tulisan
e) Mengadakan pengayaan, tugas mandiri,
maupun tugas terstruktur.
c.
Prinsip-prinsip
keterampilann membuka dan menutup pelajaran, ya`itu:
a. Bermakna
Usaha
untuk menarik perhatian siswa atau memotivasi siswa harus sesuai dengan isi dan
tujuan pembelajaran. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya
dengan pelajaran hendaknya dihindarkan.
b. Berurutan dan berkesinambungan
Kegiatan
ini dilakukan oleh guru dalam memperkenalkan/ merangkum kembali pelajaran
sebagi bagian dari kesatuan yang utuh. Perwujudan prinsip berurutan dan
berkesinambungan ini memerlukan adanya suatu susunan bahan pelajaran yang
tepat, sesuai dengan minat siswa, ada kaitan logis antara satu sebagian dengan
yang lainnya, sehingga dapat disusun rantai kognisi yang jelas dan tepat.
2. Keterampilan
menjelaskan
Keterampilan
menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara
lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan
antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, misalnya antar sebab dan akibat,
definisi dengan coontoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian
informasi yang terencanadengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok,
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian menjelaskan merupakan
suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seorang guru. Interaksi di dalam
kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan, baik oleh guru sendiri,
oleh guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa.
a. Tujuan keterampilan menjelaskan, yaitu:
- Membimbing murid memahami materi yang
dipelajari
- Melibatkan murid untuk berpikir dengan
memecahkan masalah-masalah
- Untuk memberikan balikan kepada murid
mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalah pahaman mereka
- Membimbing murid untuk menghayati dan
pendapat proses penalaran serta menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah
- Menolong siswa untuk mendapatkan dan
memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
b. Komponen-komponen keterampilan
menjelaskan, yaitu:
- Komponen merencanakan
Penjelasan
yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang
berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan.
- Isi pesan (materi) meliputi:
a) Analisis masalah secara keseluruhan.
Dalam hal ini termasuk mengidentifikasikan unsur-unsur yang akan dihubungkan
dalam penjelasan tersebut.
b) Penemuan jenis hubungan yang ada antara
unsur-unsur yang dikaitkan tersebut.
c) Penggunaan hukum atau generalisasi yang
sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
- Penerima pesan
Merencanakan
suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang
disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan anak yang mendengarkannya.
Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang,
social, dan lingkungan belajar. oleh karena itu dalam merencanakan suatu
penjelasan harus selalu mempertimbangkan factor-faktor tersebut.
c. Penyajian suatu penjelasan
Penyajian
suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1)
Kejelasan
Penjelasan
hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa
dan menghindari penggunaan ucapan-ucapan dan istilah-istilah lain yang tidak
dapat dimengerti oleh siswa.
2)
Penggunaan
contoh dan ilustrasi
Dalam
memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya
dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3)
Pemberian
tekanan
Dalam
memberikan penjelasan, guru harus mengararhkan perhatian siswa agar terpusat
pada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak penting. Dalam hal ini
guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan, sepert “yang
terpenting”,”perhatikan baik-baik konsep ini” atau “perhatikan yang ini agak
susah”.
4)
Penggunaan
balikan
Guru
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman,
keraguan, atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.
Berdasarkan balikan itu guru perlu melakukan penyesuaian atau mengulangi
kembali hal-hal yang penting. Balikan tentang sikap siswa dapat dijaring
bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan tentang pemahaman
mereka.
d. Pinsip-prinsip keterampilan
menjelaskan, yaitu:
- Penjelasan dapat diberikan pada awal,
di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran), tergantung pada
keperluannya. Penjelasan itu dapat juga diselingi dengan tujuan pembelajaran.
- Penjelasan harus relevan dengan tujuan
pembelajaran.
- Guru dapat memberikan penjelasan
apabila ada pertanyaan dari siswa ataupun yang direncanakan oleh guru sebelumnya.
- Materi penjelasan harus bermakna bagi
siswa.
- Penjelasan harus sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik siswa.
3. Keterampilan
bertanya
Brown, dalam
hasibuan (1994) menyatakan bahwa bertanya adalah setiap pernyataan yang
mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa. Cara untuk mengajukan
pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar siswamerupakan suatu
hal yang tidak mudah. Oleh sebab itu seorang guru hendaklah berusaha agar
memahami dan menguasai penggunaan keterampilan bertanya.
Keterampilan
bertanya dibedakan atas keterampilan mengajar bertanya tingkat dasar dan
keterampilan mengajar bertanya tingkat lanjut. Keterampilan bertanya tingkat
dasar mempunyai komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala
jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari
keterampilan bertanya dasar dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan mendorong mereka agar dapat mengambil inisiatif sendiri.
a. Tujuan pertanyaan yang diajukan kepada
siswa, yaitu:
-
Mengembangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu maslah yang sedang dibicarakan.
-
Memusatkan
perhatian siswa pada suatu masalah yang sedang dibahas.
-
Mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa dalam belajar.
-
Mengembangkan
cara belajar siswa aktif.
-
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
-
Mendorong siswa
mengemukakan pendapat dalam diskusi.
-
Menguji dan
mengukur hasil belajar.
b. Komponen-komponen keterampilan
bertanya, yaitu:
1) Keterampilan bertanya tingkat dasar
- Penggunaan pertanyaan secara jelas dan
singkat dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh siswa sesuai
dengan taraf perkembangannya.
- Pemberian acuan. Sebelum memberiakan
pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan acuan berupa pertanyaan yang
berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
- Pemindahan giliran. Adakalanya satu
pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa, karena jawaban belum
benar atau belum memadai. Untuk itu guru dapat menggunakan teknik pemindahan
giliran. Mula-mula guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian
memilih salah seorang siswa untuk menjawab, dengan cara menyebut namanya atau
dengan menunjuk siswa itu.
- Penyebaran. Untuk melibatkan siswa
sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, guru perlu menyebarkan giliran untuk
menjawab pertanyaan secara acak. Ia hendaknya berusaha agar siswa mendapat
giliran secara merata.
- Pemberian waktu berpikir. Setelah
mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberikan waktu
beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa menjawabnya.
- Pemberiann tuntutan. Bila seorang siswa
memberikan jawaban salah atau tidak dapat memberikan jawaban, guru hendaknya
memberikan tuntutan kepada siswa itu, agar ia menemukan sendiri jawaban yang
benar.
2) Keterampilan bertanya tingkat lanjutan
- Pengubahan tuntutan tingkat kognisi
dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat
mengandung proses mental yang berbeda-beda dari proses mental yang rendah
sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, dalam mengajukan pertanyaan,
guru hendaknya berusah mengubah tuntutan tingkat kognisi dalam menjawab
pertanyaan dari tingkat yang paling rendah, yaitu: evaluasi ingatan, pemahaman,
penerapan, analisis, dan sintesis.
- Pengatur urutan pertanyaan. Untuk
mengembangkan tingkat kognisi dari yang sifatnya lebih rendah ke arah yang
lebih tinggi dan kompleks, guru
hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa.
- Penggunaan pertanyaan pelacak. Jika
jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat
ditingkatkan menjadi sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pelacak kepada siswa tersebut.
- Peningkatan terjadinya interaksi. Agar
siswa lebih terlihat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan
dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranan sebagai
penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Dan
jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi
melontarkan kembali kepada siswa lainnya.
c. Prinsip-prinsip keterampilan bertanya,
yaitu:
1)
Kehangat dan antusias
Untuk
meningkatkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran, guru perlu menunjukkan
sikap, baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban
dari siswa. Sikap dan gaya guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan
posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasnya.
2)
Kebiasaan yang perlu dihindari
- Jangan mengulang-ngulang pertanyaan
apabila siswa tak mampu menjawabnya.
- Jangan mengulang-ulang jawaban siswa
- Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang
diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
- Usahakan agar siswa tidak menjawab
pertanyaan secara serempak, karena guru tidak mengetahui dengan pasti siapa
yang menjawab dengan benar dan siapa yang salah.
- Menetukan siswa yang harus menjawab
sebelum mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu pertanyaan hendaknya ditujukan
lebih dulu kepada seluruh siswa, baru kemudian guru menunjukkan salah seorang
untuk menjawab.
- Pertanyaan ganda. Guru kadang-kadang
mengajukkan pertanyaan yang sifatnya ganda, menghendaki beberapa jawaban atau
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
4.
Keterampilan memberi penguatan
Penguatan
adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a. Tujuan keterampilan memberi penguatan, yaitu:
- Meningkatkan perhatian siswa pada
pelajaran
- Meningkatkan motivasi belajar siswa
- Memudahkan siswa untuk belajar
- Mengeliminir tingkah laku siswa yang
negative dan membina tingkah laku positif siswa.
b. Komponen-komponen keterampilan, yaitu:
1.
Penguatan verbal
Penguatan
verbal biasanya diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan, dan sebagainya. Misalnya: “pintar sekali”, bagus”, “seratus buat
nani”.
2.
Penguatan non
verbal
Penguatan
ini meliputi hal, seperti:
- Penguatan berupa gerakan mimik dan
badan, misalnya: acungan jempol, senyuman, kerut kening, wajah cerah.
- Penguatan dengan cara mendekati,
misalnya: guru duduk dekat siswa, berdiri disamping siswa, berjalan di sisi
siswa.
- Pengaturan dengan cara kegiatan
menyenangkan. Dalam hal ini guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan yang
disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya: apabila siswa dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta untuk membantu
teman lainnya.
- Penguatan berupa simbol dan benda,
misalnya: kartu bergambar lecana, binatang dari plastik.
- Penguatan tak penuh, yang diberikan
apabila siswa memberi jawabannya sebagian yang benar. Dalam hal ini guru tidak
boleh langsung menyalahkan siswa, tetapi sebaiknya memberikan penguatan tak
penuh, misalnya: “ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih dapat disempurnakan”
sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan
ia dapat dorongan untuk menyempurnakan.
c. Prinsip-prinsip keterampilan penguatan,
yaitu:
- Kehangatan dan antusias
- Kebermaknaan
- Menghindari respon yang negative
- Penguatan pada perorangan
- Penguatan pada kelompok siswa
- Penguatan yang diberikan dengan segera
- Penguatan yang diberikan secara
variatif
5. Keterampilan
Menggunakan Media Pembelajaran
Media
pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam
proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
a. Tujuan keterampilan menggunakan media
pembelajaran, yaitu:
- Memperjelas penyajian pesan agar
terlalu verbalistis
- Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan
daya indera
- Memperlancar jalannya proses
pembelajaran
- Menimbulkan kegairahan belajar
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan
- Memberi kesempatan pada siswa untuk
belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
b. Komponen-komponen keterampilan
menggunakan media pembelajaran, yaitu:
- Media audio, yaitu media yang digunakan
sebagai alat bantu pembelajaran yang mempunyai sifat dapat didengarkan oleh
siswa, seperti radio.
- Media visual, yaitu media yang
digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai sifat yang dapat
dilihat oleh siswa, seperti peta.
- Media audio visual, yaitu media yang
digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai sifat yang dapat
dilihat dan didengar oleh siswa, seperti TV Edukasi.
c. Prinsip-prinsip keterampilan
menggunakan media pembelajaran, yaitu:
- Tepat guna, artinya media pembelajaran
yang digunakan sesuai dengan kompetensi dasar.
- Berdaya guna, artinya media
pembelajaran yang digunakan mampu meningkatkan motivasi siswa.
- Bervariasi, artinya media pembelajaran
yang digunakan mampu mendorong sikap aktif siswa dalam belajar.
6. Keterampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi
kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur dan melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan
tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, memecahkan
suatu masalah. Jadi pengertian keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
adalah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat
melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif.
a. Tujuan keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, yaitu:
- Siswa dapat memberi informasi atau
pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan
oleh mereka.
- Siswa dapat mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
- Siswa terlibat dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan.
b. Komponen-komponen keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:
- Memusatkan perhatian siswa pada tujuan
dan topic diskusi
- Memperjelas masalah maupun
usulan/pendapat
- Menganalisis pandangan/pendapat siswa
- Meningkatkan usulan siswa
- Menyebarluaskan kesempatan
berpartisipasi
- Menutup diskusi
c. Prinsip-prinsip keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, yaitu:
- Diskusi hendaknya berlangsung dalam
“iklim terbuka”. Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi,
kehangantan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima, dan mengenal lebih jauh
topik diskusi, dan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua
anggota kelompok mempunyai keinginan untuk mengenal dan dihargai, dapat merasa
aman, dan bebas mengemukakan pendapat.
- Perlu perencanaan dan persiapan yang
matang, meliputi:
1) Topic yang dipilih hendaknya sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai, minat, dan kemampuan siswa.
2) Masalah hendaknya mengandung jawaban
yang kompleks, bukan jawaban tunggal.
3) Adanya informasi pendahuluan yang
berhubungan dengan topic tersebut agar para siswa memiliki latar belakang
pengetahuan yang sama.
4) Guru harus benar-benar siap dengan
sumber informasi sebagai motivator sehingga mampu memberikan penjelasan dan
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa.
7. Keterampilan
Mengelola Kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar.
a. Tujuan keterampilan mengelola kelas,
yaitu:
- Mendorong siswa mengembangkan tingkah
lakunya sesuai tujuan pembelajaran.
- Membantu siswa menghentikan tingkah
lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran.
- Mengendalikan siswa dan sarana
pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
- Membina hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan
pembelajaran menjadi efektif.
b. Komponen-komponen keterampilan
mengelola kelas, yaitu:
- Keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan memeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan kegiatan pembelajaran, sehingga berjalan secara optimal, efisien,
dan efektif.
- Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan
respon guru terhadap gangguan siswa yang berkenjutan. Dalam hal ini guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
c. Prinsip-prinsip keteramapilan mengelola
kelas, yaitu:
- Memodifikasi tingkah laku. Guru
hendaknya menganalisi tingkah lakuu siswa yang mengalami maslah dan
memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan
secara sistematis.
- Guru dapat menggunakan pendekatan
pemecahan masalah kelompok dengan cara: memperlancar tugas-tugas, memelihara
kegiatan kelompok, memelihara semangat siswa, dana menangani konflik yang
timbul.
- Menenukan dan memecahkan tingkah laku
yang menimbulkan masalah. Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk
mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab
dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha
untuk menemukan pemecahannya.
8. Keterampilan
Mengadakan Variasi
Kehidupan akan
lebih menarik jika penuh dengan variasi. Begitu dalam kegiatan belajar
mengajar. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswa serta mengurangi
kejenuhan dan kebosanan. Keeterampilan mengadakan variasi ini dapat juga
dipakai untuk penggunaan keterampilan mengajar yang lain, seperti dalam
menggunakan keterampilan bertanya memberi penguatan, menjelaskan dan sebagainya.
a. Tujuan keterampilan mengadakan variasi,
yaitu:
- Menimbulkan dan meningkatkan perhatian
siswa kepada aspek-aspek pembelajaran.
- Memupuk tingkah laku yang positif
terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan
lingkungan belajar yang lebih baik.
b. Komponen-komponen keterampilan
mengadakan variasi, yaitu:
- Variasi dalam gaya mengajar, yang
meliputi penggunaan variasi suara, pemusatan perhatian siswa, kesenyapan guru,
mengadakan kontak pandang dan gerak, gerakan badan dan mimik, serta pergantian
posisi guru di dalam kelas.
- Variasi dalam penggunaan media
pembelajaran, meliputi: media yang dapat dilihat, media yang dapat didengar,
media yang dapat diraba, serta media yang dapat didengar, dilihat dan diraba.
- Variasi pola interaksi dan kegiatan
siswa. Mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri
yang dilakukan oleh siswa.
c. Prinsip-prinsip keterampilan mengadakan
variasi, yaitu:
- Variasi hendaknya digunakan suatu
maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan
variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan. Sedangkan pemakaian yang
berlebihan akan menimbulkan kebingungan dan dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
- Variasi harus digunakan dengan lancer
dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak
menggangu pelajaran.
- Variasi harus direncanakan secara baik
dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaan atau satuan pelajaran.
9. Keterampilan
Mengajar Perorangan dan Kelompok Kecil
a. Tujuan mengajar perorangan dan kelompok
kecil, yaitu:
1.
Tujuan
keterampilan mengajar perorangan
- Memberikan rasa tanggung jawab yang
lebih besar kepada siswa.
- Mengembangkan daya kreatif dan sifat
kepemimpinan pada siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk
belajar lebih aktif.
- Membentuk hubungan yang lebih akrab
antara guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa
2.
Tujuan
keterampilan mengajar kelompok kecil
- Meningkatkan kualitas pembelajaran
melalui dinamika kelompok.
- Memberi kesempatan memecahkan masalah
untuk berlatih memecahkan masalah dan cara hidup secara rasional dan
demokratis.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan sikap social dan semangat gotong royong.
b. Komponen-komponen keterampilan mengajar
perorangan dan kelompok kecil, yaitu:
- Keterampilan merencanakan dan melakukan
kegiatan pembelajaran. Hal ini berhubungan dengan pengembangan
program/kurikulum. Guru harus terampil membuat perencanaan pembelajaran yang
sesuai dengan program dan kebutuhan siswa, serta mampu melaksanakan rencana
tersebut. Dengan demikian guru dituntut mampu dan terampil mengdiagnosis
kemampuan akademik siswa, gaya belajar, kecenderungan minat dan tingkat
disiplin siswa, berdasarkan analisis tersebut, guru diharapkan mampu menetapkan
kondisi dan tuntutan belajar yang memungkinkan siswa memikul tanggungjawab
sendiri dalam belajar.
- Keterampilan mengorganisasi
Selama
kegiatan pembelajaran perorangan/kelompok kecil berlangsung, guru berperan
sebagai organisator. Guru bertugas memonitor kegiatan pembelajaran dari awal
sampai akhir.
- Keterampilan mengadakan pendekatan
secara pribadi
Salah
satu ciri dalam pengajaran perorangan/kelompok kecil ialah terjadinya hubungan
yang sehat dan akrab antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Hal ini
akan terjadi apabila guru dapat menciptakan suasana yang terbuka sehingga
benar-benar merasa bebas dan leluasa untuk mengemukakan pendapatnya. Disamping
itu siswa mempunyai keyakinan bahwa guru akan selalu siap mendengarkan atau
memperhatikan pendapatnya dan bersedia membantu apabila diperlukan.
- Keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar
Mengajar
perorangan/kelompok kecil berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
sendiri. Agar siswa benar-benar dapat belajar dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai, guru harus terampil dalam membantu siswa agar mudah belajar dan tidak
mengalami patah semangat.
c. Prinsip-prinsip keterampilan mengajar
perorangan dan kelompok kecil, yaitu:
1.
Prinsip-prinsip
keterampilan mengajar perorangan, yaitu:
- Guru perlu mengenal siswa secara
pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
- Siswa bekerja bebas dengan bahan yang
telah siap pakai, seperti: modul, paket belajar, atau dengan bahan yang telah
disiapkan oleh guru sendiri.
- Tidak semua mata pelajaran cocok
disajikan secara perorangan.
2.
Prinsip-prinsip
keterampilan mengajar kelompok kecil, yaitu:
a) Mengajar di dalam kelompok kecil yang
bercirikan:
- Memiliki keanggotaan yang jelas
- Terdapat kesadaran kelompok
- Memiliki tujuan bersama
- Saling tergantung dalam memenuhi
kebutuhan
- Ada
interaksi dan komunikasi antar anggota
- Ada tindakan bersama
b) Kualitas kelompok diharapkan dapat
berperan secara positif, apabila syarat-syarat kelompok dipenuhi, yaitu:
- Terjadi hubungan yang akrab di antara
sesama anggota
- Terjadi hubungan yang erat dan kompak
diantara anggota kelompok
- Para anggota memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi
- Para anggota memiliki rasa kebersamaan
yang kuat
c) Pedoman pelaksanaan
Pembentukan
kelompok, yang meliputi:
- Sebaiknya jumlah anggota kelompok antara
5-7 orang dengan pertimbangan bahwa semakin banyak anggota, maka semakin
berkurang efektivitas dan aktivitas belajar setiap anggota.
- Pembentukan kelompok berdasarkan minat,
pengalaman, dan prestasi belajar.
Perencanaan
tugas kelompok
·
Tugas yang dimaksud
dapat bersifat pararel maupun komplementer
- Persiapan dan perencanaan
·
Guru perlu
menyiapkandan merencanakan pengaturan tempat, ruangan, alat, sumber belajar
yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran secara efektif bagi setiap
kelompok.
- Pelaksanaan, yang meliputi bebrapa hal
berikut:
~
Pelajaran
diawali dengan pertemuan klasokal, untuk memberikan informasi umum kepada semua
siswa.
~
Guru
mempersilahkan masing-masing kelompok untuk melaksanakan tugas di tempat yang
tersedia.
~
Guru melakukan
supervisi dan mengikuti perkembangan proses pembelajaran dalam kelompok.
LATIHAN
1.
Diskusikan dan
analisis tentang konsep dasar kompetensi guru dalam konteks keprofesian
2.
Diskusikan dan
analisis tentang perangkat komponen dan indikator kompetensi guru
3.
Diskusikan dan
analisis kompetensi kinerja profesi keguruan
4.
Simulasikan
masing-masing keterampilan guru dalam proses belajar mengajar dan bagaimana
ketepatan melaksanakannya
5.
Diskusikan
kelebihan dan kelemahan masing-masing keterampilan mengajar.
RANGKUMAN
Kompetensi
itu pada dasarnya menunjukkan kepada (1) kecakapan atau kemampuan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan, (2) merupakan suatu sifat (karakreristik)
orang-orang (kompeten) ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan),
otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dsb. Untuk
mengerjakan apa yang diperlukan, dan (3) menunjukkan kepada tindakan (kinerja)
rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan
kondisi (prasyarat) yang diharapkan.
Setiap
kompetensi itu pada dasarnya terdapat enam unsur, yaitu (1) performance component, (2) subject component, (3) professional component, (4) process component, (5) adjustment component, dan (6) attitudes component.
Untuk
keperluan analisi tugas guru sebagai pengajar, makakompetensi kinerja profesi
keguaruan (genetic teaching competencies)
dalam penampilan actual dalam proses belajar mengajar, minimal memiliki empat
kemampuan, yakni kemampuan: (1) merencanakan proses belajar mengajar, (2)
melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai
kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran.
Guru
yang professional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajrnya dengan
baik, dalam mengajar memerlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk
melancarkan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Keterampilan
guru dalam proses brlajar mengajar antara lain: (1) keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4)
keterampilan memberi penguatan, (5) keterampilan menggunakan media
pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7)
keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, dan (9)
keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil.
TES FORMATIF 2
Petunjuk:
pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1. Definisi yang menunjukkan lebih lanjut
bahwa kompetensi itu pada dasarkan merupakan suatu sifat (karakteristik)
orang-orang kompoten (kompoten) ialah yang memiliki kecakapan, daya
(kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dsb.
Untuk mengerjakan apa
yang diperlukan, yaitu:
a. “competence is being compotent, ability
(to do the work)”
b. “competent refers to (persons) having
ability, power, authority, skill, knowledge, etc. (to do what is needed)”
c. “competency is rational performance
which satisfactorily meets the objectives for a desired condition”
2. Kompetensi itu dipandang sebagai …………
kinerja dari suatu profesi
a. Pilar
b. Atap
c. Dinding
d. Fondasi
3. Implikasi bahwa seorang professional
yang kompoten itu harus dapat menunjukkan karakteristik utamanya sebagai
berikut, kecualu:
a. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan
tertentu secara rasional
b. Menguasai perangkat pengetahuan tentang
seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya
c. Menguasai perangkat keterampilan
tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaanya
d. Mengindahkan persyaratan ambing (basic standards) tentang ketentuan
kelayakan normatif
4. “He is doing the best whit a high achievement
motivation” artinya bahwa guru perlu:
a. Memiliki daya (motivasi) dan cirta
(aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaanya
b. Memiliki kepuasan yang memadai
persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai sebaik mungkin (profesiencies)
c. Memiliki kewenangan (otoritas) yang
memancar atas penguasaan perangkat kompotensinya
d. Memperoleh pengakuan pihak berwenang
(certifiable)
5. Unsur kemampuan penampilan kinerja yang
nampak sesuai dengan bidang keprofesiannya (teaching,
counseling, management, etc.) disebut:
a. Performance component
b. Subject component
c. Professional component
d. Process component
6. Unsur kemampuan penguasaan
bahan/subtansi pengetahuan yang relevan dengan bidang keprofesiannya sebagai
prasyarat (enabling competencies)
bagi penampilan komponen kinerjanya, disebut:
a. Performance component
b. Subject component
c. Professional component
d. Process component
7. Unsur kemampuan subtansi pengetahuan
dan keterampilan teknis sesuai dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat
bagi penampilan kinerjanya.
a. Performance component
b. Subject component
c. Professional component
d. Process component
8. Unsur kemampuan proses-proses mental
(intelektual) mencakup proses berpikir (logis, kritis, rasional, kreatif) dalam
pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dsb. Sebagai prasyarat bagi terwujudnya
penampilan kinerjanya, disebut:
a. Performance component
b. Subject component
c. Professional component
d. Process component
9. Unsur kemampuan penyerasian dan
penyesuaian diri berdasarkan karakteristik pribadi prilaku dengan tugas
penamoilan kinerjanya.
a. Performance component
b. Process component
c. Adjustment component
d. Attitudes component
10. Unrur komponen sikap, nilai,
kepribadiann pelaku sebagai prasyarat yang fundamental bagi keseluruhan
perangkat komponen kompetensi lainnya bagi terwujudnya komponen penampilan
kinerja keprofesiannya.
a. Performance component
b. Process component
c. Adjustment component
d. Attitudes component
11. Dalam mengajar diperlukan
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien. Keterampilan guru dalam proses mengajar
antara lain: kecuali
a. Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran
b. Keterampilan menjelaskan
c. Keterampilan menjawab
d. Keterampilan memberi penguatan
12. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi murid agar minat dan
perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya disebut
a. Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran
b. Keterampilan menjelaskan
c. Keterampilan menjawab
d. Keterampilan memberi penguatan
13. Keterampilan menyajikan informasi
secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya
hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya disebut
a. Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran
b. Keterampilan menjelaskan
c. Keterampilan menjawab
d. Keterampilan memberi penguatan
14. Tujuan pertanyaan yang diajukan kepada
siswa, yaitu:
a. Memudarkan perhatian siswa pada masalah
yang sedang dibahas
b. Mengembangkan cara mengajar guru yang
aktif
c. Mendorong siswa mengemukakan pendapat
dalam diskusi
d. Menguji dan mengukur mengajar guru
15. Penguatan non verbal meliputi beberapa
hal berikut, kecuali:
a. Penguatan berupa gerakan mimik dan
badan
b. Penguatan dengan cara menjauh
c. Pengaturan dengan kegiatan menyenangkan
d. Penguatan berupa simbol dan benda
16. Media yang digunakan sebagai alat bantu
pembelajaran yang mempunyai sifat dapat didengarkan oleh siswa, disebut:
a. Media audio
b. Media visual
c. Media audio visual
d. Media massa
17. Suatu proses percakapan yang teratur
dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan
terbuka, dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan,
memecahkan suatu masalah, disebut:
a. Diskusi
b. Konsultasi
c. Seminar
d. lokakarya
18. tujuan keterampilan mengelola kelas
sebagai berikut, kecuali:
a. mendorong siswa mengembangkan tingkah
lakunya sesuai tujuan pembelajaran
b. membantu siswa melanjutkan tingkah
lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran
c. mengendalikan siswa dan sarana
pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran
d. membina hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan siswa dan n
e.
19. prinsip-prinsip ketermpilan mengadakan
variasi sebagai berikut, kecuali:
a. variasi hendaknya digunakan dengan
suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai
b. variasi yang berlebihan akan
menimbulkan kegembiraan dan dapat melancarkan proses belajar mengajar
c. variasi harus digunakan dengan lancer
dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak
mengganggu pelajaran
d. variasi harus direncanakan secara baik
dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran
20. Tujuan keterampilan mengajar perorangan
sebagai berikut, kecuali:
a. Memberikan rasa tanggungjawab yang
lebih besar kepada siswa
b. Mengembangkan daya kreatif dan sifat
keterampilan pada siswa
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengalahkan orang lain
d. Membentuk hubungan yang lebih akrab
DAFTAR PUSTAKA
Branndit, R.
(1993). “What Do You Mean ‘Profesional”?
Educational Leadership, No. 6, vol. 50, March
Catler, A.B.
& Ruopp, F.N (1993). Buying Tim for
Teacher Professional Development. Educational Leadership, Vol 6, 50, March
Goble, N.M.
(1993). The Changing Rote of the Teacher.
Paris: UNESCO
Firestone, W.A.
(1993). ”Why ‘Professionalizing’ Teacher
Is Not Enough?” Educational Leadership No. 6, Vol. 50, March
Hallack, J.
(1990). Investingin the Future:
setting Educational Priorities in the Developing World. Paris: UNESCO
Hoover, K.H. (1976). The Professional Teacher’s Handbook: Aguide for Improving
Instruction in Today’s Middle and secondary Schools, Sydney: Allyn and bacon
Joni, T. Rakaa
(Penyunting), (1992). Pokok-pokok Pikiran
Mengenai Pendidikan Guru. Konsorsium Ilmu Pendidikan. Ditjen Dikti.
Makmun, A.S.
(1996). Pengembangan Profesi dan Kinerja
Tenaga Kependidikan. Pedoman dan Intisari Perkuliahan. PPS IKIP Bandung
Power, C.N.
(1996). Enchancing the Role of Teacher in
a Changing World. Paris: UNESCO
Sanusi, A., dkk
(1990). Studi Pengembangan Model
Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan: Laporan Kemajuan, Bandung: PPS
IKIP Bandung
Supriadi, Dedi.
(1999). Mengangkat Citra dan Martabat
Guru. Yoogyakarta: Adicita Karya Nusa
Suryadi, Ace
& Mulyana, Wiana, (1992). Kerangka
Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru.
Jakarta: PT. Candimas Metropole
UNESCO. 1996. What Makes a Good Teacher? Children Speak
Their Minds. Paris
World Bank,
1989. Indonesia: Streangthening the
Quality of Teacher Educational. Draft Technical Paper, Asia Region.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar